Home / Romansa / Status WhatsApp Ipar / Tidak semudah itu, Marimar!

Share

Tidak semudah itu, Marimar!

Author: Lian Nai
last update Last Updated: 2022-12-15 20:46:57

"Siapa yang ngajarin kamu bicara begitu, hah? Bilang sama Mama, pasti Tante Nita kan yang suruh kamu bilang begini di depan semua orang?" hardik Wati kepalang malu.

Farhan menggaruk pelipisnya sambil memicing. "Mama kenapa marah-marah sih? Ibu Guru bilang, kalau ada orang yang nasehatin kita, harus didengar, gak boleh marah-marah."

"Halah, banyak omong kamu! Ayo pulang, dan jangan datang kesini lagi. Haram kamu menginjakkan kaki di rumah ini, Farhan. Dengar apa kata Mama kan?"

Farhan mengangguk takut sementara beberapa tetangga yang menyaksikan keributan di depan rumah Nita bisa menyimpulkan dengan sendiri siapa yang salah dan benar karena setiap hari mereka pun menjadi saksi betapa kerap Farhan bermain di rumah Nita hingga menjelang malam. Tidak mungkin seorang anak bisa betah berlama-lama dengan orang lain selain kedua orang tuanya kecuali memang Nita yang memperlakukan Farhan dengan sangat baik sehingga membuat bocah kecil itu merasa nyaman.

"Jangan racuni otak anak-anak, Mbak Wati," tegur Seila, "Farhan belum paham apa yang terjadi, dia masih kecil, gak seharusnya kamu membuatnya membenci Mbak Nita. Padahal selama ini aku saksinya kalau Mbak Nita begitu baik pada ...."

"Halah, tau apa kamu, La? Kamu itu cuma menantu yang menumpang di rumah mertua! Kamu itu pendatang, sama seperti ipar tidak tau diri ini!" hardik Wati semakin menggebu-gebu. "Padahal kamu jelas-jelas mendengar sendiri kalau dia tega menghentikan bantuan biaya sekolah Farhan, gitu masih kamu bela kalau dia baik?"

"Ya kalau saya yang jadi Mbak Nita, bahkan rumah suami pun akan saya pagar memutar, Mbak," seloroh Mbak Berta, "Biar saja sekalian dianggap tidak tau diri, daripada tiap hari makan ati!"

"Nah, betul," celetuk Seila sambil tersenyum sinis. 

Nita menarik ujung bibirnya ketika mendapati wajah Mbak Wati yang sudah semakin memerah mirip kepiting rebus.

"Kalian ini cuma tetangga, tau apa tentang masalah yang terjadi diantara kami?" Bulek Murni kembali membuka mulut. "Wajar kalau Wati marah, dia sudah diperlakukan tidak baik oleh iparnya sendiri, bahkan aku ... Bulek dari suaminya pun dipermalukan di muka umum." Bulek Murni menyusut hidungnya yang sebenarnya tidak berair. Suaranya dibuat sedemikian sendu agar orang lain beralih iba padanya.

"Sudah dramanya?" tanya Nita tak acuh, "Kalau sudah selesai menjual kesedihan, aku mau masuk, sebentar lagi suamiku pulang, mending Bulek sama Mbak Wati siap-siap saja memohon-mohon di bawah kakiku." Nita menggoyang-goyangkan kakinya di depan Bulek Murni dan Mbak Wati membuat dua wanita beda generasi itu melotot tajam.

"Simpan makianmu itu, Mbak Wati!" kata Nita. Mbak Wati yang sudah siap membuka mulut pun seketika menutup rapat bibirnya. "Simpan semua ucapan-ucapan pedas kamu sebelum aku bertindak lebih jauh. Tidak mau kan kalau Mas Adam kusuruh untuk mengurus harta peninggalan orang tuanya yang lebih banyak diminta oleh Mas Hadi?"

Lagi-lagi Mbak Wati mati kutu. Selama ini ia pikir jika Nita adalah ipar bodoh yang mudah ia kibuli. Tapi ternyata ... ada banyak hal yang Nita tahu namun memilih untuk diam.

"Aku pastikan kalau Mbak Wati akan menyesal karena sudah bersikap tidak baik padaku. Bukan hanya hari ini, namun hari-hari yang sudah berlalu pun sampai sekarang belum bisa aku lupakan. Semua cacian, semua hinaan, dan semua kata-kata pedas dari mulut Mbak Wati akan aku ingat sampai mati!"

