Home / Romansa / Status WhatsApp Ipar / Wati, ente kadang-kadang ente!

Share

Wati, ente kadang-kadang ente!

Author: Lian Nai
last update Last Updated: 2022-12-18 19:41:46

"E-- eh, Mas, aku mau cari Farhan dulu," tolak Mbak Wati gugup. "Di-- dia belum makan, kasihan!"

"Farhan sudah makan kok, Mbak, kan tadi makan di rumahku. Malah hampir saja anak sekecil Farhan diperintah agar mencuri lauk di meja makan Tantenya sendiri," kata Nita jujur. 

Hadi menoleh menelisik wajah Mbak Wati yang semakin pias. "Kamu suruh Farhan mencuri?"

"Eng-- enggak lah, Mas, mana mungkin aku begitu!" sentak Mbak Wati, "Kamu kalau bicara jangan ngasal ya, Nit! Jangan jadi duri di rumah tangga kami, jadi jaga bicaramu itu!"

Nita mengedikkan bahu. Hampir saja Adam kembali meledak-ledak mendengar hardikan Mbak Wati pada Nita, namun istrinya dengan sigap menggelengkan kepala dan mengurungkan niat marah Adam.

"Ayo, Mas! Masuk!"

Hadi menghembuskan napas kasar dan melangkah mengikuti Adam juga Nita masuk ke dalam rumah sementara lengan Mbak Wati dicekal kuat oleh suaminya agar tidak pergi dengan alasan mencari Farhan.

"Eh, Bulek mau kemana?"

Suara Nita mengagetkan Bulek Murni hingga wanita paruh baya itu berjingkat kaget dan menoleh ragu. "Y-- ya, pulang lah! Ini kan urusan kalian, sesama ipar dan saudara," sahutnya sinis. "Untuk apa Bulek ikut-ikut urusan kalian, Bulek mau pulang!"

"Masuk saja, Bulek, sekalian kita bicarakan masalah sawah yang Bulek kelola," pinta Hadi membuat senyum tipis terbit di bibir Nita. "Tadi mau memperjelas urusan sawah kan, ya kan, Dam?"

Adam mengangguk membenarkan. "Mari masuk, Bulek!" 

"Dam, itu ... nanti kita berunding berdua saja masalah sawah. Bulek ... anu ... itu ... Bulek ada urusan ...."

"Urusan apa sih, Bulek? Dari tadi pagi sampai sekarang yang Bulek urusin cuma aku loh. Memang Bulek punya urusan lain selain bikin aku dongkol?"

Bulek Murni mendelik. Dadanya naik turun mendengar sindiran yang Nita lontarkan. Ingin membalas semua ucapan istri keponakannya itu, namun nyalinya menciut ketika melihat wajah garang Adam dan Hadi yang berdiri di depannya.

"Jangan bicara seperti itu, Nit. Kamu sengaja mau bikin Adam sama Hadi benci sama Bulek?" tanya Bulek Murni sedih, "Gini-gini Bulek itu orang paling tua diantara kalian. Jangan lah kamu rusak hubungan dekat kami semua dengan aduan kamu yang gak benar itu!"

"Ah, ya. Maafkan aduanku yang gak benar ini ya, Bulek. Ayo masuk!" ucap Nita mengalah. 

Bulek Murni menyentak kasar napasnya yang memburu. Wanita paruh baya itu menghentak-hentakkan kaki ketika melihat Adam dan Hadi mulai masuk ke dalam rumah diikuti Mbak Wati di belakang mereka.

"Kamu memang kurang ajar, Nit!" hardik Bulek Murni lirih. Nita menoleh, dia naikkan kedua alis dan terkekeh pelan melihat air muka Bulek Murni yang kentara sekali tengah menahan geram. "Lihat saja, Bulek gak akan tinggal diam kalau kamu berani mengambil lagi sawah yang sudah Bulek kelola. Kamu pikir kamu itu siapa, hah?"

"Harusnya Bulek berkaca," sahut Nita santai. "Bulek pikir Bulek itu siapa? Orang paling berjasa di hidup Mas Adam, iya?"

Nita berbalik dan meninggalkan Bulek Murni dengan segumpal kekesalan di dalam hati. "Anak muda jaman sekarang memang sudah minus akhlak!" gerutunya makin kesal. 

