All Chapters of Dinodai Sebelum Malam Pertama: Chapter 141 - Chapter 150
626 Chapters
141. Salah memilih lawan
Marsya pernah memergoki Nuha dan Darren makan berdua di sebuah kedai makan. Oleh karena itu secara diam-diam dia menguntit mereka dan mencari tahu dari Romi tentang mereka. Marsya sangat kecewa saat mendengar Darren menikahi Nuha karena terpaksa. Marsya menyukai dan mengincar Darren sejak lama. Dia merasa kalah langkah dari Nuha. Oleh karena itu dia bertekad untuk menyingkirkan Nuha bagaimanapun caranya. Darren Dash terkenal sebagai pengusaha akan tetapi kehidupan pribadinya termasuk kisah cintanya dengan Tania Anne Sudibyo tertutup dan hanya orang-orang terdekatlah yang mengetahuinya. Marsya hanya tahu bahwa jika Darren itu kakaknya Daniel dan masih single saat itu. Menurut Daniel, Darren orang yang sangat sulit didekati oleh para wanita. Mendengar hal itu seperti angin segar untuk Marsya untuk mendekatinya.Adapun Violeta yang tidak tahu apa-apa ikut bergabung dengan Marsya karena terpengaruh dan termakan fitnah olehnya. Violeta ikut merundung Nuha karena Kania. Violeta khawatir Ka
Read more
142. Mimpi buruk yang manis
Mariyam Nuha merasa tersentuh saat mendengar penuturan para mahasiswi junior tentangnya. Kemudian dengan penuh keberanian dia menghampiri Marsya. “Kau lihat, benar apa kata adik kelas, mungkin kau punya masalah pribadi akan tetapi bukan denganku. Kau punya masalah pribadi dengan dirimu sendiri!” geram Nuha kemudian meninggalkan mereka. Marsya yang semakin tersulut emosi mengejar Nuha dan mencengkeram lengan Nuha lalu berbisik padanya. “Dengar, Mariyam Nuha! Lepaskan Darren atau esok berita tentang dirimu batal menikah dengan Muhammad Attar karena diperkosa oleh ‘pemuda asing’ akan tersebar luas. Apa kau tak malu? Mungkin orang akan menganggap apa yang kau alami ialah karma karena kau terlalu sok alim dan merasa paling benar,” bisik Marsya berhasil membuat Nuha merasa tertekan. Marsya tidak berpikir ulang tentang ancaman yang dilakukannya. Jika kasus perkosaan Nuha tersebar maka sudah dipastikan akan menyeret keluarga Darren Dash termasuk Daniel Dash. Marsya pun kehilangan Darren
Read more
143. Darren yang murka
Setelah berbincang dengan Naufal, Aruni merasa lega. Mereka pun memutuskan untuk mengatakan kejujuran tersebut langsung pada Nuha. Mereka memutuskan bertemu dengan Nuha keesokan harinya. Nuha harus tahu dari bibir ke dua orang tua kandungnya bukan dari omongan orang. Jika Nuha tahu dari orang lain maka dia pasti akan merasa lebih syok.Aruni pulang usai melaksanakan shalat magrib di masjid yang terletak berseberangan dengan kedai batagor.Kini Aruni memarkirkan dan memasukan mobilnya ke dalam pekarangan rumah yang begitu luas dan asri. Mereka pun masuk dan istirahat karena hari itu sangat sibuk dan cukup melelahkan.Aruni mengingat tentang pembicaraannya dengan Naufal, oleh karena itu dia segera mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Nuha. Namun Nuha tidak bisa ditelepon karena ponselnya tidak aktif.“Nuha kok tidak aktif ya?” gumam Aruni merasa cemas.“Ummi seperti tidak tahu saja kebiasaan Teh Nuha. Teh Nuha kadang suka lupa ngecas ponselnya kalau capek pulang kuliah,” cicit S
Read more
144. Hati yang gelisah
