Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

185 Chapters

Bab 61 Pesan Misterius

***[Kalau kerja, jangan pulang larut malam. Bahaya! Hati-hati di jalan]Aku melihat sekeliling. Tidak ada orang. Kenapa orang ini bisa tahu kalau aku pulang malam? Sungguh, akhir-akhir ini aku diliputi rasa takut. Bagaimana tidak, orang yang sering mengirimkan aku pesan, bisa mengetahui gerak gerikku. Berarti dia sebenarnya ada di dekatku.Sudah dua Minggu aku mendapatkan pesan seperti ini. Sebenarnya siapa orang kurang kerjaan yang sengaja mengerjaiku. Apa orang terdekatku? Tetapi siapa? Handphone di tanganku kembali bergetar. Pertanda ada pesan masuk. Aku langsung membukanya.[Besok jangan pulang larut lagi ya. Aku khawatir]"Ya Allah, sebenarnya siapa orang ini?" lirihku sambil balik ke belakang. "Tidak ada orang. Lalu orang ini siapa? Kenapa dia bisa tahu kalau aku pulang larut malam." Aku berkata sambil berjalan cepat. Malam ini memang aku sengaja pulang telat dari biasanya. Ada menu tambahan yang akan aku hidangkan besok di warung. Tadi aku terus berusaha membuat resep makan
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 62. Siapa Pelakunya

Tak ingin menunda lama. Aku pun mengirim pesan pada Trisha. Dia harus tahu apa yang sedang terjadi padaku. Sepertinya masalah ini tidak bisa aku pendam sendiri.[Assalamualaikum, Tris. Besok kamu sibuk?] Lima belas menunggu, Trisha belum juga membalas pesan. Aku pun bangkit dari tempat duduk. Ingin mencuci muka dan bergegas untuk tidur. Mungkin Trisha sudah terlelap. Sekarang sudah pukul dua belas malam.Saat baru saja membaringkan badan, handphone yang ada di samping bergetar. Pertanda ada sebuah pesan masuk. [Waalaikumsalam. Besok aku kosong di jam empat sore. Gimana?][Kita bisa bertemu? Aku ingin curhat]Tanpa menunggu lama, aku langsung membalas. Aku butuh kepastian sekarang, jika Trisha bisa diajak cerita besok.[Iya, bisa. Nanti besok aku akan ke warung makan. Kamu tunggu aku di sana saja] [Okey] Aku kini sedikit lega. Semoga Trisha bisa menuntaskan rasa penasaran ini. Aku sudah tidak sabar untuk menyambut hari esok.Detik jam terus berputar. Akhirnya kini waktu yang aku tu
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 63. Siapa Pengagum Rahasia?

"Tunggu bentar, aku cek." Trisha mengeluarkan handphone dari dalam tas. Dia lalu mengetik nomor orang misterius itu. "Nggak ada, Ar. Nomor ini tidak ada di handphoneku. Memangnya sejak kapan kamu dikirimi pesan seperti ini?""Sejak bergabung di grup angkatan. Aku sudah cari nomor itu di grup. Tetapi tidak ada. Aku juga sudah coba mencari lewat aplikasi penemu kontak handphone, tetapi tetap tidak ada. Makanya aku bertanya ke kamu. Siapa tahu kamu mengenalnya."Aku dan Trisha kini terdiam. Mungkin Trisha sedang memikirkan cara untuk menemukan pemilik nomor ini, sama sepertiku.Trisha lalu kembali membaca pesan. Aku hanya melihatnya yang sedang fokus. Semoga saja Trisha menemukan cara untuk membantuku. "Tunggu, aku mau tanya. Apa semua pesan yang dikirim sesuai dengan yang kamu lakukan saat itu? Misalnya ini nih, dia menyuruh kamu untuk jangan telat makan. Terus tadi malam, dia juga menyuruhmu jangan pulang larut malam dan hati-hati di jalan. Maksudku gini loh, Ar. Kalau misalnya tidak s
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 64. Pikiranku Kacau