Hampir saja cairan bening Nita meluncur dari pelupuk matanya yang sudah digenangi banyak air mata. Namun, Adam tiba-tiba datang membuat wanita cantik itu segera mengusap sudut matanya yang berair.

"Dek, ada apa ini?"

Nita masih mematung, namun dua wanita beda generasi tadi sudah menangis berlomba-lomba mengeluarkan air mata di depan Adam. 

"Loh, ini pada kenapa sih? Ada apa, Dek?"

"Istrimu, Dam, dia sudah mempermalukan Bulek di depan semua tetangga. Hu ... hu ... hu ...."

"Bahkan, Nita juga bilang kalau dia tidak mau lagi membantu biaya sekolah Farhan, Dam," sambung Mbak Wati yang tak kalah keras tangisnya. "Hu ... hu ... hu ... apa salahnya sesama saudara saling membantu. Entah kenapa istrimu selalu saja mengungkit pemberian kamu untuk Farhan. Dia keponakan kamu, Dam, tidak salah kan kalau kamu juga membantu biaya sekolahnya?"

Semua tetangga dibuat geleng-geleng oleh tingkah Mbak Wati dan Bulek Murni. Sekarang ... tanpa Nita menjelaskan lebih banyak di depan para tetangga, mereka kembali bisa menilai siapa penjilat dan siapa yang terluka disini.

"Ayo, masuk! Malu dilihat banyak tetangga," ajak Adam pada Mbak Wati dan Bulek Murni.

"Enggak, Dam!" Mbak Wati menolak tegas. "Nita sudah mengharamkan rumahnya diinjak oleh kami ...."

"Iya, Dam. Bulek takut ...."

Nita masih bersedekap dada menatap Mbak Wati dan Bulek Marni yang tengah mencoba menghasut Adam.

"Biar semua tetangga tau kalau kamu itu pria yang tidak lembek, Dam! Kamu harus bisa tegas sama Nita, dia ... dia sudah menyakiti hati Bulek dan Mbak iparmu sendiri. Hu ... hu ... hu ...."

"Coba katakan, aku mau dengar dari mulut Mbak Wati dan Bulek Marni kenapa sampai bikin keributan di depan rumahku, apalagi dilihat banyak tetangga begini, malu!"

"Tadi aku bingung cari-cari Farhan, ternyata dia ada di rumah kamu, sengaja dikunci di dalam sama Nita, Dam. Dia ... dia pasti mau merebut anakku, bahkan Nita sudah meracuni pikiran Farhan agar membenciku, Nita juga memfitnahku di depan banyak tetangga katanya aku menyuruh Farhan mengambil lauk di meja makan kalian, dan parahnya lagi ... Farhan pun ikutan berbohong dengan membenarkan ucapan istrimu. Sakit hatiku, Dam!" 

"Betul apa yang Wati katakan, bahkan tadi Nita menyinggung soal sawah yang Bulek garap, padahal bulan depan Bulek sudah rencana mau kasih uang sewa ke kalian. Istrimu memang tidak sabaran, dia keterlaluan!"

"Mbak Nita, jangan diam saja dong!" desak Seila gemas. 

"Diam kamu, La! Tau apa sih kamu, jangan jadi kompor, mending kamu pulang saja sana!" usir Bulek Murni kasar. "Kamu belain Nita karena dia teman baik kamu, harusnya kamu bela yang benar, jangan dukung yang salah!"

Seila mencebik. Dia ikut merasa geram dengan sikap Mbak Wati dan Bulek Murni yang dianggap sudah kelewat batas. Cacat logika kalau dipikir-pikir. Tapi ini nyata. Kejadian ini ada di depan matanya yang mau tidak mau ia harus percaya kalau ada orang sejahat Mbak Wati dan Bulek Murni.

"Jadi begitu?" tanya Adam singkat.

Bulek Murni dan Mbak Wati saling pandang. "Kok begitu doang, Dam? Kamu itu jadi suami yang tegas! Marahi istri kamu biar semua tetangga tau kalau kamu itu gak lembek!" kata Mbak Wati dongkol sepenuh hati.

"Lah, kenapa harus marah-marah, Mbak? Kalau istriku bilang gak mau bantu biaya sekolah Farhan lagi, ya sudah, aku turuti. Dia istriku loh, dia berhak atas semua uangku. Ada yang salah?" 

Nita menarik ujung bibirnya puas. Sangat puas sekali.