Di ruang tamu, semua keluarga duduk di sofa empuk yang baru Nita beli beberapa bulan yang lalu. Masih ingat jelas bagaimana marahnya Mbak Wati kala itu. Bahkan iparnya itu sampai sakit gara-gara sofa baru Nita yang ia ketahui harganya mencapai dua juta rupiah.

"Ck, mahal-mahal beli sofa gak taunya cuma buat tempat bokong," cibir Mbak Wati kelepasan. Hadi menatap tajam Sang Istri membuat bibir Mbak Wati mengatup seketika.

"Langsung saja, Dam, sejak kapan kamu bantu biaya sekolah Farhan?" tanya Hadi tanpa basa-basi, "Jujur, Abang gak suka, Dam, kamu anggap Abang gak bisa mengurus Farhan, begitu?"

"Maaf, Bang," cicit Adam, "Bukannya kami meragukan kemampuan Abang, bahkan aku sama Nita tau kalau gaji Abang jauh lebih besar dariku. Kami berdua hanya ingin membantu sebisanya selagi kami belum ada momongan," imbuhnya.

"Tapi tetap saja Abang gak suka. Dengan cara kalian yang seperti ini malah menimbulkan keretakan dalam hubungan persaudaraan kita. Lihat, istri Abang sendiri justru mengambil kesempatan dari kebaikan kamu, Dam!"

"Mas, bukan mengambil kesempatan, aku hanya menerima dengan senang hati pemberian adik kamu!" bela Mbak Wati. "Lagipula Adam kan niatnya sedekah, kenapa harus ditolak, iya kan?"

"Tapi aku sudah menolaknya, kenapa kamu justru memintanya pada mereka, kamu mau mempermalukan Mas, begitu?"

"Bu-- bukan begitu, Mas. Tapi ... tapi kan Adam sama istrinya belum punya anak, otomatis pengeluaran mereka kan gak banyak kayak kita," elak Mbak Wati. "Daripada uang Adam dihambur-hamburkan sama Nita buat bebelian barang yang gak penting, ya apa salahnya aku minta lagi biaya sekolah Farhan. Dia itu keponakan Adam loh, Mas!"

"Wati!" Suara Hadi meninggi. Napas pria itu memburu serta kedua tangannya mengepal bertumpu di atas paha. 

"Eh, copot ... eh, copot!" Bulek Murni latah. Tangannya tiba-tiba gemetar melihat Hadi membentak istrinya dengan cukup lantang. 

"Dengarkan aku baik-baik! Adam memang adikku dan itu artinya Farhan adalah keponakannya. Tapi meskipun begitu, tidak berhak kamu mencampuri keuangan mereka apalagi Adam sudah punya istri. Harus berapa kali Mas katakan padamu, mau Nita bebelian barang mahal, bebelian emas, bebelian apapun lah itu, itu urusan mereka berdua!" tutur Hadi, "Alasan macam apa itu, kamu marah melihat Nita menghabiskan uang suaminya dan kamu justru meminta bantuan Adam untuk biaya sekolah Farhan. Kau anggap Mas ini apa, hah?"

"Ehm, Bang ... maafkan kami, seharusnya kami rundingan masalah ini sama Abang," sesal Adam. "Maaf kalau Abang tersinggung dengan bantuan yang aku dan Nita berikan. Maaf, Bang ...."

"Bukan itu poin yang ingin Abang bahas, Dam," sela Hadi, "Abang tau dan paham sekali apa niat kamu dan Nita. Hanya saja ... Abang gak habis pikir kalau Mbakmu justru punya pikiran selicik itu!"

Mbak Wati menunduk dalam tanpa berani mengangkat kepalanya.

"Untuk kedepannya, jangan berikan bantuan apapun jika bukan Abang yang meminta. Paham kalian berdua?"

Adam dan Nita mengangguk sungkan. "Maafkan kami, Bang."

"Bukan kalian yang seharusnya minta maaf. Kamu sadar gak kalau tindakan kamu ini sudah mempermalukan Mas, hah?" Wati mengangguk samar, "Maafkan aku, Mas," ucapnya lirih.