Setelah Alwi pulang, Aruni meminta anak-anak untuk tidur bersamanya. Tiba-tiba dia merasa kesepian dan butuh seseorang untuk berada di sisinya. Aruni duduk dan bersandar pada kepala ranjang di mana Salwa dan Rasyid berada di antaranya dengan menekurkan kepalanya pada pundak sang ibu.“Ummi, sebenarnya kenapa? Ummi terlihat gelisah. Apa Ummi punya masalah?” Salwa mencecar Aruni dengan sederet pertanyaan. Tak biasanya Aruni meminta mereka untuk tidur bersamanya.Aruni menarik nafas dalam. Sebelum dia bercerita sebuah rahasia penting pada Nuha akan lebih baik dirinya juga bercerita pada dua anaknya tersebut.“Salwa dan Rasyid, Ummi ingin bicara penting dengan kalian,” ucap Aruni melirik ke dua anaknya bergantian. “Ummi harap kalian simak dengan baik dan jangan berani menyela lebih dulu.”“Bicara apa Ummi?” tanya Rasyid menatap sang ibu dengan raut serius.“Ummi pasti akan membicarakan soal Teh Nuha bukan?” timpal Salwa.“Benar sekali,”Aruni memejamkan matanya dan kemudian mengisahkan m
Read more
145. Kena mental
Pukul delapan pagi, “Sayang, Ummi telepon beberapa kali,” ucap Darren memainkan rambut Nuha. Nuha baru habis mandi dan keramas. Tanpa sungkan Darren mengeringkan rambutnya dan menyisir rambutnya. Kini Nuha sedang melabuhkan kepalanya di atas paha Darren.Sementara itu Darren tengah asik menonton televisi, sebuah acara saluran luar yang menayangkan hotel-hotel di Eropa yang menurutnya sangat inspiratif. Darren pergi ke kantor agak siang karena dia ingin mengantar Nuha ke kampus. Dia juga sudah menyuruh Jodi untuk mewakilinya melaksanakana meeting di pagi hari.“Tau, tapi ‘kan aku ketiduran semalam. Hape mati habis baterai. Sebentar aku telepon balik,”Nuha bangun kemudian meraih ponselnya yang tergolek di atas meja. “Mas udah isi daya ya? Makasih,” ucap Nuha melirik suaminya dengan tersenyum.[Assalamualaikum, Ummi, ada apa?] ucap Nuha saat Aruni langsung menerima panggilan telepon darinya dengan perasaan yang gamang.[Waalaikumsalam warahmatullah, Sayang, bisakah kau pulang setelah
Read more
146. Tenggelam dalam air mata
Nuha mengecup punggung tangan suaminya sebelum masuk kelas. Sementara itu Darren menarik tangan Nuha untuk dikecupnya.“Belajar yang benar ya Sayang. Nanti Pak Li jemput dan antar kau ke rumah Ummi. Aku bagian jemput pulang. Kita tak mungkin menginap di rumah Ummi ‘kan.” Darren berkata dengan mengerlingkan matanya.“Hem?”Nuha hanya bergumam dan salah tingkah karena ada banyak pasang mata memperhatikan mereka.“Kita menginap di hotel,” bisik Darren ke telinga Nuha.“Hotel?”Nuha mengerjapkan mata bulat besarnya beberapa kali.“Um, kau pura-pura lupa ya. Kau sudah keramas ‘kan,”Glek“Ah, itu anu … iya,” jawab Nuha tergeragap. “Bye, assalamualaikum. Aku masuk dulu Mas,” pamit Nuha membuat Darren tersenyum getir. Padahal dia tidak benar-benar serius mengatakan hal tersebut. Darren masih memahami apa yang Nuha rasakan. Mungkin Nuha akan menyerahkan dirinya saat dia telah benar-benar merasa percaya padanya bukan hanya karena alasan traumatisnya. Atau mungkin jauh di lubuk hati Nuha masih
Read more
147. Terjebak
Nuha berlari dan terus berlari tanpa memperdulikan apapun. Hujan lebat sama sekali tak membuatnya berhenti melangkah. Tubuhnya sudah basah kuyup dan menggigil karena rasa dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang belulang. Nuha keluar dari rumah sang ibu hanya mengenakan sandal rumahan yang biasa dipakai ibunya dan melupakan tas yang dibawanya saat kesana. Sandal yang dipakainya pun putus di tengah jalan, hingga dia berlari tanpa alas kaki, hanya kaos kaki berwarna kulit yang sudah dudus karena tergores bebatuan yang dia lewati. Kaki Nuha mulai terasa pegal dan perih. Nuha berhenti tatkala nafasnya terasa sesak karena kehabisan pasokan oksigen. Nafasnya naik turun dan dia mulai merasa kedinginan. Nuha merasa sangat syok mendengar sebuah fakta menyakitkan tentang dirinya. Ternyata Nuha bukanlah putri kandung Hilal, seorang ustaz yang shaleh-yang selalu dikaguminya dan menjadi panutan baginya. Nuha tak ubahnya anak haram yang hadir sebelum pernikahan secara sah. Nuha berteduh dan
