Beranda / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 22| Ruang Arsip yang Terkunci

Share

22| Ruang Arsip yang Terkunci

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-12 09:07:47

“Tempat itu?” Alland mengerutkan keningnya. Bocah laki-laki itu terlihat lucu dan sangat polos.

“Maksudku,” ujar Eryk. “Antarkan aku ke ruangan arsip yang menyimpan sejarah dan informasi apa pun mengenai kota ini. Kau mengerti, kan?”

“Yah, tentu saja. Ruang arsip adalah tujuan yang tepat jika kau ingin belajar tentang sejarah. Jadi, dugaanku benar, kan? Kau memang menyukai sejarah, Eryk.”

Alland bersikap seolah-olah dia pria dewasa. Dia berusaha menyejajarkan diri dengan Eryk dalam percakapan. Meski terlihat sangat lucu, tapi Eryk menghargai usaha bocah itu.

Eryk mengekor di belakang Alland dan berjalan di antara rak-rak. Dia berusaha tidak menatap buku-buku yang sangat menggoda di seluruh deretan rak-rak itu. Eryk harus fokus dan memperhatikan tujuannya.

Alland terus melangkah menaiki tangga hingga sampai di lantai dua. Mereka menyusuri lorong dan koridor lalu berbelok ke kanan. Tiba-tiba, Allam berhenti.

“Di sini!” katanya sambil menunjuk sebuah pintu besar di hadapannya. “Tapi, ada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengendali Arwah Terakhir   23| Tamu Keluarga Jarvis

    White terbang mendahului lalu bertengger di atap mobil Tuan Jarvis.“Belum terlambat untuk berbalik,” katanya pada Eryk.Eryk menguatkan diri dan terus berjalan. Di kejauhan, dia mendengar lonceng dari menara Penjara Rockwool berdentang yang menunjukkan waktu sudah pukul 07.00 malam.Matahari sudah lama terbenam dan hari sudah cukup pekat. Di langit hanya terlihat awan mendung. Tidak ada bulan yang pucat apalagi bintang.“Kita bisa pergi ke kota dan menjarah bak sampah restoran ayam,” ujar Black. “Kenapa kita harus ke sini? Buang-buang waktu saja! Ada banyak pilihan di kota. Dan sepanjang ingatanku, kau belum membayar janjimu untuk memberiku makan malam yang lezat, Wayland!”Eryk terhenti. Dia berusaha menutupi kegugupannya dengan menyelipkan kedua tangan ke kantong celana. Punggungnya sedikit membungkuk. Dan wajahnya terlihat pucat. Eryk selalu pucat dan kurus.“Aku ingin melakukan ini, menghadiri undangan makan malam keluarga Jarvis,” ujar Eryk pada kedua burung itu.“Tapi, kau tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (1)

    Suasana di ruang makan benar-benar terasa sangat canggung. Ketika Alland meninggalkan ruangan untuk mengambil piring, Eryk terpikir untuk berbalik dan kabur.“Mereka jelas-jelas tak menginginkanku di sini. Seharusnya aku mendengarkan White.”Eryk berusaha tersenyum. Tapi, dia yakin kelihatannya akan lebih seperti cengiran. Tuan Jarvis mengangguk seakan dia tidak yakin harus menanggapi senyum Eryk seperti apa. Nyonya Jarvis hanya meletakkan pinggan ke meja dengan perlahan dan Alyssa tetap menghindari bertatap muka dengan Eryk.“Silahkan, duduklah!” kata Tuan Jarvis pada Eryk. Pria itu juga menoleh pada Alyssa dan meminta gadis itu untuk kembali ke tempat duduknya.Dengan gugup, Eryk melakukan yang disuruh. Tangannya diletakkan di kedua sisi tubuh selagi duduk. Semuanya tampak sangat bersih! Dinding, lantai, taplak. Dia nyaris tak berani bergerak karena khawatir akan mengotori semua benda-benda itu.Sesaat Eryk merasa seperti orang konyol. Dia benar-benar lupa bagaimana rasanya menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (2)

