Home / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 28| Tuan Lewis Sang Kepala Arsip Perpustakaan

Share

28| Tuan Lewis Sang Kepala Arsip Perpustakaan

Author: Roe_Roe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Yah, tidak tepat di sana juga, sih!” ujar Alland dengan cengirannya yang khas. “Tapi, sebelum kita datang ke tempat Alyssa, kita harus meminta akses melalui perpustakaan.”

Giliran Eryk yang mengerutkan kening. “Meminta akses melalui perpustakaan? Aku tidak mengerti maksudmu. Apakah dia orang penting di perpustakaan atau bagaimana?”

“Kartu nama yang diberikan Alyssa padamu sebenarnya adalah kartu anggota club buku. Dan tidak sembarang orang bisa mendapatkan kartu anggota itu. Artinya, jika kau baru pertama kali mendapatkannya, maka kau perlu mengkonfirmasi identitasmu sebagai pemilik resmi kartu anggota itu. Dan proses konfirmasi hanya bisa dilakukan melalui perpustakaan.”

“Apakah itu artinya aku harus meminta izin ibumu terlebih dahulu? Dia, kan, kepala perpustakaan?”

Alland menggelengkan kepala dengan keras. “Tidak! Bahkan Mom pun tidak tahu tentang rahasia club buku ini. Tapi, kita harus menemui Kepala Ruang Arsip, Tuan Lewis. Dia yang bertanggung jawab atas club buku dan akses khu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengendali Arwah Terakhir   29| Serangan Cicak dan Laba-Laba Raksasa

    “Apa Tuan Lewis mati?”Pertanyaan Alan menggema di ruang perpustakaan yang sepi. Eryk melepas dekapannya dari Alland.“Tunggu di sini. Aku akan memeriksa,” ujar Eryk dengan tegas.Eryk melangkah ke sisi tempat duduk Tuan Lewis. Ekspresi wajah pria itu yang ganjil dan tidak bernyawa terlihat seperti manekin. Eryk nyaris tak sanggup menatap mata pria itu yang dulunya penuh kebaikan.Eryk mengecek pergelangan tangan Tuan Lewis untuk memastikan dan memang benar-benar tak ada denyut nadi. Kulit pria itu pun terasa masih hangat dan lunak.“Dia sudah mati tapi terjadi baru-baru saja,” ujar Eryk penuh penyesalan.Tanpa Eryk sadari, Alland sudah berdiri di sampingnya. Bocah itu wajahnya memerah dan air mata siap meledak dari sana.“Kenapa?” tanya Alan sambil terisak. “Tuan Lewis tak pernah menyakiti siapa pun. Dia menolong orang-orang. Dia selalu baik kepada seluruh anggota klub.”

  • Pengendali Arwah Terakhir   30| Terkepung di Dalam Asap

    “Aarrrhh!”Alland menjerit di suatu tempat tak jauh dari tempat Eryk berdiri. Bocah itu diserang oleh seekor laba-laba raksasa.Eryk sudah akan mendekati bocah itu, tapi sesuatu menabrak sisi tubuhnya dan dia terjatuh. Cairan lengket dan panas menyembur ke wajah Eryk. Cairan itu menetes dari atas dan Eryk sadar bahwa itu liur dari mulut laba-laba raksasa.Salah satu kaki depan laba-laba yang berbulu hitam itu menahan lengan Eryk. Beban lengan laba-laba mendesakkan udara keluar dari paru-paru Eryk. Sepasang mata merah laba-laba itu menatap ke arah eryk dengan mulut bercapitnya yang terkatup. Lalu, mulut itu membuka perlahan-lahan hanya beberapa senti dari wajah eryk.Eryk yakin laba-laba itu sebentar lagi akan membenamkan taringnya ke daging empuknya. Dia juga merasakan cicak-cicak bergegas menjauh, seakan bahkan mereka pun ketakutan pada sang laba-laba.“Kalau aku jadi kau, aku takkan bergerak,” Black Widow berkata.E

