“Cukurukuk!! Kukuruyuk!! Kok! Petok!! Petok!!!”Terdengar suara seorang anak kecil tengah memanggil seekor anak ayam yang lucu.“Kiki di mana kau?” katanya lagi, merangkak, mencari ayam itu di balik semak belukar. Matanya liar bergerak-gerak menyisir seluruh tempat bahkan lubang terkecil pun untuk mencari seekor anak ayam kampung hadiah dari kakeknya.“Apa yang kau cari, Cantik?” tanya sang paman menghampiri gadis bertubuh gemuk nan lucu itu. Rambutnya yang hitam legam panjang berantakan tertiup angin. Bibirnya yang merah muda terlihat mengomel tak jelas.Mendengar sapaan pamannya ia menoleh dan berkata. “Daniel, tolong carikan aku Kiki. Dia hilang padahal, aku ingin main bersamanya.”“Cckk! Panggil Uncle dong jangan panggil nama! Kalau Farah panggil Uncle, Uncle Daniel akan membantu mencarikan si Kiki.”Daniel yang bertubuh jangkung memilih berjongkok sembari merapikan rambut anak perempuan itu. Ia melepas ikatan rambutnya kemudian dengan pelan-pelan ia merapikan rambut Farah yang se
Neng Mas merasa cemas sore itu sahabatnya masih belum kembali setelah dipanggil oleh dewan pengurus santri. Ada apakah gerangan hingga membuat Salwa berlama-lama di sana.Karena penasaran, Neng Mas keluar dari kamar asrama setelah merapikan perlengkapan OSPEK. Sesaat langkah kakinya terhenti ketika ia mendengar beberapa orang santri di lorong yang tengah bergunjing.“Dia memang anak baru. Tapi kelakuannya belagu! Mentang-mentang sudah pernah menyelamatkan anak depresi waktu itu. Besar kepala dia!”Salah satu santriwati berbicara pada santriwati lainnya.“Betul sekali! Mentang-mentang ditaksir cucunya kiai Umar, semakin ia terbang. Sayang, antara penampilan dan kelakuan berbanding terbalik. Apakah tadi kau melihat foto-foto dari Teh Shafiyah? Gilak! Dia murahan sekali! Dia jalan sama berandalan, bule lagi. Kita ‘kan gak tahu agama itu bule,” sahut yang lain semakin seru menikmati sepiring gosip dengan menu santri baru yang digunjingkan.Neng Mas merasa tak enak hati mendengar mereka me
Usai menunaikan sholat magrib seluruh jamaah melakukan dzikir dan berdoa. Daniel tersenyum menatap gelang tasbih pemberian wanitanya. Ia akan menghitung dengan biji tasbih dzikir yang ia ucapkan kendati ia masih kebingungan dzikir apa yang harus ia lafalkan pada saat itu.Ia pun melafalkan dzikir takbir dan tasbih seperti apa yang ia dengar dari jamaah yang duduk berdampingan dengannya.Ketika dzikir rampung sang imam pun memutar tubuhnya dan hendak bersalaman dengan jamaah. Karena sang imam penasaran dengan sosok pemuda yang terlihat sangat berbeda dengan yang lain, ia ingin berkenalan dengan Daniel Dash. “Namanya siapa Mas?” tanya sang imam yang masih terlihat muda tersebut. Ia mengira jika Daniel ialah seorang turis asing.“Saya Daniel,” jawab Daniel singkat.“Kalau boleh tau, maaf, Anda turis dari mana? Bahasa Indonesia Anda fasih dan bacaan iqomahnya bagus! Anda sudah lama tinggal di Indo?” “Ayah saya Aussie. Ibu orang Jawa, Mas,”“Oalah, punten dikira turis!” katanya terkekeh
Di sebuah cafetaria kampus,Seorang gadis tampak mengaduk-aduk lemon tea dingin dengan malas. Wajahnya ditekuk dan terlihat masam. Terlihat sama sekali tak ada gairah dalam hidupnya. Teman-teman satu circle nya mengerumuni gadis berwajah cantik dengan tatanan khas rambutnya dikuncir kuda. Mereka merasa aneh saja melihat sahabatnya terlihat pendiam tak biasanya ceria.“Ya … ya … wakil panitia OSPEK kok bete? Beres belum persiapan buat hari senin?”tanya salah satu teman kampusnya ikut bergabung.“Kalau soal OSPEK tak ada masalah.” Gadis itu menjawab malas.“Kenapa lo bete? Lo lagi punya masalah sama pacar lo?” “Aku super badmood! Aku sudah melakukan kesalahan fatal. Hubunganku dengan Daniel sudah khatam! Aku juga sudah mengecewakan Mommy nya. Padahal Mommy Kinan pendukungku! Ia sangat mendukung hubunganku dengan putra bungsunya itu.”Violeta mengutarakan keresahan hati pada teman-temannya.“Kalau boleh tahu, apa kesalahan yang kau buat?” tanya temannya yang lain berpenampilan tomboy
