Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 301 - Bab 310

686 Bab

Extra part

Salwa mengalami koma dan dirawat di rumah sakit ibukota. Aruni tak ingin membuat Nuha semakin khawatir. Oleh karena itu ia menyembunyikan kondisi Salwa dari siapapun kecuali keluarganya dan Darren saat ini. Salwa harus menjalani beberapa kali operasi. Selain kepalanya mengalami cedera serius, ia juga mengalami patah tulang kaki. Usai menjalani serangkaian operasi, Salwa melewati masa kritis dan bangun dari koma meski ia mengalami gangguan penglihatan dan patah tulang kaki. Aruni hanya mengatakan pada Nuha bahwa Salwa hanya perlu rawat inap untuk pemulihan pasca operasi bagian kaki saja dan dianggap tak terlalu serius. Namun Nuha tak lantas percaya sebab Aruni terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. “Ummi, aku kepengen menjenguk Salwa,” ucap Nuha mendekati Aruni. Kondisi Nuha cukup membaik. Ia tirah baring di rumah sebab Darren trauma jika harus meninggalkan Nuha di rumah sakit. Aruni menyerahkan Asyraf yang berada dalam pangkuannya pada Mutia. Ia memberi tempat duduk untuk putri
Baca selengkapnya

Epilog (free coin)

Epilog (free coin) Setelah melihat kondisi Salwa, Daniel merasa lega. Segala kekecewaan dan kekesalannya pada keluarga yang tak mengabari tentangnya menguap begitu saja. Memastikan Salwa selamat kendati kondisinya tak sesuai harapannya sudah cukup membuatnya tenang dan bahagia. Selama ia dirawat pikirannya justru dipenuhi oleh gadis yang kini tengah berada di hadapannya. Salwa gadis yang tegar. Ia bahkan tidak mengeluh ataupun marah-marah menjalani kondisinya saat ini. Daniel belajar dari gadis itu. Ia seorang yang tabah dan kuat mental. Daniel ingin sekali menemani Salwa selama ia menjalani rawat inap di rumah sakit akan tetapi ia sadar diri, untuk saat ini ia bukan siapa-siapa Salwa. Mungkin Salwa hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, pikirnya. Daniel akan pulang karena ia harus mulai mengurus usaha. Ia berinisiatif untuk membuka bisnis dengan modal yang ia miliki sebab jika menunggu keputusan sang ayah dan kakaknya, ia tidak diperbolehkan bekerja mengingat kondisi kesehatan
Baca selengkapnya

Season 2| Bab 1

Prolog:Setelah kejadian insiden ledakan bom yang ditunggangi oleh para perampok gaib, ada banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan Nuha dan Darren termasuk keluarga mereka.Pada insiden itu pengasuh Ratih meninggal dunia. Salwa mengalami cedera serius yang menyebabkan hilangnya fungsi indera penglihatannya dan kaki patah. Adapun nasib Farah masih misterius. Pada saat peristiwa berlangsung ada beberapa bayi yang menjadi korban. Ada yang masih hidup dan ada pula yang meninggal karena luka bakar hingga tak bisa dikenali.Seorang perawat wanita telah menukar identitas bayi yang meninggal dengan bayi yang masih hidup. Ia memiliki alasan tersendiri melakukan hal nekad dan keji tersebut. Karena ia seorang nakes maka dengan mudah ia memanipulasi data korban tanpa sepengetahuan aparat.Wanita tersebut merampas kalung liontin yang masih menempel di leher Farah dan sepatu lusuh yang tersisa satu kemudian memindahkannya pada bayi yang sudah tak bisa dikenali rupanya karena tewas terbakar de
Baca selengkapnya

