Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 371 - Bab 380

686 Bab

Bab 69 Kejutan dari seseorang

“Tentu saja kau bahagia. Maaf aku menanyakan pertanyaan retorik. Kau sudah bahagia menjadi istri dan juga ibu tiga orang anak.” Muhammad Attar meralat perkataannya. Ia melambaikan tangannya memanggil putra semata wayangnya. “Yusuf, ayo, Nak! Ummi kasihan mencarimu,” seru Attar lagi. Sementara itu Yusuf terlihat mencebik karena harus berpisah dengan Farrah. “Tak mau Abi! Aku masih mau main sama Farrah.” Yusuf menggeleng ribut. “Ayo Sayang! Lain kali mainnya.” Attar membujuk putranya. “Gak mau!” Kembali Yusuf merajuk. “Ayah! Ayah Darren!” pekik Farrah ketika melihat Darren berjalan ke arahnya melewati Attar. Attar spontan menoleh pada Darren dengan sedikit terkesiap. Khawatir perkataannya barusan terdengar olehnya. “Yusuf, dia Ayahku! Handsome bukan?” cicit Farah langsung merentangkan ke dua tangannya ingin digendong ayahnya. “Sweety, kau sedang bermain dengan siapa?” tanya Darren menatap wajah cantik putri kesayangannya. Farrah menghujani wajah ayahnya dengan ciuman penuh k
Baca selengkapnya

Bab 70 Different surprise

“Maaf, Bu Ustazah Linda, saya tak ingin berduet dengan Salwa. Soalnya takut Neng Mas marah.”Acep mendekati Linda dan berbicara serius padanya.“Kenapa marah?” Linda memandangi wajah muridnya dengan serius.“Bu, Neng Mas itu calon jodoh masa depan Acep. Doain ya biar Acep cepat kerja dan dapat restu dari Mandor Soleh,”Linda menahan tawa. Setahu dirinya, Neng Mas terlihat memandang Acep seperti memandang sesuatu yang paling dibencinya.“Iya, Ibu doain! Kau kuliah yang benar baru kerja. Setelah itu baru kau lamar si Neng!”Ustazah Linda menepuk-nepuk pundak Acep. Mata Acep langsung berkaca-kaca, mendapat dukungan moril pertama kali dirinya dalam meraih cinta Neng Mas.Acep menyerahkan mikrofon pada Salwa. Salwa pun menaiki panggung minimalis tersebut dengan perasaan riang gembira. Pada dasarnya ia memang suka bernyanyi.“Bang, lagunya yang viral itu loh! Yang menyedihkan!” seru Salwa pada pemain instrumen musik di belakangnya.Kemudian intro musik mulai mengalun. Dawai gitar mulai dip
Baca selengkapnya

Bab 71 Kehidupan baru

“Hei, kok kelihatan bete?” tanya Raja melihat Daniel yang duduk dengan menggenggam gelas berisi soda di tangan kanannya.Daniel menghela nafas panjang.“Tadi gadis yang suaranya bagus itu cewek lo?”Raja tak berhenti mengoceh, penasaran melihat mimik wajah rekan kerjanya yang awalnya ceria dan bersemangat, kini setelah kepergian gadis itu terlihat semacam anak kecil yang ditinggalkan oleh ke dua orang tuanya.Daniel meneguk soda dingin perlahan untuk menghilangkan rasa haus pada tenggorokannya. Lebih tepatnya menenangkan diri.Biasanya ia memilih minuman beralkohol, minimal bir dalam kemasan kaleng untuk memperbaiki suasana hatinya yang buruk. Namun semenjak mengenal gadis itu perlahan ia mulai meninggalkan minuman haram tersebut.“Dia bukan cewekku!” sahut Daniel kemudian menaruh gelas kosong di atas meja, memandang Raja dengan serius.Raja sontak menaikkan alisnya sebelah, berupaya membaca isi kepala temannya tersebut.“Dia calon istriku!” ucap Daniel dengan tegas.“Wow! It’s amazin
Baca selengkapnya