  • Pengendali Arwah Terakhir   31| Kabur dari Kejaran Polisi Rockwool

    “Eryk!” teriak Alland.Bocah laki-laki itu sempat melihat arah kepergian Eryk dan berusaha menyusulnya. Rentetan tembakan berhenti selagi Alland menyusul Eryk di sepanjang koridor.Mereka melewati beberapa pintu sebelum tiba di serangkaian tangga yang mengarah ke bawah. Eryk melompati tiga anak tangga sekaligus dan Alland tergopoh-gopoh mengikutinya. Di dasar tangga, Eryk mendorong pintu toilet pria. Ada jendela setinggi kepala di atas wastafel.“Eryk, berhenti!” teriak Alland. “Polisi ada di pihak kita!”Sebelum membuka jendela, Eryk sempat menoleh kepada Alland. “Tidak, Alland. Mereka bukan di pihak kita!” ujar Eryk.Dengan kegesitan yang luar biasa Eryk memanjat samping wastafel. Dia membuka tuas jendela tapi kesulitan mendorongnya. Dia memutuskan menendang jendela itu hingga tuasnya patah.“Eryk, kita bisa menjelaskan apa yang ba

  • Pengendali Arwah Terakhir   32| Dia Mengurungmu!

    “Kita pergi ke tempatku dan menghubungi Alyssa menggunakan ponsel Dad.”“Apa kau tidak punya ponsel sendiri?” Eryk mengerutkan keningnya. “Anak-anak zaman sekarang selalu difasilitasi dengan gadget.”Alland tampak kesal. “Tapi, tidak denganku! Lagi pula, akses dan penggunaan ponsel di kota ini sangat dibatasi. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memiliki ponsel dan itu pun harus terdaftar. Bahkan tidak ada akses internet di sini.”“Astaga! Aku hampir lupa jika kota ini memang rumit sekali.” Eryk menggerutu.Eryk tersesat dalam pikirannya sendiri selagi mereka bergegas ke rumah Alland. Ketegangan dari pengejaran baru saja mereda. Perasaan Eryk jadi terbebani.“Kau tidak salah, kau tahu itu!” gumam Alland. Seakan-akan bocah itu bisa menebak apa yang Eryk pikirkan.Mereka berdua saling mengamati tanda-tanda kehadiran polisi selagi terburu-buru berjalan di trotoar yang sepi

  • Pengendali Arwah Terakhir   33| Hancurnya Sebuah Kepercayaan

    “Mengurungku?”Eryk hampir tak percaya dengan apa yang disampaikan oleh gagak itu. Karena penasaran, dia menekan lebih kuat gagang pintu untuk memastikan. Kulit Eryk merinding.Setelah kelelahan dan kesal, eryk menengok ke belakang ke arah Black. Burung gagak itu mengangkat paru seakan berkata, “Aku bilang juga apa?”Eryk menempelkan telinga ke pintu. Suara berisik dari TV membuatnya sulit mendengar suara di luar.“... untuk kebaikan kita semua...,” ujar Tuan Jarvis. Suara pria itu timbul tenggelam dan hanya terdengar sepotong-sepotong.Akan tetapi, suara Alland terdengar lebih kencang. “Tapi, Eryk tak ada kaitannya dengan itu! Aku bersumpah!”Nyonya Jarvis memotong, “Kau masih kanak-kanak, Alland. Kau tak mengerti dengan apa yang terjadi. Saat semuanya sudah jelas, kau akan berterima kasih kepada kami.”“Kumohon, Dad, jangan!”“Kali ini saja, Alland.