"Mungkin dulu ada yang naksir kamu waktu masih sekolah." Trisha kembali berkata. "Apalagi itu, Tris. Sangat mustahil jika ada orang yang menyukaiku," ujarku tanpa ragu."Tidak ada yang mustahil. Kenapa tidak ada yang menyukaimu? Memangnya apa yang salah dengan kamu, Ar?" Trisha berkata dengan percaya diri. Mungkin dia hanya ingin menyenangkan hatiku. Berusaha untuk menemukan. Tetapi sungguh, tidak ada. Dulu waktu sekolah, lelaki yang pernah mengatakan suka padaku hanya Yuda. Tetapi kan dia hanya bercanda. Mana mungkin serius. Lelaki sepertinya pasti menginginkan perempuan yang sepadan dengannya. "Aku serius, Tris. Nggak ada orang yang pernah naksir aku di sekolah. Dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, hanya kamu teman dekatku. Tidak ada yang aku sembunyikan dari kamu. Lagi pula kalau ada yang naksir padaku, kamu pasti tahu." Aku berkata dengan menggebu-gebu. Aku frustasi, hingga kini belum menemukan siapa pelaku pesan misterius. "Iya juga sih, Ar. Waktu sekolah dulu, kita kem
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 65. Bertemu Si Misterius

Mataku membola. Orang misterius itu ada di sini. Berarti dia tahu lokasi warungku. Ah, ya iya lah, dia tahu. Saat aku pulang larut, dia tahu. Ketika aku telat makan, dia tahu. Ketika aku sedang kelimpungan, dia juga tahu. Sepertinya dia tahu hampir semua tentangku.Aku pun segera berdiri dan keluar dari ruang kerja. Ketika berada di bagian depan warung yang menjadi tempat pengunjung makan, aku kebingungan. Di sini ada dua orang yang makan sendiri dan ada satu pula anggota keluarga. Satu perempuan, dia tak berjilbab dan sedang menelpon. Yang satunya lagi adalah seorang lelaki bertopi, dia makan sambil menghadap ke jalan, lelaki itu duduk di dekat pintu keluar. Sepertinya tidak mungkin jika orang misterius itu perempuan. Aku bisa berpikir begitu karena saat ini mataku sedang menatap perempuan itu. Dia sedang makan sambil menelpon, dan dia tidak memperlihatkan respon apapun saat melihatku.Langkahku kini menuju lelaki bertopi yang sedang makan menghadap jalan. Tanganku mulai dingin. R
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 66. Aku Bukan Pelawak

Aku yakin, Yuda sedang merencanakan sesuatu yang buruk untukku. Sangat tidak mungkin jika dia naksir padaku. Pasti dia masih nekat karena belum mendapatkanku. Mungkin taruhan bersama teman-temanya bernilai besar. Sehingga sampai sekarang, dia tidak berhenti. Ya, dia masih terus mengejarku.Aku coba menetralkan rasa. Tidak boleh nampak emosi. Aku harus bisa terlihat elegan berhadapan dengan lelaki ini. Jika tidak, dia akan semakin merendahkan aku. Ya, aku merasa rendah mendengar pernyataan cinta darinya. Kalau saja aku cantik, mungkin tidak akan ada lelaki yang berani mempermainkan aku. "Sebenarnya apa mau kamu, Yuda? Belum cukup kah dulu kamu selalu menggangguku? Berapa uang di janjikan oleh teman-temanmu? Aku tahu kamu mengejarku karena sedang taruhan dengan teman-temanmu! Kamu pasti merasa tertantang, makanya hingga sekarang masih saja mengejar. Apa jumlah uang dijanjikan oleh mereka terlalu besar?" Awalnya aku berbicara dengan pelan. Namun, di tengah kalimat, emosiku memuncak. Ak
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 67. Takut Menghadapi Kenyataan

"Itu siapa, Mbak? Dia lumayan lama duduk di sini." Suara Mbak Nurul mengagetkan aku. Ternyata dia sedang membersihkan meja yang ada di sampingku. Aku bahkan tidak menyadari kehadirannya."Dia teman SMA ku, Mbak. Sejak kapan dia di sini?" tuturku lembut. Entahlah, suaraku bukan lembut, tetapi tak bertenaga. Setelah melihat Yuda, aku jadi malas beraktifitas. "Tidak lama setelah teman Mbak tadi datang, dia sudah di sini. Aku tawari makan, tetapi dia katakan masih ingin duduk dulu. Sepertinya tadi dia pesan makanan setelah teman Mbak pulang," ujar Mbak Nurul sambil berdiri.Ternyata dia sudah lama di sini. Tadi aku cerita bersama Trisha lebih dari sejam. Aku semakin penasaran dengan niat di balik tingkah Yuda."Untung saja dia datang saat warung sedang sepi. Kalau tidak, mungkin aku sudah mengusirnya. Bagaimana tidak, aku pikir dia hanya numpang istirahat tanpa memesan makanan." Mbak Nurul kini berkata sambil merapikan kursi. Dia nampak kesal dengan Yuda."Tidak apa-apa, Mbak. Kalau or
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 68. Di Antar Pulang Oleh Yuda