"Oh ya, Bulek bilang kalau bulan depan mau ngasih uang sewa sawah kan? Baiklah, bulan depan aku tunggu, kalau gak ada uang sewa sih mending kita garap sendiri ya, Dek?" Nita mengangguk mantap dan mengulas senyum tipis.

Mbak Wati dan Bulek Murni saling pandang. Wajah keduanya berubah pias seperti tidak berdarah.

Beberapa tetangga menertawakan sikap Mbak Wati dan Bulek Murni yang gagal membuat Adam percaya pada ucapan mereka berdua.

"Sudah, sudah! Lagian kenapa ribut di depan rumah begini sih, itu tetangga jadi punya tontonan gratis," gerutu Adam. "Mending bubar semua sekarang! Sore-sore bukannya mandi malah nongkrong di depan rumah orang!"

"Namanya juga diundang, Mas Adam," teriak Seila sambil berlalu. Dia tertawa puas melihat Mbak Wati dan Bulek Murni mati kutu untuk yang kesekian kalinya.

"Jangan lupa pagar rumahnya, Mbak Nita!" teriak Mbak Berta sambil tertawa.

"Dam, kamu gak lagi pura-pura membela Nita di depan para tetangga kan? Harga diri Bulek sama Mbak iparmu ini dipertaruhkan loh!"

Bersambung 

Related chapters

  • Status WhatsApp Ipar   Duh, Wati!

    "Astaghfirullah, Bulek Murni, sudah benar tindakan Adam membela Nita. Jangan jadi orang tua yang hasad," tegur Mpok Faridah-- tetangga samping rumah Mbak Wati. "Seharusnya 'sampean' itu bangga punya keponakan yang sayang istri, tidak mudah terpengaruh omongan orang lain. Kalau Adam jadi menantuku, sudah kubangga-banggakan seantero kampung."Bulek Murni mencebik. "Jangan ikut campur kamu, Dah! Ini urusan keponakan sama Buleknya!" hardik Bulek Murni kesal."Tau nih, pulang sana, Mpok! Kenapa para pendatang di kampung ini suka sekali mencampuri urusan orang lain sih, hah?""Lah, kalau gak mau tetangga tau masalah kalian, gak mau dapat komentar dari tetangga, ya jangan ribut di depan rumah dong. Gak tau malu!"Mpok Faridah menggerutu sambil berlalu meninggalkan halaman rumah Nita yang masih memanas. "Tuh kan, Dam, gara-gara tindakan kamu yang berat sebelah ini jadinya para tetangga sudah gak menghargai Bulek lagi!" "Bulek, dengarkan aku!" pinta Adam, "Nita adalah istriku, aku memintanya

    Last Updated : 2022-12-17
  • Status WhatsApp Ipar   Wati, ente kadang-kadang ente!

    "E-- eh, Mas, aku mau cari Farhan dulu," tolak Mbak Wati gugup. "Di-- dia belum makan, kasihan!""Farhan sudah makan kok, Mbak, kan tadi makan di rumahku. Malah hampir saja anak sekecil Farhan diperintah agar mencuri lauk di meja makan Tantenya sendiri," kata Nita jujur. Hadi menoleh menelisik wajah Mbak Wati yang semakin pias. "Kamu suruh Farhan mencuri?""Eng-- enggak lah, Mas, mana mungkin aku begitu!" sentak Mbak Wati, "Kamu kalau bicara jangan ngasal ya, Nit! Jangan jadi duri di rumah tangga kami, jadi jaga bicaramu itu!"Nita mengedikkan bahu. Hampir saja Adam kembali meledak-ledak mendengar hardikan Mbak Wati pada Nita, namun istrinya dengan sigap menggelengkan kepala dan mengurungkan niat marah Adam."Ayo, Mas! Masuk!"Hadi menghembuskan napas kasar dan melangkah mengikuti Adam juga Nita masuk ke dalam rumah sementara lengan Mbak Wati dicekal kuat oleh suaminya agar tidak pergi dengan alasan mencari Farhan."Eh, Bulek mau kemana?"Suara Nita mengagetkan Bulek Murni hingga wan

    Last Updated : 2022-12-18
  • Status WhatsApp Ipar   Si Paling Bisa Mengatur Uang