"Adam dan Nita memang belum punya anak, tapi bukan berarti mereka tidak punya kebutuhan lain, Wat! Kurang-kurangi dengki kamu itu, Mas lama-lama muak kalau kamu belum juga berubah."

"Astaghfirullah ... sungguh, Wati ... Mas gak habis pikir bagaimana bisa kamu tega memeras iparmu sendiri," gerutu Hadi menyesalkan tindakan istrinya.

"Bang, tapi dari awal aku dan Nita memang berniat membantu." Adam menimpali. Bagaimanapun ia tidak tega melihat Mbak Wati dihardik sedemikian sarkas oleh kakaknya sendiri.

"Ya, Abang tau," sahut Hadi, "Tapi akhirnya malah bantuan kamu dijadikan kesempatan sama istri Abang sendiri. Abang gak suka!"

"Minta maaf sama Nita, kalau sampai masalah ini terulang lagi, Mas gak segan-segan buat potong jatah bulanan kamu!"

Mbak Wati menggeleng cepat, "Ja-- jangan dong, Mas!" 

"Kalau begitu minta maaf!"

Mbak Wati melirik malas ke arah Nita, belum sempat bibirnya terbuka, sosok Farhan masuk ke dalam dan berkata. "Tante, ayamnya masih ada gak? Farhan lapar lagi." Bocah kecil itu merengek manja di pangkuan Nita.

"Farhan, makan di rumah!" pinta Hadi tegas. 

Farhan menggeleng lemah. "Kalau makan di rumah, cuma ada nasi anget sama kecap, Papa. Farhan gak mau!"

Mbak Wati menepuk jidatnya mendengar kejujuran yang Farhan lontarkan.

"Kok nasi anget sama kecap, bukannya Mama setiap hari masak ayam?"

Farhan lagi-lagi menggeleng, "Mama gak pernah masak ayam, Papa," ucapnya gemas. "Kalau pagi, Farhan dikasih telur sama kecap buat sarapan, kalau siang malah Farhan jarang makan soalnya ketiduran, terus sorenya Farhan ke rumah Tante Nita minta makan. Nah, Tante Nita yang sering masak ayam, makanya Farhan suka. Gak kayak Mama, pelit!"

Hadi lagi-lagi menoleh dan mendapati Mbak Wati menunduk sambil meremas jemarinya gugup.

Bersambung 

   

Related chapters

  • Status WhatsApp Ipar   Si Paling Bisa Mengatur Uang

    "Benar itu, Wat?"Mbak Wati bergeming, menunduk sambil menatap kakinya yang kalah putih dari kaki Nita."Jawab, Wati!" bentak Hadi."Di meja makan masih ada ayamnya, Farhan langsung makan saja ya, sendiri bisa kan?" tanya Nita lembut.Farhan mengangguk girang. "Hore!""Gak usah!" sentak Mbak Wati, "Jangan sok baik di depan Mas Hadi kamu, Nit!" imbuhnya menuai anggukan setuju dari Bulek Murni. "Farhan, balik!" teriak Mbak Wati. "Jangan minta makan disini lagi kalau ujung-ujungnya Mama difitnah di depan Papa kamu!"Hadi mengusap wajahnya frustrasi. Jujur, kebenaran yang baru ia ketahui membuatnya ragu. Pasalnya, setiap pulang bekerja, di meja makan selalu ada lauk meskipun terbilang bukan lauk mahal karena Wati selalu beralasan bahwa Farhan menghabiskan ayam atau ikan yang sudah ia beli tanpa menyisakan sedikit saja untuk Sang Papa. "Ma, Farhan mau ayam," rengek bocah kecil itu memelas. "Farhan bosan makan nasi sama kecap terus, Mama ....""Jadi selama ini kamu kasih makan anak kita c