Bab 72 Reuni sahabat lama

Setelah menyelesaikan urusan administrasi, Aruni pergi kembali menemui Salwa karena sebentar lagi seorang musyrifah akan mengantar mereka menuju asrama perempuan. (Musyrifah; pengurus asrama pondok perempuan)Ketika Aruni menemui Salwa, terlihat di sana ada Zahra dan Ilham. Aruni pun menyapa mereka. Ilham kemudian memperkenalkan Zahra pada Aruni yang baru pertama kali bertatap muka dengannya.“Ummi Aruni ini Zahra adik saya. Dia baru masuk madrasah aliyah sambil mondok di sini juga.” Ilham memperkenalkan adik perempuannya.“Nak Zahra cantik mirip sekali Ummi nya. Di mana sekarang Ummi dan Abi mu?” tanya Aruni yang mendapat tatapan tajam dari putrinya yang enggan mondok di pesantren.Namun Aruni berteguh keyakinan, ia mengabaikan sikap apapun putrinya tersebut. Ia tahu dan sepenuhnya sadar jika putrinya memang agak bandel dan sukar diatur sehingga jalan satu-satunya ialah putrinya harus didisiplinkan melalui pendidikan agama di pesantren.Kehilangan sang ayah membuatnya kehilangan figu
Baca selengkapnya

Bab 73 Gara-gara sarung

Setelah mengunjungi rumah pemilik pondok pesantren sekaligus silaturahmi dengan sahabat almarhum Hilal, Salwa dan Aruni diajak oleh seorang musyrifah ke kamar asrama putri untuk menunjukan di mana letak kamar yang akan ditinggali oleh Salwa.Kamar yang Salwa tempati berada di gedung A, khusus para santriwati dan terletak di lantai tiga. Di sana kamar khusus untuk anak mahasiswa yang mengenyam pendidikan kuliah dari universitas yang berbeda di sekitar pondok pesantren tersebut.Desain kamar asrama sangat indah dan modern. Furniture di dalamnya juga indah dan cukup mewah untuk sebuah pondok.Kamar Salwa terdiri dari dua bunk bed yang berarti dua ranjang bertingkat. Ia akan tinggal bersama tiga orang santriwati lainnya. Dua ranjang terlihat rapi sekali sebab para santriwati belum pulang ke pondok. Ada satu ranjang seperti telah ditempati, tampaklah seprainya sedikit kusut seperti baru saja di duduki.Furniture lainnya yaitu dua buah lemari besar mungkin bisa memuat untuk pakaian dan buk
Baca selengkapnya

Bab 74 Betapa sukar beradaptasi

Senja itu …Suasana terasa hening di sebuah ruang keluarga yang luas dan berdesain interior modern. Bahkan jika ada seekor nyamuk yang lewat dan berisik sekalipun maka akan terdengar seperti suara bising suporter bola di telinga. Ataupun suara deru nafas yang halus akan terdengar seperti hembusan angin darat. Suara keheningan tersebut bukan tanpa alasan.Keheningan terjadi setelah Daniel kepergok menggunakan sarung bermotif kotak-kotak yang mirip dipakai oleh kakaknya ketika ia pergi menunaikan sholat jumat di masjid. Hanya gara-gara berpenampilan seperti itu menimbulkan sebuah spekulasi yang imajinatif. Sang ayah mulai menerka-nerka. Sebetulnya apa yang terjadi pada putra bungsunya itu. Ada begitu banyak prasangka bersarang pada tempurung kepalanya. Tidak ada dalam sejarah, sepanjang usia putranya tersebut, memakai sarung ala pemuda melayu. Meskipun ia pernah diajak berkunjung ke keluarganya yang muslim ketika hari raya, tak pernah ia menaruh ketertarikan menggunakan kain tersebut.
Baca selengkapnya

Bab 75 Suicide Obsession

Selama tinggal di pondok, Salwa baru pertama kalinya menyaksikan sebuah fenomena mengejutkan. Insiden percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang santriwati kelas Aliyah. Tak pernah ada dalam pikirannya sekalipun. Beberapa santri berusaha membujuk santriwati tersebut dengan menaiki gedung, menyusulnya dan berbicara dengannya, bernegosiasi. Di bawah para santri yang lain membentangkan semacam kain untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Bisa saja saat lengah dan dalam waktu yang teramat singkat gadis itu menjatuhkan dirinya ke sana. Yang dipertaruhkan bukan lagi nasib gadis itu, namun reputasi pesantren yang dijaga baik oleh Kiai Umar. Insiden mengerikan terjadi tepat di pesantren yang ia bina. Dalam hal ini pasti semua orang akan menyalahkan pihak civitas akademika pesantren dan jajarannya yang tak becus mendidik para santrinya. Namun tiba-tiba terdengar suara orang yang bernyanyi menggunakan TOA, memecah pikiran semua orang termasuk santriwati yang memiliki suicide obses
Baca selengkapnya