Bab 2

“Bu, bayinya menangis terus bagaimana ini? Sudah dikasih botol susu tapi …” Seorang wanita muda-baby sitter terus mengeluh karena tak mampu meredakan tangisan seorang bayi mungil yang digendongnya. Ia sudah kewalahan karena bayi itu menangis terus menerus. Lama kelamaan ia merasa letih mengasuhnya. Ia tampak frustrasi.Wanita yang berusia di awal tiga puluh tahunan menoleh ke arah baby sitter dengan menatapnya tajam. Merasa sia-sia jika harus mempekerjakan seorang baby sitter yang tak memiliki kemampuan menghandle bayi. “Masa kau tak bisa membuatnya berhenti menangis? Jadi selama ini yayasan tempat bekerja yang menyalurkanmu mengajari apa? Main congklak? Main Mobile legen’? Main gundu?” katanya geram kemudian meraih bayi cantik tersebut dan menggendongnya.Baby sitter hanya menunduk mendengar perkataan sinis dan pedas majikannya. Ia memakluminya karena tabiat asli majikannya tersebut sedikit pemarah. “Maaf, Bu, saya memang masih baru menjadi baby sitter dan ini pertama kalinya saya
Baca selengkapnya

Bab 3

“Kenapa masih diam? Ayo! Kita akan pulang sekarang,” Nuha meraih lengan adiknya dan membantunya berjalan. Kini kesehatan Salwa sudah mengalami kemajuan yang pesat. Ia bisa berjalan akan tetapi dengan menggunakan tongkat kruk yang menopang ke dua kakinya. Sementara itu penglihatannya pula sudah berangsur membaik. Ia mulai bisa melihat meski masih buram. Salwa menoleh ke belakang kemudian ke kanan dan ke kiri seperti tengah mencari seseorang. “Salwa, Nuha, ayo!” Aruni memanggil dari kejauhan. Pak Li sudah menunggu di tempat parkir. Mereka akan segera pulang ke rumah Aruni yang terletak di kaki pegunungan. “Iya, Ummi! Salwa ‘kan masih sakit jadi jalan pelan-pelan.” Nuha menjawab sang ibu. Ia terus memapah adiknya karena begitu mengkhawatirkannya. Sebetulnya Salwa disarankan menggunakan kursi roda akan tetapi ia menolak. “Salwa, dengarkan Teteh! Salwa jangan banyak mikir! Apalagi melamun! Sekolah bisa nyusul. Yang penting Salwa sehat dan pulih seperti sedia kala.” Nuha tak henti-he
Baca selengkapnya

Bab 4

Bab 4 Awan gelap telah menggelayut manja di bawah langit. Pertanda senja akan segera menyingkap waktu magrib. Cericau burung-burung kedasih mulai tersisih. Suasana kembali hening sebab satu per satu peziarah bertolak dari pemakaman anggota keluarga masing-masing. Aroma tanah merah masih tercium pekat. Pun, aroma taburan bunga dan kesedihan. Di depan pusara Farah, Salwa masih duduk termangu dan melafalkan surat yasin serta mendoakannya. Begitu khusyuk menengadahkan ke dua tangannya berdoa dan berdzikir. Setelah bersitegang di dalam mobil, Nuha mengajak Salwa berziarah ke makam Farah. Barulah Salwa percaya jika Farah sudah tiada setelah mengunjungi makamnya. Salwa merasa bersalah atas meninggalnya Farah. Sebagai seorang tante ia merasa gagal tidak bisa melindungi ke dua keponakannya dengan baik. “Sudah hampir sore, mari kita pulang sebelum magrib datang,” ucap Aruni merangkul pundak Salwa yang membeku ketika melihat pusara tersebut. Ia menatap nanar pusara meski air matanya sudah s
Baca selengkapnya

Bab 5

Di sebuah sudut kota yang berada di luar pulau Jawa di mana kota tersebut seringkali disebut dengan pulau seribu masjid karena terkenal dengan destinasi halal. Kota dikelilingi perbukitan yang indah dan pantai-pantai yang berwarna biru berkilauan di mana hamparan pasir putih menjelma permadani yang mengalasinya.Hiduplah sepasang suami istri yang saling mencintai. Meskipun usia pernikahan mereka sudah mencapai pernikahan perak katakanlah di mana usia pernikahan sudah mencapai sepuluh tahun, mereka masih belum dikaruniai momongan. Mereka sepasang suami istri yang saling mencintai. Ketiadaan anak tak lantas membuat mereka berseteru apalagi berpisah. Sang suami begitu mencintai istrinya sehingga baginya ada atau tiada anak bukanlah sebuah masalah besar.Berbagai upaya telah mereka lakukan untuk mendapatkan momongan. Mulai berkonsultasi ke dokter kandungan dan mengikuti serangkaian program hamil. Rupanya takdir masih belum bersikap manis pada mereka.Sehingga sang istri memberikan saran
Baca selengkapnya

