Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 381 - Bab 390

686 Bab

Bab 79 Pembalasan!

Usai menunaikan sholat magrib seluruh jamaah melakukan dzikir dan berdoa. Daniel tersenyum menatap gelang tasbih pemberian wanitanya. Ia akan menghitung dengan biji tasbih dzikir yang ia ucapkan kendati ia masih kebingungan dzikir apa yang harus ia lafalkan pada saat itu.Ia pun melafalkan dzikir takbir dan tasbih seperti apa yang ia dengar dari jamaah yang duduk berdampingan dengannya.Ketika dzikir rampung sang imam pun memutar tubuhnya dan hendak bersalaman dengan jamaah. Karena sang imam penasaran dengan sosok pemuda yang terlihat sangat berbeda dengan yang lain, ia ingin berkenalan dengan Daniel Dash. “Namanya siapa Mas?” tanya sang imam yang masih terlihat muda tersebut. Ia mengira jika Daniel ialah seorang turis asing.“Saya Daniel,” jawab Daniel singkat.“Kalau boleh tau, maaf, Anda turis dari mana? Bahasa Indonesia Anda fasih dan bacaan iqomahnya bagus! Anda sudah lama tinggal di Indo?” “Ayah saya Aussie. Ibu orang Jawa, Mas,”“Oalah, punten dikira turis!” katanya terkekeh
Baca selengkapnya

Bab 80 Bahagia di atas penderitaan orang lain

Di sebuah cafetaria kampus,Seorang gadis tampak mengaduk-aduk lemon tea dingin dengan malas. Wajahnya ditekuk dan terlihat masam. Terlihat sama sekali tak ada gairah dalam hidupnya. Teman-teman satu circle nya mengerumuni gadis berwajah cantik dengan tatanan khas rambutnya dikuncir kuda. Mereka merasa aneh saja melihat sahabatnya terlihat pendiam tak biasanya ceria.“Ya … ya … wakil panitia OSPEK kok bete? Beres belum persiapan buat hari senin?”tanya salah satu teman kampusnya ikut bergabung.“Kalau soal OSPEK tak ada masalah.” Gadis itu menjawab malas.“Kenapa lo bete? Lo lagi punya masalah sama pacar lo?” “Aku super badmood! Aku sudah melakukan kesalahan fatal. Hubunganku dengan Daniel sudah khatam! Aku juga sudah mengecewakan Mommy nya. Padahal Mommy Kinan pendukungku! Ia sangat mendukung hubunganku dengan putra bungsunya itu.”Violeta mengutarakan keresahan hati pada teman-temannya.“Kalau boleh tahu, apa kesalahan yang kau buat?” tanya temannya yang lain berpenampilan tomboy
Baca selengkapnya

Bab 81 Hari pertama OSPEK yang sesuatu!

Nuha terbengong-bengong ketika mendengar cerita dari suaminya bahwa adik iparnya, Daniel Dash sudah menjadi mualaf.Nuha sempat terkejut ketika melihat Darren dan Daniel keluar dari masjid bersama. Namun Darren tidak menceritakannya sebelum mereka tiba di rumah.“Serius Mas? Aku tidak percaya!” ungkap Nuha dengan mata yang membulat sempurna. Mata hitam obsidiannya semakin melebar dengan bulu mata yang lebat bergoyang. Mirip boneka India.Darren hanya mengulum senyum menatap ekspresi yang ditunjukan istrinya. Jangankan Nuha, dirinya saja tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seperti sebuah mimpi mendapati adiknya mengumandangkan iqomah di masjid.Adik yang ia kenal hidup bebas. Adik yang pembangkang. Adik berandalannya kini menjelma menjadi pemuda yang lebih baik.“Sayang, kau menggemaskan sekali,” Darren menyatukan kening mereka. Dengan usilnya, ia merapatkan sebelah matanya pada sebelah mata Nuha hingga bulu mata mereka beradu geli.Nuha tertawa. “Mas, iseng,”“I like your eyes, y
Baca selengkapnya