    "Benar itu, Wat?"Mbak Wati bergeming, menunduk sambil menatap kakinya yang kalah putih dari kaki Nita."Jawab, Wati!" bentak Hadi."Di meja makan masih ada ayamnya, Farhan langsung makan saja ya, sendiri bisa kan?" tanya Nita lembut.Farhan mengangguk girang. "Hore!""Gak usah!" sentak Mbak Wati, "Jangan sok baik di depan Mas Hadi kamu, Nit!" imbuhnya menuai anggukan setuju dari Bulek Murni. "Farhan, balik!" teriak Mbak Wati. "Jangan minta makan disini lagi kalau ujung-ujungnya Mama difitnah di depan Papa kamu!"Hadi mengusap wajahnya frustrasi. Jujur, kebenaran yang baru ia ketahui membuatnya ragu. Pasalnya, setiap pulang bekerja, di meja makan selalu ada lauk meskipun terbilang bukan lauk mahal karena Wati selalu beralasan bahwa Farhan menghabiskan ayam atau ikan yang sudah ia beli tanpa menyisakan sedikit saja untuk Sang Papa. "Ma, Farhan mau ayam," rengek bocah kecil itu memelas. "Farhan bosan makan nasi sama kecap terus, Mama ....""Jadi selama ini kamu kasih makan anak kita c

    Last Updated : 2023-01-04
  • Status WhatsApp Ipar   OTW, Beli Mobil

    "Astaghfirullah, Wati!" Hadi terlihat menahan emosi. Bagaimana tidak, demi menyaingi adik iparnya sendiri Wati tega membiarkan Farhan makan ala kadarnya selama ini. "Kulkas buat apa, hah?""Kamu selalu begitu, Mas," gerutu Wati, "Kalau ada istri yang ingin bebelian, dukung! Bukannya malah nanya emang buat apa? Tuh, Adam saja yang istrinya sok-sokan beli barang-barang mahal nurut-nurut aja," imbuhnya.Hadi menarik napas panjang. Masalah uang sekolah Farhan berbuntut panjang hingga menguak betapa dengkinya Wati selama ini pada Nita."Wat, astaghfirullah ... Mas benar-benar ingin menyerah saja!" "Mas ...." Wati merengek. Hadi mengusap wajahnya kasar yang memperlihatkan raut lelah karena pulang bekerja justru dihadapkan dengan masalah istrinya. "Buka otakmu lebih lebar, Wat. Jangan ukur baju orang lain di badan kita! Adam dan Nita bebas bebelian karena mungkin mereka mampu, sementara kita ... ada masa depan Farhan yang harus kita berdua perjuangkan, Wati!""Ya kan salah Mas sendiri menol

    Last Updated : 2023-01-05
  • Status WhatsApp Ipar   Kesedihan Nita

    "Mas!" seru Wati tidak terima. "Kamu kenapa jadi begini sih, cuma gara-gara omongan Nita sekarang kamu jadi dzolim sama aku?" Hadi melengos. Napasnya semakin memburu mendengar Wati yang masih saja membela diri. Tidak ada penyesalan di wajahnya karena sudah membohongi suami selama ini. Belum lagi Farhan yang ia sengsarakan karena setiap hari hanya diberi nasi hangat dan kecap."Argh, terserah!" bentak Hadi, "Lelah bicara sama kamu, Wat! Jangan harap bulan depan kamu dapat jatah belanja."Hadi berlalu meninggalkan Wati yang menitikkan air mata di ruang tamu. Hatinya terluka karena dia anggap jika suaminya sudah termakan omongan Nita. Apa salahnya berhemat demi memiliki sesuatu yang berharga. Mobil misalnya!"Kamu jahat, Mas!" teriak Wati di sela-sela tangisnya. "Tega kamu menzolimi istri!" Blam ....Hadi menutup pintu kamar tanpa peduli teriakan Wati yang semakin menjadi-jadi. Kep

    Last Updated : 2023-01-06
  • Status WhatsApp Ipar   Kapokmu Kapan?