Bab 6

Season 2| Bab 6 Darren keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Ia mengusak rambutnya yang basah sehabis keramas dengan handuk kecil. Tatapannya sesekali melirik pada istrinya yang sudah tertidur pulas di atas ranjang. Mungkin ketiduran menunggu Darren pulang kerja. Asyraf tidur pulas dalam box di kamar bayi ditemani Mutia. Semenjak tragedi ledakan bom, Asyraf tak pernah tidur sendirian. Jika ia tidak tidur bersamanya maka ia meminta Mutia menemaninya. Darren pulang terlambat lagi dari kantor dengan alasan lembur. Tak sepenuhnya benar, ia hanya menghabiskan waktunya dengan mengerjakan apapun yang bisa ia lakukan di kantor demi mengalihkan perasaan sedihnya akan kepergian Farah. Darren tak pernah menunjukan rasa sedihnya di hadapan Nuha dengan alasan agar Nuha pun menirunya untuk tetap tegar menghadapi ujian kematian sang anak. Darren berjalan menuju walk in closet untuk mengambil piyama. Ia memilah dan memilih piyama yang akan dipakai
Baca selengkapnya

Bab 7

Sudah hampir satu jam lamanya Mandor Soleh duduk menunggui atasannya yang tengah memandangi gedung yang sudah ambruk berjarak sepelemparan batu dengannya. Matanya yang agak sipit bergerak-gerak, dari kanan ke kiri. Dari atas ke bawah. Terus dilakukan berulang kali.Sesekali dahinya terlipat. Alisnya menukik. Kemudian bibirnya mencebik. Setelah itu mendesah panjang. Kadangkala menarik nafas panjang. Kemudian menghembuskan nafasnya kasar. Perasaan yang rumit dan sukar dimengerti.Sejurus kemudian, Mandor Soleh mendadak menjadi pakar ekspresi wajah dengan menyimpulkan pemandangan yang tampak dari wajah atasannya tersebut sudah bisa ditebak, sedang galau level akut.Melihat kegalauan sang atasan, alhasil Mandor Soleh ikutan dilanda galau dan bingung sebab sang atasan belum memberikan instruksi untuk memperbaiki gedung yang hancur lebur akibat ledakan bom sekaligus kebakaran. Sementara itu kontraktor yang membawahi mandor Soleh saja sudah menghilang bak ditelan bumi karena ketidakjelasan p
Baca selengkapnya

Bab 8

Kini Daniel dan Darren duduk bersama di ruang kerja merangkap perpustakaan di rumah Darren. Baru pertama kali mereka bersama berbicara empat mata untuk membahas masalah serius sehingga terasa canggung di antara ke duanya.Sebagai seorang kakak Darren buru-buru mengantisipasi perasaannya, ia bahagia bisa bicara berdua dengan adiknya untuk membicarakan pekerjaan. Sebelumnya ia merasa bersalah sebab telah terjadi kesalahpahaman di antara mereka. Ketika Daniel datang ke kantor waktu itu.Daniel mengira jika kakaknya melarangnya bergabung di perusahaan. Padahal Darren sedang menimang-nimang keputusannya tersebut ketika melihat kondisi kesehatan Daniel yang kurang stabil.Namun melihat kegigihan Daniel, Darren sepertinya akan memberikan kesempatan pada Daniel dengan memberikannya posisi di perusahaan tetapi dengan tugas yang ringan. Darren hanya ingin melihat Daniel sembuh dan bisa menjalani kehidupan normal.“Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan?”- Darren angkat bicara kemudian melambaik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
69
DMCA.com Protection Status