    “Ada apa dengan kalian berdua? Sepertinya kalian lebih mengenal Eryk daripada dirinya sendiri. Bukankah sebaiknya dia menjawab pertanyaan itu sendiri, Anak-Anak?” Tuan Jarvis merasa gusar. “Betul,” jawab Eryk dengan singkat. “Umurku sudah 22 tahun. Meski penampilanku sangat buruk dan terlihat lusuh,” ujarnya dengan nada sakartis. “Maaf, Eryk. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Aku hanya….” Nyonya Jarvis memotong ucapan suaminya. “Kami hanya khawatir jika anak-anak kami salah memilih teman. Jarak usiamu terlampau jauh dari anak-anak kami, terutama Alland. Bukankah itu sedikit riskan jika kau berteman dengan mereka?” “Tak ada yang meminta mereka untuk berteman denganku!” Nada suara Eryk terdengar tajam. “Berhentilah mengintrogasi dan menyudutkan, Eryk!” kata Alland dengan kesal. Lalu, dia meletakkan piring di depan Eryk yang penuh dengan daging, kentang, dan sayuran. Semuanya disiram dengan saus daging. “Ayo, makanlah!” kata Alland. “Tidak ada yang pernah berubah di rumah ini,” g

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Pengendali Arwah Terakhir   24| Berapa Usiamu? (3)

    Eryk memikirkan bekal makan siang milik Alland yang diberikan padanya. “Kemarin,” ujarnya. “Kau tahu?” ucap Tuan Jarvis. “Aku mungkin bisa mencarikan tempat yang bisa menyokongmu.” Sambil meletakkan pisau dan garpunya. Eryk mengerutkan dahi. “Menyokongku?” “Kota ini bisa merawat anak-anak yang tidak….” “Tuan Jarvis, sekali lagi kukatakan, aku bukan anak-anak. Usiaku sudah 22 tahun. Meski aku tak bisa menunjukkan identitasku, tapi sedikit berlebihan jika kau masih menganggapku sebagai anak-anak, bukan? Aku bahkan lebih tua daripada putri sulungmu.” “Kau tidak perlu emosi begitu,” ujar Tuhan Jarvis. “Aku hanya berusaha menolongmu.” “Jangan ganggu dia, Ayah!” ujar Alland. “Dan kau masih saja keras kepala, Tuan Jarvis. Sudah kukatakan sebelumnya, pemuda ini bukanlah anak-anak. Bahkan dia sudah cukup usia untuk menikah!” ujar Alyssa dengan acuh tak acuh. Tuan Jarvis memberi kedua anaknya tatapan tajam. “Jangan berseru kepadaku, Nona!” ujarnya pada Alyssa. “Tidak setelah ketidakpatuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Pengendali Arwah Terakhir   25| Ular Berbisa yang Menyelinap (1)

    Eryk terpaku sesaat. Dia berusaha mencerna apa yang sedang dia lihat. Coki meringkuk di dasar tangga dan menggonggong seperti gila. Sementara Alland menjerit dan terus menjerit.Seekor ular tergeletak di karpet. Sisik ular itu berwarna gelap dengan panjang sekitar tiga meter. Badan ular itu melingkar tapi kepalanya yang pendek dan gemuk terangkat dari lantai.Eryk sudah akan melompat tapi ditahan oleh Tuan Jarvis.“Jangan, mundur!” Katanya. “Itu berbahaya.”“Menjauh dari anjingku!” teriak Alland pada sang ular. “Coki!”Bukannya mundur, ular itu malah melesat maju. Gonggongan Coki menjadi dengkingan ketika taring ular menggigit kakinya dan menyangkut di sana. Anjing berbulu cokelat itu menggeram dan menggigit-gigit lalu berguling-guling. Dia sempat menggeliat sampai berhasil membebaskan diri.Ular itu mendesis, berbalik, dan melata langsung ke arah Alland. Matanya sewarna zamrud dan mengkilat. Ular itu mengamati setiap gerakan Alland dengan cermat.Eryk melepaskan diri dari cengkeraman