    Last Updated : 2023-01-04
  • Status WhatsApp Ipar   OTW, Beli Mobil

    "Astaghfirullah, Wati!" Hadi terlihat menahan emosi. Bagaimana tidak, demi menyaingi adik iparnya sendiri Wati tega membiarkan Farhan makan ala kadarnya selama ini. "Kulkas buat apa, hah?""Kamu selalu begitu, Mas," gerutu Wati, "Kalau ada istri yang ingin bebelian, dukung! Bukannya malah nanya emang buat apa? Tuh, Adam saja yang istrinya sok-sokan beli barang-barang mahal nurut-nurut aja," imbuhnya.Hadi menarik napas panjang. Masalah uang sekolah Farhan berbuntut panjang hingga menguak betapa dengkinya Wati selama ini pada Nita."Wat, astaghfirullah ... Mas benar-benar ingin menyerah saja!" "Mas ...." Wati merengek. Hadi mengusap wajahnya kasar yang memperlihatkan raut lelah karena pulang bekerja justru dihadapkan dengan masalah istrinya. "Buka otakmu lebih lebar, Wat. Jangan ukur baju orang lain di badan kita! Adam dan Nita bebas bebelian karena mungkin mereka mampu, sementara kita ... ada masa depan Farhan yang harus kita berdua perjuangkan, Wati!""Ya kan salah Mas sendiri menol

    Last Updated : 2023-01-05
  • Status WhatsApp Ipar   Kesedihan Nita

    "Mas!" seru Wati tidak terima. "Kamu kenapa jadi begini sih, cuma gara-gara omongan Nita sekarang kamu jadi dzolim sama aku?" Hadi melengos. Napasnya semakin memburu mendengar Wati yang masih saja membela diri. Tidak ada penyesalan di wajahnya karena sudah membohongi suami selama ini. Belum lagi Farhan yang ia sengsarakan karena setiap hari hanya diberi nasi hangat dan kecap."Argh, terserah!" bentak Hadi, "Lelah bicara sama kamu, Wat! Jangan harap bulan depan kamu dapat jatah belanja."Hadi berlalu meninggalkan Wati yang menitikkan air mata di ruang tamu. Hatinya terluka karena dia anggap jika suaminya sudah termakan omongan Nita. Apa salahnya berhemat demi memiliki sesuatu yang berharga. Mobil misalnya!"Kamu jahat, Mas!" teriak Wati di sela-sela tangisnya. "Tega kamu menzolimi istri!" Blam ....Hadi menutup pintu kamar tanpa peduli teriakan Wati yang semakin menjadi-jadi. Kep

    Last Updated : 2023-01-06
  • Status WhatsApp Ipar   Kapokmu Kapan?

    Nita meredam emosinya melihat status Wati yang bertebaran di WhatsApp. Tidak ada cara lain, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk melindungi hati adalah dengan menyembunyikan status Wati agar berada di bagian bottom, yang paling bawah. Tidak akan terlihat jika memang tidak mau dilihat. Karena kemarin sore Adam ada keperluan sehingga belum sempat menemui Paklik untuk membicarakan perihal uang sewa sawah, maka pagi ini setelah sarapan bersama Sang Istri, Adam menyempatkan diri mendiskusikan masalah sawah yang mereka kelola mengingat hari ini adalah hari libur, tentu saja Paklik ada di rumah. Pikir Adam."Yakin mau menemui Paklik, Mas?" tanya Nita ketar-ketir. "Kalau ternyata Paklik sudah ngasih uang sewa, gimana?""Maksudnya?""Y-- ya, maksudku ... maaf, kalau ternyata Paklik sudah mempercayakan uang sewa pada Bulik, bagaimana?""Dan Bulek menilap uang itu, begitu maksud kamu, Nit?"Nita mengangguk ragu. "Maaf, Mas, bukannya aku menuduh Bulek ....""Ya bagus dong! Memang seharusn