Kini jarum jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam. Warung makan telah di tutup. Aku sedang bergegas untuk pulang ke kos. Saat baru saja keluar, seseorang yang duduk diatas motor mengganggu penglihatanku.Aku memelankan langkah. Siapa orang yang memarkir motor tepat di depan pintu masuk warung. Aku tak bisa melihat jelas wajahnya yang sedang tertutup helm. Orang itu menoleh padaku, namun tidak menggeser motornya.Mbak Wati, Mbak Siti dan Mbak Nurul sudah pulang, sejak tiga puluh menit yang lalu. Jika saja masih ada mereka, mungkin aku tidak akan takut. Harusnya aku tidak perlu takut. Sekarangkan masih ramai."Sini aku antar pulang!"Suara itu menghentikan langkahku. Yuda! Lelaki ini Yuda. Aku sangat kenal suaranya. Baru saja tadi kami bertemu, belum hilang di ingatan tentang semua yang terucap dari bibirnya."Kenapa kamu berada di sini?" tanyaku dengan wajah jutek.Yuda membuka helm lalu tertawa pelan. Kenapa orang ini hobi sekali tertawa saat melihatku marah? Apa ketika marah, aku sep
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 69. Aku Ingin Gila

Aku masih termenung. Apa maksud perkataan Yuda, sejak dulu menjagaku? Bukankah dulu dia hanya menyapa ketika tidak dilihat oleh banyak orang? Aku tidak pernah merasa jika dia menjagaku."Aku pulang dulu, kamu jangan tidur larut malam ini," tutur Yuda sambil tersenyum.Tanpa menunggu aku berkata, dia telah melangkah. Aku masih berdiri di pintu gerbang. Menatap langkah Yuda yang kian menjauh. Terlalu banyak ucapan Yuda yang tidak aku pahami. Hingga kini aku belum percaya jika di menyukaiku. Entah sampai kapan, aku tidak bisa memastikan. Semua ucapan Yuda terdengar aneh di telingaku. Bagiku, dia hanya ingin bermain-main."Kenapa harus aku yang kamu pilih untuk dipermainkan, Yuda? Aku memang tidak secantik perempuan lain di luar sana. Tetapi aku punya harga diri. Tidak ingin dihina seperti ini," lirihku sambil menatap Yuda yang kian menjauh.Lelaki itu melangkah sambil menunduk. Aku benci dirinya. Tidak suka dengan semua ucapannya. Jika punya kuasa, aku sudah membalas semua yang dia lak
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 70. Kabar Buruk Dari Ibu

***"Ada hal penting apa, ibuku sayang? Tumben ibu menelpon jam segini. Ini kan masih terlalu pagi!" ujarku setelah mengangkat telepon.Bagaimana aku tidak mengatakan jika ini terlalu pagi, sekarang masih jam setengah enam. Aku sedang membersihkan kos, ibu menelepon. Tidak biasanya ibu menelpon di jam segini.["Kamu dimana, Nak? Belum ke warung kan?] Suara ibu terdengar sangat lembut. Aku jadi rindu ingin bertemu. Terakhir aku pulang, empat bulan yang lalu. Padahal aku merencanakan bisa pulang sebulan sekali, meskipun hanya tinggal sehari di kampung. "Aku tidak serajin itu, Bu, ke warung di jam segini. Nanti jam tujuh baru aku ke sana," ujarku yang kini telah duduk di ranjang tidur. Sepertinya yang ingin dibahas oleh ibu sangat penting. Dari tadi ibu masih saja berbasa basi.["Kalau begitu bagus lah, Nak. Ada yang ingin ibu sampaikan. Tetapi kita harus bahas dengan kepala yang tenang"]"Memangnya ada apa, Bu? Dari tadi ibu sudah membuat aku penasaran. Hal sepenting apa yang sudah me
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status