Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 51 - Chapter 60

185 Chapters

Bab 51. Ke Rumah Sakit

Pov Amar *** Aku dan Lilis sedang di perjalanan menuju Rumah Sakit. Kami sudah janjian dengan dokter, aku akan melakukan tes kesuburan. Begitu pun dengan Lilis, hari ini dia akan menjalani pemeriksaan HSG. Aku memilih rumah sakit yang berbeda dengan saat melakukan pemeriksaan bersama Arumi. Aku tak ingin ke Rumah Sakit yang dulu lagi. Di Rumah Sakit itu data riwayat kesehatanku sudah ada. Jangan sampai Lilis tahu tentang ini. "Ibu Lilis silahkan masuk!" Terdengar suara seorang perawat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Lilis menarik tanganku untuk ikut masuk. Kenapa aku juga harus ikut masuk? Padahal kan dia yang akan menjalani pemeriksaan. "Dengan Ibu Lilis?" tanya dokter spesialis radiologi. "Iya, Dok?" jawab Lilis dengan anggun. Perempuan ini, jika berhadapan dengan orang lain terlihat sangat anggun. Tetapi jika denganku, berubah menjadi monster. "Ibu dan bapak sudah berapa tahun menikah?" tanya dokter pada kami sambil tersenyum ramah. "Setahun lebih sebulan, dok.
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 52. Aku Ternyata Mandul

Pov Amar Waktu terus berputar, di tanganku sudah ada hasil pemeriksaan tes kesuburan. Aku memegang sendiri hasil tes, begitupun dengan Lilis. Sengaja, tidak ingin dibaca oleh Lilis. Lebih baik langsung di baca oleh dokter. Aku dan Lilis sedang menunggu di kursi tunggu depan ruang praktek dokter. Kami mendapat nomor urut tujuh, sedangkan sekarang masih nomor urut tiga. Aku rasa akan lama kami berada di sini. Entahlah, apa saja yang dilakukan oleh dokter hingga waktu pasien berada di ruangannya sangat lama. "Ibu Lilis," panggil seorang perawat. Akhirnya tiba juga nama Lilis dipanggil. Aku dan Lilis pun berdiri, melangkah menuju ruang dokter. Lilis tersenyum lembut pada dokter, begitupun denganku. Kami berdua langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan dokter, ada meja yang menjadi perantara kami dan dokter. "Ini hasil HSG, dok,"ujar Lilis lembut. Saat melihat Lilis menaruh hasil HSG di atas meja, aku juga langsung menaruh hasil pemeriksaan kesuburanku. "Dan ini
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 53. Lilis Akan Membongkar Aibku

Pov Amar Kini aku dan Lilis sedang dijalan menuju Rumah. Dokter yang dulu aku datangi bersama Lilis tidak menjelaskan seperti dokter tadi. Dulu aku mengira jika azoospermia hanya masalah biasa yang juga dialami oleh kebanyakan lelaki diluar sana. Dokter yang dulu memang mengatakan jika aku akan sulit untuk memiliki anak. Tetapi aku tidak percaya. Bisa saja dia bohong. Dokter yang baru saja kami datangi tadi, menjelaskan dengan sangat sempurna. Hingga tidak ada lagi keraguan dalam pikiranku. Ya, aku benar mandul. Lilis berada di belakangku, sedari tadi dia hanya diam saja. Tidak seperti saat menuju rumah sakit, dia terus mengadu mulut denganku. Entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang? Mungkin senang karena ternyata dia sehat dan aku tidak. Tiga puluh menit perjalanan, aku dan Lilis pun tiba di Rumah. "Waalaikumsalam, kalian sudah pulang. Gimana hasilnya tadi." Ibu tersenyum saat membuka pintu. Aku langsung masuk ke dalam kamar, tidak menyapa ibu terlebih dahulu. Biarkan Li
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 54. Jujur Pada Ibu

