Beranda / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 18| Singkirkan Setiap Saksi

Share

18| Singkirkan Setiap Saksi

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-07 18:16:42

Eryk melirik sedikit ke arah pria yang berhasil mencengkeram pergelangan kakinya. Pria itu mengenakan seragam polisi. Rekannya yang lain yang berlari di belakangnya menyorotkan senter ke arah Eryk.

Eryk menendangkan sebelah kakinya pada tangan sang polisi sampai cengkeramannya terlepas. Lalu, dia melompat ke jalinan besi yang membatasinya dengan halaman belakang bekas pabrik kaleng.

Eryk melentingkan kaki melewati puncak pagar. Dia mendarat di sisi lain. Ketika menengok ke belakang, Eryk melihat selusin petugas polisi mendekatinya bersama tiga atau empat anjing. Alland dan ayahnya juga ada di sana.

Eryk meluncur menuruni undakan tanah tepat di depan pagar dan menghilang dari pandangan.

“Tunggu!” teriak Kepala Penjara.

“Enak saja!” pikir Eryk.

Pemuda itu berlari dan tidak berhenti. Dia mengambil jalan memutar dan kembali ke arah taman lagi. Eryk sengaja memilih jalur terjauh untuk mengecoh mereka dan agar tidak mengikutinya.

Eryk mengintip ke masing-masing ujung jalan. Dia harus memast
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengendali Arwah Terakhir   19| Tamu yang Tak Diundang

    Mungkin bocah laki-laki itu tak menyadari. Tapi, tangan Eryk gemetar memegangi belatinya.Di sisi lain, White terus mendesak Eryk untuk menyingkirkan bocah itu. Tak peduli cara apa pun yang harus Eryk tempuh. White tidak suka jika sampai tempat persembunyian mereka terbongkar hanya karena ulah bocor laki-laki iseng berusia tujuh tahun.“Tidak!” jawab Eryk atas pertanyaan dan permintaan Alland untuk singgah di sarangnya. “Tinggalkan aku sendiri!”Wajah Alland tampak kecewa.“Baiklah... baiklah...,” katanya. “Santai saja. Aku tak akan memaksa. Beri aku waktu sebentar untuk beristirahat. Oke? Setelah itu aku akan pergi.”Eryk terus memperhatikan bocah itu dengan curiga.Alland tiba-tiba melepas ransel di punggungnya dan mulai membuka resleting. Gerakan tangan Alland membuat Eryk waspada. Secara refleks, dia kembali mengacungkan belatinya ke arah Alland.“Hei, jangan seperti itu!” Alland kaget. “Aku akan segera pergi. Kau tak perlu mengancamku. Kau bisa melukaiku dengan itu!”Alland pun m

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Pengendali Arwah Terakhir   20| Permintaan Rahasia

    “Hei, ini aku!”Eryk sedikit kaget dan hampir saja melompat turun dari sarang. Ketika burung-burung merpati terbang berhamburan, Eryk mengira ada manusia yang datang ke sana menyusul kemunculan Alland. Rupanya, itu hanyalah si burung gagak yang semalam ikut membantunya dan White menolong Kepala Penjara Jarvis.“Haruskah kau datang dengan membuat keributan seperti itu, Black?” Eryk tampak kesal.“Aku benci pada merpati-merpati itu,” keluh sang gagak. “Mereka selalu bergerombol dan merebut makananku. Aku hanya ingin sedikit menakut-nakuti mereka.”Tiba-tiba, Eryk dan Black terdiam. Mereka bersama-sama melirik ke arah Alland. Betapa terkejutnya Black ketika dia terlambat menyadari bahwa ada manusia lain di dalam sarang Eryk.“Wayland, siapa manusia kecil ini?” Black menjadi waspada. “Aku pikir kau tak suka berhubungan dengan manusia lain?”Eryk tak menjawab.“Seperti itukah caramu berbicara dengan para burung?” tanya Alland dengan antusias. “Apakah burung gagak itu mengerti ucapanmu? Itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Pengendali Arwah Terakhir   21| Menyelinap ke Perpustakaan Rockwool

