"Astaghfirullah, Bulek Murni, sudah benar tindakan Adam membela Nita. Jangan jadi orang tua yang hasad," tegur Mpok Faridah-- tetangga samping rumah Mbak Wati. "Seharusnya 'sampean' itu bangga punya keponakan yang sayang istri, tidak mudah terpengaruh omongan orang lain. Kalau Adam jadi menantuku, sudah kubangga-banggakan seantero kampung."Bulek Murni mencebik. "Jangan ikut campur kamu, Dah! Ini urusan keponakan sama Buleknya!" hardik Bulek Murni kesal."Tau nih, pulang sana, Mpok! Kenapa para pendatang di kampung ini suka sekali mencampuri urusan orang lain sih, hah?""Lah, kalau gak mau tetangga tau masalah kalian, gak mau dapat komentar dari tetangga, ya jangan ribut di depan rumah dong. Gak tau malu!"Mpok Faridah menggerutu sambil berlalu meninggalkan halaman rumah Nita yang masih memanas. "Tuh kan, Dam, gara-gara tindakan kamu yang berat sebelah ini jadinya para tetangga sudah gak menghargai Bulek lagi!" "Bulek, dengarkan aku!" pinta Adam, "Nita adalah istriku, aku memintanya
Read more