Pov Amar "Aku tidak akan pernah mengizinkan kamu untuk me-" ucapanku terhenti karena mendengar suara ketukan pintu. Lilis menoleh ke arah pintu, hanya beberapa detik, dia lalu kembali melihatku. Tak lama, dia pun berdiri untuk membuka pintu, ternyata ibu. Kini ibu melangkah masuk, menghampiriku. Lilis berjalan di belakangnya. Entah apa yang akan dikatakan ibu. Kini aku sangat deg-degan. Aku belum siap untuk jujur pada ibu. Tetapi, aku juga tak bisa mencegah Lilis untuk berkata. Dia pasti akan melakukan seperti ucapannya tadi, ingin memberitahu ibu jika aku mandul. Aku tak bisa membayangkan, yang akan terjadi sesudah ini. "Apa hasil pemeriksaan dari dokter? Kenapa kalian tidak mau cerita ke ibu? Minggu lalu, kamu cerita ke ibu jika Lilis baik- baik saja. Kenapa hari ini wajah kalian tidak seperti minggu lalu, pulang dengan keadaan ceria." Ibu berkata dengan tatapan sendu. Aku tak tega melihatnya. Lilis berdiri, aku sudah tahu apa yang akan dia lakukan. Ya benar, dia mengambil
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 55. Bertemu Sahabat

***"Mbak Arumi, di luar ada yang cari," ujar Mbak Nurul. Karyawan yang baru saja aku suruh mengantar makanan di meja pelanggan."Siapa?" tanyaku singkat."Nggak tahu, Mbak. Katanya teman Mbak waktu sekolah," tutur Mbak Nurul yang masih berdiri di sampingku."Perempuan atau laki-laki?" tanyaku lagi dengan tangan yang masih menggiling bumbu saus gado-gado. Aku sekarang memiliki warung makan. Meskipun tidak terlalu besar, namun aku sudah mempunyai banyak tabungan dari mengelola warung ini. Padahal usahaku ini baru berdiri selama setahun. Ya, hari ini sudah genap setahun. Aku sangat berterimakasih pada Mas Riki dan Mas Arca. Mereka sudah patungan untuk memberikan modal usaha. Yang paling penting, semua itu atas persetujuan kedua iparku. Jujur, aku merasa sangat beruntung memiliki ipar seperti mereka."Perempuan, Mbak." Aku terdiam sesaat, setelah mendengar ucapan Mbak Nurul. Kira-kira siapa ya? Teman saat aku sekolah SMA? Aku sudah lama tidak berkomunikasi dengan satu pun teman sekola
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 56. Sahabatku Pendengar Terbaik

"Heh, kenapa berpikiran begitu, kamu itu sahabatku, dari dulu sampai sekarang. Aku tidak mengundangmu karena dulu acara nikahan tidak ada resepsi. Hanya akad nikah saja," ujarku dengan pelan. Berharap Trisha tidak lagi mempertanyakan soal pernikahanku yang dulu. Sejujurnya aku tidak ingin lagi membahas itu. Rasanya semua kenangan pahit kembali membuat hati terluka."Meskipun hanya akad, aku pasti datang jika diberitahu. Terus mana suamimu. Kapan kamu mengenalkan aku padanya?" Aku termenung, wajah kini sendu. Aku menatap Trisha. Rasanya ingin mengeluarkan semua rasa sakit ini padanya. Selama ini aku selalu memendam. Berpura-pura tertawa, padahal hati gundah. Berpura-pura baik-baik saja, meskipun rasa sakit masih ada.Sejak pulang dari persidangan di hari itu, aku selalu berusaha untuk melupakan Mas Amar. Aku memang sudah tak cinta. Namun, rasa benci dan emosi masih terpendam. Sebenarnya aku butuh teman cerita, layaknya orang lain. Tetapi sejauh ini, aku belum menemukan teman yang bis
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 57. Cinta Dalam Diam

"Kamu perempuan hebat, Arumi. Kenapa Allah mengujimu seperti itu? Karena Allah tahu kamu mampu," ucap Trisha setelah melepas pelukan."Aku terlalu bucin, Tris. Mau saja di bodoh-bodohi. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan kalau Mas Amar sulit punya anak. Namun Mas Amar memintaku agar menyembunyikan kebenaran itu dari semua orang. Dan dia malah menuduhku yang mandul. Jahat sekali kan?" Aku melirik Trisha. Hanya sejenak, ingin mengetahui seperti apa responnya mendengar ceritaku. Dia kaget, mimik muka nya nampak marah."Kok bisa ada lelaki seperti itu di dunia ini? Ya Allah, kenapa kamu bisa menikah dengan orang seperti itu. Padahal kamu sangat baik, Arumi. Berarti perceraian kalian adalah nikmat dari Allah untuk kamu. Aku pernah mendengar dari ustad, kalau bercerai dengan orang alim itu musibah, sedangkan bercerai dengan orang dzolim itu nikmat. Percayalah, setelah ini kamu akan menemukan jodoh yang sangat baik." Ucapan Trisha sangat benar. Berpisah dengan Mas Amar adalah nikmat
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 58. Rasa Cinta Abadi