Bab 82 Tindakan panitia yang provokatif

Pagi buta para mahasiswa senior yang terdiri dari anggota BEM kampus Prabu Agung Cakrabuana tengah mengadakan briefing acara OSPEK sebentar lagi. Mereka tengah membahas rencana kegiatan yang sudah disusun untuk kegiatan OSPEK kampus selama tiga hari. Setelahnya maka akan diserahkan pada panitia yang berasal dari fakultas.PKKMB atau yang lebih dikenal dengan OSPEK terdiri dari dua kegiatan. Pertama OSPEK kampus yang diadakan untuk seluruh mahasiswa baru dari semua fakultas dan jurusan. Yang ke dua OSPEK tiap fakultas yang diselenggarakan oleh fakultas masing-masing.Dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit, briefing selesai dan diakhiri oleh doa agar acara selama OSPEK berlangsung lancar.Semua panitia sedang bersiap-siap. Mereka sudah memakai almamater kebanggaan kampus. Beberapa ada yang memilih sarapan terlebih dahulu di cafetaria kampus karena sudah buka sejak subuh. Ada yang hanya menikmati sarapan dan kopi starbuck delivery dari Grabfoo*. Usai mengisi amunisi perut, mereka men
Baca selengkapnya

Bab 83 Kakak senior yang baik hati

“Bagaimana kabarmu, Daniel? Kau terlihat sehat sepulang dari Indonesia.”dr Richard yang menangani Daniel menyambut kedatangan Daniel dengan ramah tamah. Hari itu Daniel tengah melakukan medical cek up rutin untuk melihat perkembangan kesehatannya.“Seperti yang kaulihat, baik, Dok. Saya merasa lebih baik dan sehat.”Daniel mengambil tempat duduk di depan dr Richard terhalang meja persegi panjang.“Well, sekarang kita lihat jadwal operasi ya?”dr Richard melihat map berisi rekam medis milik Daniel.“Mukjizat! Maaf, sepanjang saya menangani cancer kau adalah anomali. Saat saya melihat rekam medis yang dikirim dokter di Indonesia, saya sempat frustrasi. Saya kira terapi yang kau ikuti hanya mengurangi jumlah sel cancer sedikit.Siapa sangka, sel cancer mu bahkan mulai bisa dikendalikan. Terapi dan obat-obatan yang kau konsumsi nyatanya efektif memusnahkan sel cancer dalam jumlah banyak.”dr Richard begitu antusias membahas progress kesehatan Daniel saat ini.Daniel bersyukur dalam hati,
Baca selengkapnya

Bab 84 Keresahan dua hati

Sudah hari ke tiga, Violeta merasa di atas angin. Ia berhasil mengerjai Salwa Salsabila bersama panitia lainnya. Ia memanfaatkan posisinya sebagai panitia untuk mengeksploitasi gadis energik itu. Salwa tak kuasa menolak sebab dalam kegiatan tersebut ketika ia berupaya melawan atau menolak sanksi yang diperoleh semakin berat. Salwa pun tak patah arang. Ia menunjukan pada mahasiswa senior bahwa ia maba yang kuat secara mental dan fisik. Tak tanggung-tanggung, Salwa dihukum diminta push up hingga lima puluh kali. Berlari mengelilingi stadion olahraga universitas yang sangat luas sebanyak sepuluh kali. Berdiri menghormati bendera merah putih yang berkibar saat terik matahari membakar kulit. Semua ia lakukan dengan kerelaan sebab ia bersikukuh dengan pendiriannya. Beberapa mahasiswa senior mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan provokatif dan menjatuhkan. Salwa selalu berusaha menjawab dengan logis, realistis dan benar kendati para panitia pula berupaya menghabisinya dengan statement
Baca selengkapnya

Bab 85 Kiriman dari seseorang?!

“Wa, kau kenapa?” Neng Mas mengguncang pelan pundak Salwa yang tengah tidur dengan memunggunginya. Ia tak pernah mengganggu sahabatnya sedang tidur, namun melihat punggung yang berguncang ketika posisinya meringkuk ia menarik kesimpulan. Gadis itu tengah menangis dalam tidurnya. “Apa salah satu panitia menghinamu? Menghina kakakmu?” telisik Neng Mas mengira-ngira. Biasanya jika berkaitan dengan saudarinya, ia akan cepat tersulut emosi. Mengabaikan perkataan sahabatnya, Salwa hanya menggertakan giginya dan meremat selimut yang membungkus tubuhnya. “Wa, apa kau sedang punya masalah dengan Mas Mister mu?” Mendengar Neng Mas menyeru namanya, Salwa langsung menggeram. “Jangan sebut dia!” Sebagai seorang sahabat yang peka, Neng Mas sudah mafhum, rupanya akar permasalahan yang menyebabkannya uring-uringan ialah Daniel Dash. “Cerita dong! Kita ‘kan sahabat. Apa yang membuat kalian aishiteru?” Salwa menyingkirkan selimut dan menatap nyalang Neng Mas. Wajahnya yang lusuh semakin terliha
Baca selengkapnya

