Detik jam terus berputar, kini jam di dinding menunjuk pukul satu malam. Aku menatap lelaki yang sudah delapan tahun menjadi suamiku, dia telah terlelap. Secepat itukah dia bisa tidur saat menghadapi masalah besar? Ya, menurutku ini adalah masalah yang sangat besar. Kenapa hanya aku yang bersedih? Mas Amar terlihat biasa saja. Aku merapikan rambutnya, bibir pun berkata, "aku sangat mencintaimu, Mas. Bagaimana mungkin aku bisa berbagi dengan perempuan lain? Aku tidak mungkin kuat melihatmu bermesraan dengan istri barumu. Aku meminta cerai bukan karena marah atau tak cinta. Aku hanya terlalu lemah." Mata yang sudah kering, kini basah lagi. Mengingat kembali ucapan Mas Amar beberapa jam lalu, membuat hati sangat teriris. "Aku tahu, ibu yang sudah melahirkan dan membesarkanmu. Tetapi aku juga layak untuk kamu bahagiakan, Mas. Aku bahkan selalu berbohong pada kedua orangtuaku, mengatakan jika bahagia tinggal di sini. Tetapi sungguh, itu hanya perkataan bohong agar kamu tetap berwibawa di
Last Updated : 2022-12-20 Read more