  • Pengendali Arwah Terakhir   34| Penyusup di Sarang

    “Tenanglah... jangan bereaksi terlalu berlebihan. Aku bisa memaklumi, sih. Kamu sudah terlalu lama jarang berinteraksi dengan manusia di luar sarangmu.” Eryk semakin kesal. “Kau masuk ke rumahku bahkan tanpa izin!” Pemuda itu berteriak lantang sambil mengancam dan menodongkan belati. “White yang mengizinkanku datang ke sini. Dan sudah lama juga aku mengawasimu. Pasti kau mengingatku, kan? Namaku Barbro.” “Aku tidak peduli siapa namamu. Pergilah dari sini sebelum aku membunuhmu!” Pria gelandangan itu menyeringai. “Sepertinya kau semakin mahir membunuh orang. Biasanya kau harus langsung membunuh tanpa perlu peringatan sebelumnya. Aku anggap kau pemuda yang baik, Pengendali Burung.” “Berhenti memanggilku begitu! Namaku Eryk.” “Betulkah?” Barbro tersenyum ganjil. “Tapi, engkau berbicara pada burung-burung, bukan? Tidak hanya pada burung hantu putihmu tetapi juga pada para gagak dan burung yang lain? Kumohon, Pengendali Burung... maksudku, Eryk. Banyak yang mesti kita diskusikan. Kau

  • Pengendali Arwah Terakhir   35| Terkepung di Sarang

    “Dad?” Alland berbisik lirih sambil menjaga dirinya agar tidak bergerak ketika Eryk mengancamnya dengan belati.“Eryk, turun!” Tuan jarvis sekali lagi memanggilnya dari bawah.Eryk merasa hatinya hancur. Berkali-kali dia merasa ditipu dan dikhianati oleh orang-orang yang dia percaya.“Kau mengarahkan ayahmu ke sini?”“Tidak!” kata Alland dengan penuh keyakinan. Wajahnya tampak pucat. “Tidak, aku tidak melakukan itu!”Eryk mendesis di samping Alland. Bocah laki-laki itu tingginya hampir mencapai dada Eryk. Dan dia dapat dengan mudah melihat ekspresi Alland.“Sumpah, Eryk. Aku tak membawanya ke sini. Dia pasti mengikutiku diam-diam.”Sambil tetap mengancam Alland dengan belati, Eryk mengintip keluar sarang. Hatinya terpuruk saat itu juga. Di bawah sana ada banyak polisi—setidaknya tiga dari mereka mengelilingi pohon bersama dengan Tuan Jarvis.“Aku melihat pemuda itu!” kata salah seorang polisi sambil menyentuh senjata di pinggangnya.“Jangan pakai itu!” ujar Tuan Jarvis dengan sengit.

  • Pengendali Arwah Terakhir   36| Selamat Datang di Rumah Barbro

    “Ayo, Eryk. Kita harus pergi dari sini. Sudah tak ada waktu lagi.”Eryk pun mengangguk mantap. Dia mengulurkan lengan dan White melompat dari dahan. Kali terakhir Eryk menggunakan kekuatan White ketika mereka melawan roh summon Alyssa di tempat pembuangan Rockwool.Eryk melihat White yang berada di lengannya. Burung hantu putih itu memasang ekspresi ganjil, kosong, dan nyaris seakan dia mengalami trans. Eryk memejamkan mata.“Datanglah padaku dan berikan kekuatanmu untukku.”Eryk mengepalkan tangannya yang terentang dan membayangkan kekuatan mengalir dari lengan ke sekujur tubuhnya. Dia membayangkan dirinya menyatu dengan tubuh White. Lalu burung hantu putih itu lenyap seolah-olah menjadi serpihan dan membungkus tubuh Eryk dengan serpihan cahaya putih tersebut.“Ini menakjubkan,” bisik Alland.“Kami akan naik!” terdengar suara Jarvis yang panik. “Kalau kamu nyakiti putraku....”Satu orang petugas polisi berhasil memanjat pohon dan hampir mencapai sarang.Eryk memusatkan perhatian pada

Latest chapter

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status