    Eryk selalu merasa gelisah jika keluar pada siang hari. Saat malam, ketika menjelajahi kota mencari makanan dan persediaan atau sekadar berjalan-jalan, kegelapan melindunginya dari tatapan para manusia yang ingin tahu.Bergerak di malam hari membuatnya lebih bebas di jalanan dan di sepanjang bubungan atap. Tapi, di darat di bawah cahaya menyilaukan sinar matahari, Eryk merasa terpapar.Eryk harus menutupi kepalanya dengan tudung jaket dan berjalan dengan kepala tertunduk. Di sepanjang trotoar, Eryk terus melipat kedua lengannya ke dada. Seolah-olah, dengan begitu dia akan mampu menghalau pandangan orang pada keberadaan dirinya.“Rockwool kota yang cukup luas,” gumam Eryk. “Jalan-jalannya diatur menyerupai kisi-kisi. Sayangnya, aku tak bisa membaca nama jalan. Karena beberapa ditulis menggunakan huruf-huruf asing yang aku tak mengerti.”Seolah-olah Rockwool adalah sebuah kota fantasi yang tak ada dalam kehidupan nyata. Faktanya sela

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Pengendali Arwah Terakhir   22| Ruang Arsip yang Terkunci

    “Tempat itu?” Alland mengerutkan keningnya. Bocah laki-laki itu terlihat lucu dan sangat polos.“Maksudku,” ujar Eryk. “Antarkan aku ke ruangan arsip yang menyimpan sejarah dan informasi apa pun mengenai kota ini. Kau mengerti, kan?”“Yah, tentu saja. Ruang arsip adalah tujuan yang tepat jika kau ingin belajar tentang sejarah. Jadi, dugaanku benar, kan? Kau memang menyukai sejarah, Eryk.”Alland bersikap seolah-olah dia pria dewasa. Dia berusaha menyejajarkan diri dengan Eryk dalam percakapan. Meski terlihat sangat lucu, tapi Eryk menghargai usaha bocah itu.Eryk mengekor di belakang Alland dan berjalan di antara rak-rak. Dia berusaha tidak menatap buku-buku yang sangat menggoda di seluruh deretan rak-rak itu. Eryk harus fokus dan memperhatikan tujuannya.Alland terus melangkah menaiki tangga hingga sampai di lantai dua. Mereka menyusuri lorong dan koridor lalu berbelok ke kanan. Tiba-tiba, Allam berhenti.“Di sini!” katanya sambil menunjuk sebuah pintu besar di hadapannya. “Tapi, ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • Pengendali Arwah Terakhir   23| Tamu Keluarga Jarvis

    White terbang mendahului lalu bertengger di atap mobil Tuan Jarvis.“Belum terlambat untuk berbalik,” katanya pada Eryk.Eryk menguatkan diri dan terus berjalan. Di kejauhan, dia mendengar lonceng dari menara Penjara Rockwool berdentang yang menunjukkan waktu sudah pukul 07.00 malam.Matahari sudah lama terbenam dan hari sudah cukup pekat. Di langit hanya terlihat awan mendung. Tidak ada bulan yang pucat apalagi bintang.“Kita bisa pergi ke kota dan menjarah bak sampah restoran ayam,” ujar Black. “Kenapa kita harus ke sini? Buang-buang waktu saja! Ada banyak pilihan di kota. Dan sepanjang ingatanku, kau belum membayar janjimu untuk memberiku makan malam yang lezat, Wayland!”Eryk terhenti. Dia berusaha menutupi kegugupannya dengan menyelipkan kedua tangan ke kantong celana. Punggungnya sedikit membungkuk. Dan wajahnya terlihat pucat. Eryk selalu pucat dan kurus.“Aku ingin melakukan ini, menghadiri undangan makan malam keluarga Jarvis,” ujar Eryk pada kedua burung itu.“Tapi, kau tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (1)