"Ya Allah, Tris! Serius, kamu menunggu Yuda? Kamu tahu dari mana kalau dia belum menikah? Bisa saja kan dia sudah menikah, tetapi tidak mengundang teman-teman dan tidak pula di publish." Aku sangat kaget. Kok bisa? Padahal aku kira, itu hanya cinta-cintaan anak remaja. Ya, hanya sebuah rasa kagum pada seorang lagi. Bukan rasa ingin memiliki.Aku memang tahu, jika Trisha diam-diam sangat mengagumi Yuda. Dulu, hampir setiap hari Trisha selalu menceritakan Yuda. Bahkan aku sampai bosan mendengarnya. Tetapi aku tidak mungkin jujur ke Trisha jika aku bosan. Ya Allah, ternyata itu bukan hanya sekedar rasa kagum biasa. Trisha bahkan ingin menjadi istri Yuda. Sungguh, ini sangat mengagetkan."Aku selalu memantau media sosialnya. Aku juga punya kenalan di tempat kerjanya. Jadi tidak mungkin jika aku ketinggalan kabar. Tetapi gimana ya, Ar. Aku ini perempuan, tidak mungkin kan maju duluan. Jadi hanya bisa diam dan berdoa."Percakapan kami terhenti ketika seorang karyawan membawa makanan yang
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 59. Mengenang Tingkah Yuda

Saat itu, aku langsung meninggalkan Yuda tanpa berkata apapun. Aku rasa tak perlu di gubris. Mungkin dia hanya iseng atau sedang taruhan bersama teman-temannya. Bukankah begitu? Lelaki populer yang naksir pada perempuan biasa, seringkali karena sedang taruhan. Aku cukup sadar diri untuk tidak terbuai dengan ucapan-ucapan Yuda. Apalagi tahu jika Trisha menyukainya. Tetapi aku rasa benar, jika Yuda hanya bermain-main dalam ucapan. Aku kembali teringat ucapan Yuda, "tunggu aku, Arumi. Ketika sudah sukses, aku akan datang melamar kamu. Tolong tunggu aku dan jika ada yang melamar kamu, tolong jangan pernah terima." Kalimat itu terucap ketika kami selesai mendengar pengumuman kelulusan sekolah. Lagi-lagi Yuda berkata saat keadaan sepi, dia menghampiriku yang sedang berjalan kaki menuju kos. Jika dia serius, pasti akan datang melamar. Nyatanya hingga sukses, dia bahkan hilang kabar.Yang membuatku heran, kenapa dulu Yuda selalu mendekatiku saat keadaan sekitar sedang sepi. Mungkin dia mal
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 60. Pesan Dari Grup Angkatan

Trisha hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Sudah lima menit, Trisha hanya melamun. Entah, apa yang ada dalam pikirannya. Aku juga tidak bisa menebak. "Tris, kamu kenapa, kok diam." Aku pun berucap.Trisha pun ikut tersenyum, bibirnya lalu berkata, "nggak apa apa kok. Ada yang aku pikirkan soal kerjaan. Oh iya, kita belum bertukar nomor handphone.""Biar aku saja yang tulis nomor kamu. Nanti aku memanggil," ujarku lalu berdiri dan melangkah ke belakang.Tadi aku menemui Trisha tanpa memegang handphone. Setelah benda pipih yang dicari sudah dalam genggaman, aku kembali menemui Trisha. Aku menyimpan nomor Trisha. Dengan nama yang pernah dulu aku pakai. Si cantik — Itulah nama Trisha di handphoneku. Sesuai kok dengan orangnya. Aku tidak asal menulis nama."Aku masukin kamu di grup angkatan ya?" tutur Trisha sambil fokus pada benda pipih di tangannya."Nggak usah, Tris. Kayaknya tidak penting juga kalau aku bergabung. Aku kan tidak terkenal seperti kamu. Jadi tidak masalah kalau nggak
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status