    Nita meredam emosinya melihat status Wati yang bertebaran di WhatsApp. Tidak ada cara lain, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk melindungi hati adalah dengan menyembunyikan status Wati agar berada di bagian bottom, yang paling bawah. Tidak akan terlihat jika memang tidak mau dilihat. Karena kemarin sore Adam ada keperluan sehingga belum sempat menemui Paklik untuk membicarakan perihal uang sewa sawah, maka pagi ini setelah sarapan bersama Sang Istri, Adam menyempatkan diri mendiskusikan masalah sawah yang mereka kelola mengingat hari ini adalah hari libur, tentu saja Paklik ada di rumah. Pikir Adam."Yakin mau menemui Paklik, Mas?" tanya Nita ketar-ketir. "Kalau ternyata Paklik sudah ngasih uang sewa, gimana?""Maksudnya?""Y-- ya, maksudku ... maaf, kalau ternyata Paklik sudah mempercayakan uang sewa pada Bulik, bagaimana?""Dan Bulek menilap uang itu, begitu maksud kamu, Nit?"Nita mengangguk ragu. "Maaf, Mas, bukannya aku menuduh Bulek ....""Ya bagus dong! Memang seharusn

    Last Updated : 2023-01-06
  • Status WhatsApp Ipar   Mendatangi Rumah Bulek

    "Tumben kalian main ke rumah Paklik, ada apa, Dam?"Paklik yang sedang menyulut rokok memindai tubuh Adam dan Nita bergantian. "Duduk!""Terima kasih, Paklik. Tapi ... Bulek gak bilang kalau kami mau datang?"Paklik menggeleng. "Memang kenapa? Penting sekali kedatangan kalian kali ini? Padahal rumah kita ini dekat, kamu itu juga keponakan istriku, Adam. Tapi sejak sudah menikah ... Bulek kamu itu bilang kalau kamu jarang mengunjunginya. Kenapa? Istrimu yang gak bolehin?" Nita terkejut dengan pertanyaan pembuka yang Paklik lontarkan. Pasalnya, Nita pun tidak pernah melarang Adam untuk mengunjungi Bulek. Tapi ... ah sudahlah!"Tidak, Paklik. Mana mungkin Nita melarang, lagipula setiap hari aku sama Bulek juga sering ketemu dan mengobrol sebentar di depan rumah," papar Adam. "Halah, benar kata Bulek kamu, otakmu itu sudah dicuci sama Nita."Nita menghela napas kasar. Selain Bulek dan Mbak Wati, Paklik memang menjadi salah tiga diantara mereka yang tidak menyukai pernikahannya dengan Ad

    Last Updated : 2023-01-07
  • Status WhatsApp Ipar   Kemarahan Adam

    "Sakit hati karena kami mau ambil sawah yang Bulek kelola, iya?"Suara Adam meninggi. Mau tidak mau Paklik keluar dan menatap sengit ke arahnya. Terlihat Bulek juga mengekor di belakang sambil melengos enggan melihat Nita."Aku sama Bang Hadi selama ini diam bukan karena kami tidak tau apa-apa, Bulek! Aku mengikhlaskan semua yang Bulek lakukan pada kami! Tapi ... jika Bulek dan Paklik masih saja menganggap aku dan Bang Hadi tidak pernah mau membalas budi, maka sekalian saja kembalian uang penjualan sawah orang tua kami dulu! Aku dan Bang Hadi siap membayar uang makan selama tiga tahun lamanya, mulai dari aku kelas 1 SMA sampai lulus sekolah. Aku yakin ... biaya makan untukku saja tidak lebih dari seratus juta selama tiga tahun itu. Bagaimana?"Bulek menoleh dengan cepat. Tiba-tiba wanita paruh baya itu menangis dan terduduk di lantai rumahnya. "Tega kamu, Adam! Ya Allah, tega sekali keponakanku ini. Hu ... hu ... hu ....""Aku tidak mungkin semarah ini jika Paklik tau diri, Bulek! Bis

    Last Updated : 2023-01-07

Latest chapter

  • Status WhatsApp Ipar   Extra Part

    "Mas ...."Nita merintih ketika perutnya dirasa semakin mulas. Keningnya mengkerut. Bibirnya meringis sambil sesekali kedua tangannya meremas seprai dengan cukup kuat."Mas Adam!" teriak Nita. Entah kemana Adam, malam ini Nita tidak mendapati suaminya tidur di ranjangnya. "Mas!" teriaknya lagi.Nita menangis. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar rasa sakit sedikit berkurang. "Mas Adam ...."Nita mencoba berdiri. Sejak sore dia memilih tidur karena perutnya terasa tidak nyaman. Berulang kali kandung kemihnya terasa penuh. Bahkan Nita merasa jika intensitas buang air kecilnya semakin sering. Nita terlalu awam. Dia berpikir jika mendekati hari persalinan maka semua hal yang ia rasakan adalah wajar. Malam ini, tepat pukul dua belas malam, dia meraba bagian belakang tubuhnya dan ...."Basah?" gumam Nita sambil sesekali meringis. "Apa iya aku ngompol?" imbuhnya. Nita meremas ujung dasternya. Sakit yang ia rasakan semakin terasa sering. Dia memindai kamar, namun sosok Adam tidak ia temu