    Suasana di ruang makan benar-benar terasa sangat canggung. Ketika Alland meninggalkan ruangan untuk mengambil piring, Eryk terpikir untuk berbalik dan kabur.“Mereka jelas-jelas tak menginginkanku di sini. Seharusnya aku mendengarkan White.”Eryk berusaha tersenyum. Tapi, dia yakin kelihatannya akan lebih seperti cengiran. Tuan Jarvis mengangguk seakan dia tidak yakin harus menanggapi senyum Eryk seperti apa. Nyonya Jarvis hanya meletakkan pinggan ke meja dengan perlahan dan Alyssa tetap menghindari bertatap muka dengan Eryk.“Silahkan, duduklah!” kata Tuan Jarvis pada Eryk. Pria itu juga menoleh pada Alyssa dan meminta gadis itu untuk kembali ke tempat duduknya.Dengan gugup, Eryk melakukan yang disuruh. Tangannya diletakkan di kedua sisi tubuh selagi duduk. Semuanya tampak sangat bersih! Dinding, lantai, taplak. Dia nyaris tak berani bergerak karena khawatir akan mengotori semua benda-benda itu.Sesaat Eryk merasa seperti orang konyol. Dia benar-benar lupa bagaimana rasanya menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (2)

    “Ada apa dengan kalian berdua? Sepertinya kalian lebih mengenal Eryk daripada dirinya sendiri. Bukankah sebaiknya dia menjawab pertanyaan itu sendiri, Anak-Anak?” Tuan Jarvis merasa gusar. “Betul,” jawab Eryk dengan singkat. “Umurku sudah 22 tahun. Meski penampilanku sangat buruk dan terlihat lusuh,” ujarnya dengan nada sakartis. “Maaf, Eryk. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Aku hanya….” Nyonya Jarvis memotong ucapan suaminya. “Kami hanya khawatir jika anak-anak kami salah memilih teman. Jarak usiamu terlampau jauh dari anak-anak kami, terutama Alland. Bukankah itu sedikit riskan jika kau berteman dengan mereka?” “Tak ada yang meminta mereka untuk berteman denganku!” Nada suara Eryk terdengar tajam. “Berhentilah mengintrogasi dan menyudutkan, Eryk!” kata Alland dengan kesal. Lalu, dia meletakkan piring di depan Eryk yang penuh dengan daging, kentang, dan sayuran. Semuanya disiram dengan saus daging. “Ayo, makanlah!” kata Alland. “Tidak ada yang pernah berubah di rumah ini,” g

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (3)

    Eryk memikirkan bekal makan siang milik Alland yang diberikan padanya. “Kemarin,” ujarnya. “Kau tahu?” ucap Tuan Jarvis. “Aku mungkin bisa mencarikan tempat yang bisa menyokongmu.” Sambil meletakkan pisau dan garpunya. Eryk mengerutkan dahi. “Menyokongku?” “Kota ini bisa merawat anak-anak yang tidak….” “Tuan Jarvis, sekali lagi kukatakan, aku bukan anak-anak. Usiaku sudah 22 tahun. Meski aku tak bisa menunjukkan identitasku, tapi sedikit berlebihan jika kau masih menganggapku sebagai anak-anak, bukan? Aku bahkan lebih tua daripada putri sulungmu.” “Kau tidak perlu emosi begitu,” ujar Tuhan Jarvis. “Aku hanya berusaha menolongmu.” “Jangan ganggu dia, Ayah!” ujar Alland. “Dan kau masih saja keras kepala, Tuan Jarvis. Sudah kukatakan sebelumnya, pemuda ini bukanlah anak-anak. Bahkan dia sudah cukup usia untuk menikah!” ujar Alyssa dengan acuh tak acuh. Tuan Jarvis memberi kedua anaknya tatapan tajam. “Jangan berseru kepadaku, Nona!” ujarnya pada Alyssa. “Tidak setelah ketidakpatuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15

Bab terbaru

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status