    Last Updated : 2023-01-06
  • Status WhatsApp Ipar   Mendatangi Rumah Bulek

    "Tumben kalian main ke rumah Paklik, ada apa, Dam?"Paklik yang sedang menyulut rokok memindai tubuh Adam dan Nita bergantian. "Duduk!""Terima kasih, Paklik. Tapi ... Bulek gak bilang kalau kami mau datang?"Paklik menggeleng. "Memang kenapa? Penting sekali kedatangan kalian kali ini? Padahal rumah kita ini dekat, kamu itu juga keponakan istriku, Adam. Tapi sejak sudah menikah ... Bulek kamu itu bilang kalau kamu jarang mengunjunginya. Kenapa? Istrimu yang gak bolehin?" Nita terkejut dengan pertanyaan pembuka yang Paklik lontarkan. Pasalnya, Nita pun tidak pernah melarang Adam untuk mengunjungi Bulek. Tapi ... ah sudahlah!"Tidak, Paklik. Mana mungkin Nita melarang, lagipula setiap hari aku sama Bulek juga sering ketemu dan mengobrol sebentar di depan rumah," papar Adam. "Halah, benar kata Bulek kamu, otakmu itu sudah dicuci sama Nita."Nita menghela napas kasar. Selain Bulek dan Mbak Wati, Paklik memang menjadi salah tiga diantara mereka yang tidak menyukai pernikahannya dengan Ad

    Last Updated : 2023-01-07
  • Status WhatsApp Ipar   Kemarahan Adam

    "Sakit hati karena kami mau ambil sawah yang Bulek kelola, iya?"Suara Adam meninggi. Mau tidak mau Paklik keluar dan menatap sengit ke arahnya. Terlihat Bulek juga mengekor di belakang sambil melengos enggan melihat Nita."Aku sama Bang Hadi selama ini diam bukan karena kami tidak tau apa-apa, Bulek! Aku mengikhlaskan semua yang Bulek lakukan pada kami! Tapi ... jika Bulek dan Paklik masih saja menganggap aku dan Bang Hadi tidak pernah mau membalas budi, maka sekalian saja kembalian uang penjualan sawah orang tua kami dulu! Aku dan Bang Hadi siap membayar uang makan selama tiga tahun lamanya, mulai dari aku kelas 1 SMA sampai lulus sekolah. Aku yakin ... biaya makan untukku saja tidak lebih dari seratus juta selama tiga tahun itu. Bagaimana?"Bulek menoleh dengan cepat. Tiba-tiba wanita paruh baya itu menangis dan terduduk di lantai rumahnya. "Tega kamu, Adam! Ya Allah, tega sekali keponakanku ini. Hu ... hu ... hu ....""Aku tidak mungkin semarah ini jika Paklik tau diri, Bulek! Bis

    Last Updated : 2023-01-07
  • Status WhatsApp Ipar   Cerai saja, Hadi!

    "Mas, tunggu!" Nita mengejar langkah suaminya yang semakin menjauh. Demi apa, mereka pergi tanpa mengucap salam padahal datang tadi sudah niat untuk berbicara baik-baik. Ternyata benar apa kata pepatah, "Jangan menolong orang yang tidak punya hati, atau kamu akan makan hati tiap hari."Adam menghentikan langkah tepat di depan rumah Hadi. Niat hati ingin membagi luka hatinya pada Sang Kakak, namun sepertinya disana pun sedang terjadi ketegangan yang amat sangat menegangkan.Nita menggenggam tangan Sang Suami dan mengatur napasnya yang mulai terengah."Maaf ya, Dek," kata Adam sesal. "Tapi emosi sekali sampai melupakan kamu di belakang."Nita cemberut. Belum sempat ia menunjukkan air mukanya yang sedang kesal, Adam sudah menarik tangan istrinya untuk mendekat ke arah dimana Hadi tengah berdiri di halaman rumahnya."Kenapa, Bang?" Hadi yang sedang melakukan aksi tarik menarik dengan Wati pun melepaskan tangannya secara tiba-tiba. "Tau nih, Mbakmu, main tarik-tarik aja!" gerutu Hadi me

    Last Updated : 2023-01-08
  • Status WhatsApp Ipar   Kedatangan Paklik

    "Pak, jawab!" bentak Bulek Murni. "Uang hasil panen masih rutin kamu tabung kan?"Paklik menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jantungnya berdegup kencang mendengar pertanyaan dari Sang Istri."Y-- ya, rutin lah!" sahutnya gugup. Bulek Murni tersenyum puas. "Bagus lah! Kalau begitu kita bisa pakai uang itu sementara sampai aku bisa membujuk Adam nanti."Paklik menghela napas kasar. "Mending kita ke rumah mereka sekarang. Jangan sampai Adam dikuasai penuh sama istrinya. Enak saja, kita yang sudah merawat mereka waktu orang tuanya meninggal, sekarang main ambil-ambil saja sawah yang sudah lama kita kelola. Harusnya gak begitu, Buk!" Paklik menggebu-gebu berbicara di depan Bulek Murni. "Kamu juga jadi orang yang dituakan jangan lemah dong! Kamu mau kalah sama Nita yang baru dua tahun jadi istrinya Adam, hah?"Dada Bulek Murni naik turun. Benar yang dikatakan suaminya, enak saja Nita mendapatkan semuanya sementara dia hanya berhasil menjual dua petak sawah dan satu kebun pada tetangganya