Bab 76 Terjerat fitnah

Salwa mendongak dan menatap pemuda tampan yang mengenakan jaket berbahan jeans di depannya dengan perasaan rempah-rempah.Daniel terlihat semakin tampan dan aura wajahnya semakin cemerlang. Rambutnya yang semakin panjang diikat seperti biasa setengahnya asal. Meski terkesan bad boy namun terlihat sedap dipandang mata.Mati-matian Salwa berupaya untuk tidak mengingat semua hal tentang pemuda itu. Ia rela memutus komunikasi dengan siapapun termasuk dirinya demi memfokuskan diri hanya untuk belajar selama di pondok.Sekonyong-konyong pemuda yang ia rindukan itu tiba-tiba datang. Membuat semua pertahanan yang ia jaga runtuh seketika.“Aku mau rendang. Sally? Sama ya?”Daniel melambaikan tangannya pada pelayan untuk memesan makanan.“Ish, jadi ini kalian bersekongkol?” gumam Salwa mencebikkan bibirnya. Ia merasa kesal sekaligus tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya bisa mengobati rasa rindunya melihat pemuda itu dalam kondisi baik-baik saja.Alih-alih merespon perkataan gadis berkerudung
Baca selengkapnya

Bab 77 Menerima hukuman

“Cukurukuk!! Kukuruyuk!! Kok! Petok!! Petok!!!”Terdengar suara seorang anak kecil tengah memanggil seekor anak ayam yang lucu.“Kiki di mana kau?” katanya lagi, merangkak, mencari ayam itu di balik semak belukar. Matanya liar bergerak-gerak menyisir seluruh tempat bahkan lubang terkecil pun untuk mencari seekor anak ayam kampung hadiah dari kakeknya.“Apa yang kau cari, Cantik?” tanya sang paman menghampiri gadis bertubuh gemuk nan lucu itu. Rambutnya yang hitam legam panjang berantakan tertiup angin. Bibirnya yang merah muda terlihat mengomel tak jelas.Mendengar sapaan pamannya ia menoleh dan berkata. “Daniel, tolong carikan aku Kiki. Dia hilang padahal, aku ingin main bersamanya.”“Cckk! Panggil Uncle dong jangan panggil nama! Kalau Farah panggil Uncle, Uncle Daniel akan membantu mencarikan si Kiki.”Daniel yang bertubuh jangkung memilih berjongkok sembari merapikan rambut anak perempuan itu. Ia melepas ikatan rambutnya kemudian dengan pelan-pelan ia merapikan rambut Farah yang se
Baca selengkapnya

Bab 78 Suara iqomah

Neng Mas merasa cemas sore itu sahabatnya masih belum kembali setelah dipanggil oleh dewan pengurus santri. Ada apakah gerangan hingga membuat Salwa berlama-lama di sana.Karena penasaran, Neng Mas keluar dari kamar asrama setelah merapikan perlengkapan OSPEK. Sesaat langkah kakinya terhenti ketika ia mendengar beberapa orang santri di lorong yang tengah bergunjing.“Dia memang anak baru. Tapi kelakuannya belagu! Mentang-mentang sudah pernah menyelamatkan anak depresi waktu itu. Besar kepala dia!”Salah satu santriwati berbicara pada santriwati lainnya.“Betul sekali! Mentang-mentang ditaksir cucunya kiai Umar, semakin ia terbang. Sayang, antara penampilan dan kelakuan berbanding terbalik. Apakah tadi kau melihat foto-foto dari Teh Shafiyah? Gilak! Dia murahan sekali! Dia jalan sama berandalan, bule lagi. Kita ‘kan gak tahu agama itu bule,” sahut yang lain semakin seru menikmati sepiring gosip dengan menu santri baru yang digunjingkan.Neng Mas merasa tak enak hati mendengar mereka me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3637383940
...
69
DMCA.com Protection Status