Read more
148. Aksi pencarian dan penyelamatan
Aruni terbangun setelah Naufal mencipratkan air ke wajahnya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian Aruni meminum air putih yang diberikan Kania padanya.Aruni terbangun tetapi dia langsung menghambur memeluk Kania, seolah membutuhkan dukungan. Tangisannya tumpah, dia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena telah merahasiakan tentang Naufal Alatas pada Nuha. Nuha pasti syok dan marah padanya.“Ummi, tenang saja, insyaallah Nuha tidak akan apa-apa. Mungkin dia hanya butuh waktu sendiri untuk menerima kebenaran itu.” Kania berusaha menenangkan Aruni yang terlihat sama syok nya melihat respon Nuha padanya. Sebetulnya Kania sangat mengkhawatirkan Nuha akan tetapi setelah dia berpikir sejenak mungkin Nuha memang butuh sendiri sebab dia pun mengalami hal yang sama.Hanya saja di luar hujan begitu deras. Mata Kania terbelalak saat melihat tas bahu Nuha tertinggal di atas meja. Suara telepon berbunyi berasal dari dalam tasnya. Diam-diam Kania mengambil ponsel Nuha dan mengangkatny
Read more
149. Aruni dilarikan ke rumah sakit
Pikiran Aruni terpecah antara memikirkan Salwa dan Nuha. Sebagai seorang ibu, Aruni mengkhawatirkan ke duanya. Namun Salwa dalam keadaan bahaya oleh karena itu Salwa harus segera ditolong.Saat tiba di sekitar curug Aruni sangat terkejut melihat ke bagian bawah jurang, sebuah mobil pikap bergelantung.Terlihat Salwa melihat Aruni dengan mata yang berkaca-kaca pada spion dan wajah yang pucat pasi saat lampu senter yang Aruni pegang menyorot tepat ke wajahnya. Suasana semakin mencekam karena hari sudah gelap.Dengan menggunakan headlamp di kepalanya, Aruni membuat penerangan buatan. “Salwa, lihat ke sini! Kau lompatlah dan ambil tambang itu. Ummi akan menarikmu.”Aruni berteriak berusaha menenangkan putrinya. “KAU JAGO SILAT, lompat sejauh itu kau bisa melakukannya,”Mengarahkan lampu senter, Aruni menunjuk sebuah celah batu yang lebar, yang bisa memudahkan Salwa berpijak. Dari celah batu tersebut Aruni dan Alwi bisa menarik Salwa naik ke atas dengan mudah.“Jangan lihat terus ke bawah
Read more
150. Penyesalan tiada akhir
Di ruang operasi Arunika yang tangguh tengah berjuang antara hidup dan mati menjalani operasi besar. Semua orang merasa tegang menunggu kabarnya. Aruni mengalami luka di bagian kepala, tulang belakang patah dan pendarahan. Sudah hampir dua jam lebih Aruni berada di dalam ruangan tertutup tersebut ditemani tim dokter ahli bedah.Di luar ruangan ke dua anaknya terlihat sendu menunggunya dengan harap-harap cemas, mengkhawatirkan kondisinya yang tengah kritis. Melihat Salwa dan Rasyid yang duduk dengan tatapan kosong dan merana, Kania yang baru pulang dari mini market dengan menjinjing sekantong makanan dan minuman menghampiri mereka.Kania memilih tempat duduk di sisi Salwa, menaruh kantong belanjaannya di sampingnya. Tergerak hatinya mengusap kepala Salwa seolah Salwa adiknya. Adik Nuha berarti adik dirinya pula.“Salwa, sabar ya! Insyallah Ummi tidak kenapa-kenapa. Doakan saja operasinya lancar,”Kania memeluk Salwa dengan erat dan mengusap punggungnya.“Kau baru pulang sekolah pasti k
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
63
DMCA.com Protection Status