    Last Updated : 2023-01-09

Latest chapter

  • Status WhatsApp Ipar   Extra Part

    "Mas ...."Nita merintih ketika perutnya dirasa semakin mulas. Keningnya mengkerut. Bibirnya meringis sambil sesekali kedua tangannya meremas seprai dengan cukup kuat."Mas Adam!" teriak Nita. Entah kemana Adam, malam ini Nita tidak mendapati suaminya tidur di ranjangnya. "Mas!" teriaknya lagi.Nita menangis. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar rasa sakit sedikit berkurang. "Mas Adam ...."Nita mencoba berdiri. Sejak sore dia memilih tidur karena perutnya terasa tidak nyaman. Berulang kali kandung kemihnya terasa penuh. Bahkan Nita merasa jika intensitas buang air kecilnya semakin sering. Nita terlalu awam. Dia berpikir jika mendekati hari persalinan maka semua hal yang ia rasakan adalah wajar. Malam ini, tepat pukul dua belas malam, dia meraba bagian belakang tubuhnya dan ...."Basah?" gumam Nita sambil sesekali meringis. "Apa iya aku ngompol?" imbuhnya. Nita meremas ujung dasternya. Sakit yang ia rasakan semakin terasa sering. Dia memindai kamar, namun sosok Adam tidak ia temu

  • Status WhatsApp Ipar   Tamat

    Nita terpingkal-pingkal menceritakan kejadian pagi tadi pada Adam. Pun dengan Wati, ipar beradik itu sangat bersemangat membahas betapa kerennya Bulek mengusir Mesaroh beserta kedua orang tuanya jug Hafsah dan suaminya."Masa Bulek bilang begitu?" tanya Adam sambil tersenyum. "Bulek bilang mau mengirim tai-tai Paklik ke rumah Mesaroh, begitu? Serius?"Nita berulang kali mengangguk membenarkan. Tidak lupa pula tawa renyah menghiasi bibirnya yang ranum. "Badas emang Bulek," ucap Adam kemudian. "Baik-baik kalian, Bulek sudah gak punya siapapun selain kita."Tawa Nita berhenti. Dia mengangguk sendu dan berkata. "Tentu, Mas. Sejak awal kita menikah bukankah ini yang aku harapkan? Aku ingin kita semua akur selayaknya keluarga."Adam mengusap pucuk kepala Nita lembut. Harapan yang istrinya miliki ternyata dapat terwujud. Jika dulu hari-hari Nita dipenuhi dengan isak tangis dan rasa kesal karena selalu mendapat perlakuan buruk, lain dengan sekarang ... dia sudah mendapatkan kasih sayang dari

  • Status WhatsApp Ipar   Menjelang Tamat

    "Wanita serakah! Kembalikan hak anakku! Licik, culas!" teriak Mesaroh.Berta dan Seila saling sikut. Tiba-tiba dua wanita itu tertawa lebar dan Berta berteriak. "Lagi ngaca ya, Mbak? Kok pas banget ucapan sama kelakuan. Pasti ada kaca transparan ya?"Mesaroh menoleh. Lagi-lagi dia mencak-mencak dan kembali masuk ke dalam rumah Bulek membawa sisa-sisa dongkol akibat sikap Hafsah. "Jadi bagaimana ini, Bu Murni?" tanya Mesaroh gusar. "Seharusnya anakku dapat bagian ....""Kalau begitu kita urus saja masalah ini ke ranah hukum. Bagaimana?"Bu Murni dan suaminya saling pandang. "hu-- hukum? Untuk apa?""Ya, kalau Mesaroh masih belum yakin kalau semua yang aku miliki ini murni milikku, kita bisa usut ini ke ....""Eng-- enggak perlu," sela Bu Minah. "Kami ... percaya kalau tidak ada harta yang Kusni miliki di rumah ini. Kalau begitu ... kami permisi!"Bu Murni dan suaminya menarik tangan Mesaroh cukup kuat. Putrinya itu meronta-ronta dan menolak pergi karena calon bayinya belum mendapatkan