Bab 86 Ancaman marabahaya

Siang itu Nuha tengah mengasuh ke tiga anaknya di taman, menggelar karpet dan menaruh beberapa keranjang berisi makanan dan minuman serta mainan anak-anak. Di bawah rindangnya pohon ketapang, dikawani sinar matahari yang masih malu-malu, mereka menikmati semilir angin yang berembus dan pemandangan taman di mana bebungaan tengah bermekaran.Bik Ningsih dan Mutia serta pelayan wanita lain ikut serta bergabung di sana menemani anak-anak bermain. Meskipun posisi mereka ART namun Nuha sebagai majikan mereka tak pernah menganggap mereka pekerja rendahan hanya karena status sosial lebih rendah.Nuha dan Darren memperlakukan mereka dengan baik. Para pekerja di sana diapresiasi dengan baik. Tak segan mereka mendapat bonus gaji atas pengabdian dan pekerjaan mereka yang memuaskan.“Bik, tolong buat roti sandwich untuk Asyraf. Isinya tuna dan sosis. Dikasih saus mayones dan saos tomat!” titah Nuha pada Bik Ningsih.“Siap, Mbak,” jawab Bik Ningsih dengan sigap. Ia langsung membongkar keranjang ro
Baca selengkapnya

Bab 87 Aksi gagal sang pecundang

Para maba sudah berbaris rapi mengantri karena akan mengikuti kegiatan seru yaitu flying fox atau luncur gantung.Semua maba antusias ingin mengikuti aksi yang memacu adrenalin tersebut, terutama maba yang paling aktif di antara yang lain, ialah Salwa Salsabila di mana kehadirannya cukup menarik atensi semua peserta. Mungkin jika tidak ada yang memberitahu sosok gadis itu maka takkan ada satupun menyadari jika ialah adiknya Mariyam Nuha di mana memiliki karakter yang bertolak belakang.Mariyam Nuha yang kalem, anggun tetapi tegas. Sementara itu Salwa Salsabila yang terkesan tomboi, energik dan sedikit temperamen. Mereka memiliki satu kesamaan yakni keberanian yang tinggi dan keras kepala.“Salwa! Salwa!” teriak para maba ketika panitia mengumumkan siapa yang akan menjadi pemain pertama flying fox. Siapakah yang paling berani di antara yang lain.Salwa sedikit meringis mendengar teriakan teman-temannya. Ia sering memanjat pohon yang tinggi namun untuk menaiki flying fox berbeda. Butuh
Baca selengkapnya

Bab 88 Pertemuan tak terduga

Dada Violeta bergemuruh hebat. Ia waspada ketika berhadapan langsung dengan gadis yang ia anggap sebagai rival sejatinya.Ia ingin berlari dari situasi menegangkan tersebut namun pasti gadis itu akan mencemoohnya. Namun jika ia tetap memilih berada di dekatnya, kini marabahaya mengancamnya.Ia tak bisa membayangkan jika anak junior akan menghabisinya.“Saya tidak pernah punya urusan denganmu. Apalagi punya masalah denganmu, Violeta! Saya hanya tahu kau temannya Mas Daniel. Senior di kampus.”Malam itu Salwa memilih retorika daripada tenaga. Suatu hal yang sangat konyol ketika ia memutuskan menyerang seorang gadis yang lemah, tak jago bela diri. Ia mawas diri. Satu tendangan saja sudah membuatnya cedera. Apalagi menghajarnya dengan berbagai macam jurus yang ia miliki. Bisa-bisa ia dilarikan ke ruangan instalasi gawat darurat di rumah sakit.Terlihat mimik muka Violeta yang geram dan kesal. Namun Salwa berupaya tenang setenang air. Ia menikmati detik-detik gadis itu yang tertekan.“Kau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3738394041
...
69
DMCA.com Protection Status