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Pengendali Arwah Terakhir   25| Ular Berbisa yang Menyelinap (2)

    Tuan Jarvis memijat dahinya dengan satu tangan. Seakan dia tak percaya atas apa yang telah terjadi. Akhirnya, dia memberi tanda ke arah pintu sambil menatap Eryk.“Maaf, tapi kami butuh waktu untuk sendiri.”Eryk mengangguk mengerti dengan situasi itu. Meski dia masih terpaku dalam keheningan.“Aku akan mengantarmu,” ujar Alyssa.Seolah-olah Tuan Jarvis tidak mendengar kata-kata Alyssa. Dia mengabaikannya. Bahkan tersirat kelegaan di mata pria itu ketika Alyssa juga memutuskan untuk pergi dari sana. Kenyataan itu sedikit membuat Eryk terkejut.Ketika berdiri di teras, Eryk menatap halaman berumput rumah keluarga Jarvis. Dia pernah melihat satu atau dua ekor ular rumput di taman. White bilang mereka adalah santapan lezat. Tapi, Eryk belum pernah melihat yang sebesar tadi dan tak pernah ada yang beracun. Tidak di Rockwool.Eryk sebenarnya ingin sekali menghibur Alland. Tapi, Tuan Jarvis sudah menggiringnya keluar. Dia bahkan tak sempat mengucapkan terima kasih kepada bocah itu. Kini han

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Pengendali Arwah Terakhir   26| Petunjuk Baru (1)

    Eryk terbangun bahkan sebelum matahari benar-benar muncul. Dia meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan kesakitan. Kulitnya tergelitik di udara yang dingin.“Enak sekali kau bisa terlelap. Sedangkan aku harus terjaga semalaman penuh,” keluh White.“Bukankah memang kau makhluk nokturnal? Sudah sepatutnya kau terjaga semalaman penuh. Tidurlah sekarang. Biar aku yang bergantian jaga.”“Guys, apa sebenarnya yang sedang kita cari dan tunggu semalaman ini?” Black kembali bergabung setelah melompat keluar dari semak-semak.Mereka bertiga menghabiskan malam di batang pohon di seberang rumah keluarga Jarvis. Walaupun White mendesak Eryk untuk kembali ke sarang, Eryk tak bisa tidur sekejap pun. Dia benar-benar baru terlelap ketika pagi hampir menjelang dan terjaga tiga puluh menit kemudian. Mereka berdebat sepanjang malam.“Bagaimana jika pria besar itu kembali? Bagaimana jika dua kawannya—si perempuan aneh dan pria bongkok itu kembali?”Eryk teringat pada betapa besar kekuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Pengendali Arwah Terakhir   26| Petunjuk Baru (2)

    Alland mengatupkan bibir. “Menurutmu, dia ada kaitannya dengan ular itu?”“Mungkin?” ujar Eryk. “Jika kita mau mengaitkannya, bisa saja ular itu berhubungan dengan tato ular yang ada di tubuhnya. Dan aku tak pernah melihat ular seperti itu di Rockwool sebelumnya.”“Aku pernah!” ujar Alland. “Tapi hanya di kebun binatang. Mom pikir mungkin ular itu kabur dari sana.”Bocah laki-laki itu menengok kembali ke rumahnya dengan waspada. Dia khawatir jika orang tuanya akan memergoki.“Aku takut. Dad pernah mendapatkan ancaman-ancaman tapi tidak yang seperti ini.”Eryk ingin menghibur bocah laki-laki itu tapi dia tak tahu bagaimana caranya. Dia sudah lama sekali tak pernah berinteraksi dengan manusia apalagi seorang anak-anak. Jadi, dia memilih mengalihkan pembicaraan.“Omong-omong soal kakakmu—Alyssa. Apakah dia orang yang kau maksud? Yang mengerti tentang simbol-simbol yang aku tanyakan padamu tempo hari?”Alland mengangguk dengan ragu-ragu. “Aku tidak mengira kalian sudah saling mengenal. Ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status