  • Status WhatsApp Ipar   Hafsah dan Mesaroh

    "Permisi," kata Mesaroh ketus. "Aku boleh masuk ke rumah suamiku kan?"Mesaroh bersedekap dada sementara Emak dan Bapaknya berdiri di belakang dengan wajah yang tak kalah ketus."Suamimu?" Ulang Hafsah bingung. "Ini rumah Mbak Murni sama Mas Kusni, kamu salah alamat?""Dia memang istri Masmu," sahut Bulek. Hafsah terkejut. Dia menganga melihat wanita yang berusia lebih muda darinya rela menjadi istri Paklik. "Dia juga sedang hamil keponakan kamu, Haf.""Apa?!" pekik Hafsah. "Ha-- hamil?"Bulek mengangguk. Dia mempersilahkan Mesaroh dan kedua orang tuanya untuk masuk dan duduk bersama dengan Hafsah dan suaminya."Kalau boleh tau, untuk apa datang ke rumahku, sudah tau kan kalau suamimu itu ada penjara?" tanya Bulek sarkas. "Oh ya, ingat baik-baik, Mesaroh, ini rumahku bukan rumah suamimu. Paham?"Mesaroh melengos namun tidak dengan Bu Minah. Wanita yang usianya sepadan dengan Bulek itu menatap sengit ke arah Nita dan Wati bergantian. "Astaga ... sejak kapan Mas Kusni punya istri, Mbak

  • Status WhatsApp Ipar   Kedatangan Keluarga Paklik

    Dua hari setelah Bulek dirawat di Rumah Sakit, hari ini keadaannya sudah semakin membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter yang bertugas. Nita dan Wati membantu mengemas barang-barang sementara Adam menyelesaikan biaya administrasi dan Hadi membantu Bulek berjalan menuju parkiran mobil. "Bulek bisa jalan sendiri," kata Bulek pada Hadi. "Bulek sudah sembuh, Hadi.""Jangan banyak bicara, Bulek!" hardik Hadi dingin. "Kalau ada keponakan mau bermanja-manja begini, Bulek diam saja!"Bulek tersenyum tipis. Hadi memang berbeda dengan Adam. Suami Wati ini sedikit kesulitan beramah tamah. Namun hatinya sangat baik dan semua orang paham karakter Hadi."Maafkan Bulek ya ....""Sekali lagi Bulek minta maaf, aku yakin pasti dapat hadiah piring," cibir Hadi. Bulek terkekeh. Hatinya menghangat mendapat perlakuan istimewa dari keponakannya yang selama ini terkesan menjaga jarak."Bulek buruk sekali dulu ....""Ya, memang," sahut Hadi gamblang. "Kalau sampai setelah ini Bulek belum juga berubah m

  • Status WhatsApp Ipar   Ngerjain Mesaroh

    "Boleh ya, Mas Adam, aku harus menuntut hak buat calon bayiku."Adam hendak bangkit, namun Hadi mencekal pergelangan tangan adiknya dan menggeleng samar. "Duduk!"Dengan terpaksa suami Nita itu kembali duduk setelah menyentak napas kasar. "Ngelunjak!" desis Adam geram.Hadi bangkit. Dia berjalan dan mendekati Mesaroh yang terlihat sudah bersiap dengan tas selempang di pundaknya. "Ayo, Mas! Aku ini Bulek muda kalian, tolong lah kerja samanya!""Kita balik sekarang ya, Wat?" tanya Hadi pada istrinya. Wati mengangguk, Bu Asih dan Pak Panijo memahami keadaan anak menantunya. Senyum lega terbit di bibir Mesaroh, dia merapikan rambut dan bajunya saat Adam dan Hadi berjalan mendekati mobil mereka. Wati mendapat giliran terakhir mencium punggung tangan Emak dan Bapak sambil sejenak memeluk pasangan tua yang sudah membesarkannya selama ini. "Kalau Farhan sudah libur, kami kesini lagi, Mak.""Jangan pikirkan Emak dan Bapak, urus suami dan anakmu dengan baik. Hati-hati di jalan."Wati menganggu