Nuha terbengong-bengong ketika mendengar cerita dari suaminya bahwa adik iparnya, Daniel Dash sudah menjadi mualaf.Nuha sempat terkejut ketika melihat Darren dan Daniel keluar dari masjid bersama. Namun Darren tidak menceritakannya sebelum mereka tiba di rumah.“Serius Mas? Aku tidak percaya!” ungkap Nuha dengan mata yang membulat sempurna. Mata hitam obsidiannya semakin melebar dengan bulu mata yang lebat bergoyang. Mirip boneka India.Darren hanya mengulum senyum menatap ekspresi yang ditunjukan istrinya. Jangankan Nuha, dirinya saja tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seperti sebuah mimpi mendapati adiknya mengumandangkan iqomah di masjid.Adik yang ia kenal hidup bebas. Adik yang pembangkang. Adik berandalannya kini menjelma menjadi pemuda yang lebih baik.“Sayang, kau menggemaskan sekali,” Darren menyatukan kening mereka. Dengan usilnya, ia merapatkan sebelah matanya pada sebelah mata Nuha hingga bulu mata mereka beradu geli.Nuha tertawa. “Mas, iseng,”“I like your eyes, y
Pagi buta para mahasiswa senior yang terdiri dari anggota BEM kampus Prabu Agung Cakrabuana tengah mengadakan briefing acara OSPEK sebentar lagi. Mereka tengah membahas rencana kegiatan yang sudah disusun untuk kegiatan OSPEK kampus selama tiga hari. Setelahnya maka akan diserahkan pada panitia yang berasal dari fakultas.PKKMB atau yang lebih dikenal dengan OSPEK terdiri dari dua kegiatan. Pertama OSPEK kampus yang diadakan untuk seluruh mahasiswa baru dari semua fakultas dan jurusan. Yang ke dua OSPEK tiap fakultas yang diselenggarakan oleh fakultas masing-masing.Dalam waktu kurang lebih tiga puluh menit, briefing selesai dan diakhiri oleh doa agar acara selama OSPEK berlangsung lancar.Semua panitia sedang bersiap-siap. Mereka sudah memakai almamater kebanggaan kampus. Beberapa ada yang memilih sarapan terlebih dahulu di cafetaria kampus karena sudah buka sejak subuh. Ada yang hanya menikmati sarapan dan kopi starbuck delivery dari Grabfoo*. Usai mengisi amunisi perut, mereka men
“Bagaimana kabarmu, Daniel? Kau terlihat sehat sepulang dari Indonesia.”dr Richard yang menangani Daniel menyambut kedatangan Daniel dengan ramah tamah. Hari itu Daniel tengah melakukan medical cek up rutin untuk melihat perkembangan kesehatannya.“Seperti yang kaulihat, baik, Dok. Saya merasa lebih baik dan sehat.”Daniel mengambil tempat duduk di depan dr Richard terhalang meja persegi panjang.“Well, sekarang kita lihat jadwal operasi ya?”dr Richard melihat map berisi rekam medis milik Daniel.“Mukjizat! Maaf, sepanjang saya menangani cancer kau adalah anomali. Saat saya melihat rekam medis yang dikirim dokter di Indonesia, saya sempat frustrasi. Saya kira terapi yang kau ikuti hanya mengurangi jumlah sel cancer sedikit.Siapa sangka, sel cancer mu bahkan mulai bisa dikendalikan. Terapi dan obat-obatan yang kau konsumsi nyatanya efektif memusnahkan sel cancer dalam jumlah banyak.”dr Richard begitu antusias membahas progress kesehatan Daniel saat ini.Daniel bersyukur dalam hati,
Sudah hari ke tiga, Violeta merasa di atas angin. Ia berhasil mengerjai Salwa Salsabila bersama panitia lainnya. Ia memanfaatkan posisinya sebagai panitia untuk mengeksploitasi gadis energik itu. Salwa tak kuasa menolak sebab dalam kegiatan tersebut ketika ia berupaya melawan atau menolak sanksi yang diperoleh semakin berat. Salwa pun tak patah arang. Ia menunjukan pada mahasiswa senior bahwa ia maba yang kuat secara mental dan fisik. Tak tanggung-tanggung, Salwa dihukum diminta push up hingga lima puluh kali. Berlari mengelilingi stadion olahraga universitas yang sangat luas sebanyak sepuluh kali. Berdiri menghormati bendera merah putih yang berkibar saat terik matahari membakar kulit. Semua ia lakukan dengan kerelaan sebab ia bersikukuh dengan pendiriannya. Beberapa mahasiswa senior mengujinya dengan pertanyaan-pertanyaan provokatif dan menjatuhkan. Salwa selalu berusaha menjawab dengan logis, realistis dan benar kendati para panitia pula berupaya menghabisinya dengan statement