  • Status WhatsApp Ipar   Keanehan

    "Janggal ya, dua tahun Mesaroh hilang tapi baru dicari beberapa hari belakangan kan? Mana langsung ketemu pula, kan aneh?" kata tetangga Mey. "Apalagi sampai bisa renovasi rumah, padahal suami Bu Minah gak kerja. Dapat uang darimana coba?""Iya, baru dicari sudah langsung ketemu, kenapa gak dicari dari dulu saja?" celetuk yang lain. "Janggal ya, aneh!"Kasak-kusuk tetangga santer terdengar. Mesaroh kesal, dia menghentak-hentakkan kaki dan melangkah masuk ke dalam kamar dengan perasaan dongkol."Tau apa kalian, jangan menuduh sembarangan! Sana pergi!" hardik Bu Minah. "Tetangga gak punya akhlak!"Para tetangga membubarkan diri sementara di rumah Bu Minah, wanita paruh baya itu marah-marah karena rencananya gagal total."Kamu seharusnya bisa gerak cepat, Saroh! Kalau sudah begini, sia-sia dua tahun kamu berpura-pura gila!" Bu Minah marah-marah dengan suara tertahan. Khawatir para tetangganya mendengar apa yang mereka ributkan. "Harusnya rumah Kusni bisa jadi milik kamu! Bodoh!"Mesaroh

  • Status WhatsApp Ipar   Rahasia Mesaroh

    "Kenapa, Mak?" Mesaroh datang dan menatap satu per satu orang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Mas Kusni mau menikah ulang hari ini, Mak?" tanya Mesaroh sambil tersenyum malu. "Mana dia, kenapa gak manggil aku?"Bu Minah menunduk dalam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini karena bagaimanapun kehamilan Mesaroh tanpa suami tentu menjadi aib untuknya."Nak, kasihan Mesaroh ... setidaknya beri sedikit harta gono-gini untuk calon bayinya," ucap Bu Minah memelas. Sangat berbeda dengan sikapnya beberapa menit yang lalu. Sungguh, Ibu Mesaroh ini adalah wanita yang pandai mengubah air muka dengan cepat. "Anu ... itu ... kalian ini kan keponakan istrinya Pak Kusni, setidaknya berikan sedikit bagian untuk Maesaroh. Anak yang dia kandung ini sepupu kalian loh."Hadi terkekeh sinis sementara Adam melengos mendengar suara Bu Minah yang mendadak berubah lembut. "Bu ... astaghfirullah," gumam Hadi sambil geleng-geleng. "Kami ini keponakan Bu Murni istri Pak Kusni. Jadi, semua yang berurusan d

  • Status WhatsApp Ipar   Mati Kutu

    Wati geleng-geleng. Bu Minah yang dia lihat sekarang seperti bukan Bu Minah yang datang ke rumah Bulek tempo hari. Sangat berbeda. "Bagaimanapun pernikahan anakku sama Paklik kalian itu gak sah! Dan besok aku mau Mesaroh dinikahi secara resmi, maharnya sertifikat rumah karena setelah menikah Mesaroh akan tinggal bersama suaminya." Bu Minah berbicara panjang lebar. "Harusnya begini sejak kemarin-kemarin, kenapa kalian sebagai keponakan ini gak peka sama sekali? Paklik kalian seharusnya diarahkan buat menikahi anakku secara resmi, bukan malah dilarang apalagi sampai diancam segala. Hei, sadar diri kalian ini, itu rumah punya Paklik kalian, kenapa kalian berdua justru marah-marah kalau Mesaroh minta mahar yang fantastis?!" Adam dan Hadi berusaha menahan emosinya. Kedua adik beradik itu saling pandang sambil menghela napas panjang. Bibir Wati hendak terbuka, namun Hadi menggenggam jemari istrinya memberikan isyarat agar diam.Wati menelan ludahnya kasar. Hampir saja mulutnya yang tajam

DMCA.com Protection Status