  • Status WhatsApp Ipar   Tamat

    Nita terpingkal-pingkal menceritakan kejadian pagi tadi pada Adam. Pun dengan Wati, ipar beradik itu sangat bersemangat membahas betapa kerennya Bulek mengusir Mesaroh beserta kedua orang tuanya jug Hafsah dan suaminya."Masa Bulek bilang begitu?" tanya Adam sambil tersenyum. "Bulek bilang mau mengirim tai-tai Paklik ke rumah Mesaroh, begitu? Serius?"Nita berulang kali mengangguk membenarkan. Tidak lupa pula tawa renyah menghiasi bibirnya yang ranum. "Badas emang Bulek," ucap Adam kemudian. "Baik-baik kalian, Bulek sudah gak punya siapapun selain kita."Tawa Nita berhenti. Dia mengangguk sendu dan berkata. "Tentu, Mas. Sejak awal kita menikah bukankah ini yang aku harapkan? Aku ingin kita semua akur selayaknya keluarga."Adam mengusap pucuk kepala Nita lembut. Harapan yang istrinya miliki ternyata dapat terwujud. Jika dulu hari-hari Nita dipenuhi dengan isak tangis dan rasa kesal karena selalu mendapat perlakuan buruk, lain dengan sekarang ... dia sudah mendapatkan kasih sayang dari

  • Status WhatsApp Ipar   Menjelang Tamat

    "Wanita serakah! Kembalikan hak anakku! Licik, culas!" teriak Mesaroh.Berta dan Seila saling sikut. Tiba-tiba dua wanita itu tertawa lebar dan Berta berteriak. "Lagi ngaca ya, Mbak? Kok pas banget ucapan sama kelakuan. Pasti ada kaca transparan ya?"Mesaroh menoleh. Lagi-lagi dia mencak-mencak dan kembali masuk ke dalam rumah Bulek membawa sisa-sisa dongkol akibat sikap Hafsah. "Jadi bagaimana ini, Bu Murni?" tanya Mesaroh gusar. "Seharusnya anakku dapat bagian ....""Kalau begitu kita urus saja masalah ini ke ranah hukum. Bagaimana?"Bu Murni dan suaminya saling pandang. "hu-- hukum? Untuk apa?""Ya, kalau Mesaroh masih belum yakin kalau semua yang aku miliki ini murni milikku, kita bisa usut ini ke ....""Eng-- enggak perlu," sela Bu Minah. "Kami ... percaya kalau tidak ada harta yang Kusni miliki di rumah ini. Kalau begitu ... kami permisi!"Bu Murni dan suaminya menarik tangan Mesaroh cukup kuat. Putrinya itu meronta-ronta dan menolak pergi karena calon bayinya belum mendapatkan

  • Status WhatsApp Ipar   Hafsah dan Mesaroh

    "Permisi," kata Mesaroh ketus. "Aku boleh masuk ke rumah suamiku kan?"Mesaroh bersedekap dada sementara Emak dan Bapaknya berdiri di belakang dengan wajah yang tak kalah ketus."Suamimu?" Ulang Hafsah bingung. "Ini rumah Mbak Murni sama Mas Kusni, kamu salah alamat?""Dia memang istri Masmu," sahut Bulek. Hafsah terkejut. Dia menganga melihat wanita yang berusia lebih muda darinya rela menjadi istri Paklik. "Dia juga sedang hamil keponakan kamu, Haf.""Apa?!" pekik Hafsah. "Ha-- hamil?"Bulek mengangguk. Dia mempersilahkan Mesaroh dan kedua orang tuanya untuk masuk dan duduk bersama dengan Hafsah dan suaminya."Kalau boleh tau, untuk apa datang ke rumahku, sudah tau kan kalau suamimu itu ada penjara?" tanya Bulek sarkas. "Oh ya, ingat baik-baik, Mesaroh, ini rumahku bukan rumah suamimu. Paham?"Mesaroh melengos namun tidak dengan Bu Minah. Wanita yang usianya sepadan dengan Bulek itu menatap sengit ke arah Nita dan Wati bergantian. "Astaga ... sejak kapan Mas Kusni punya istri, Mbak

  • Status WhatsApp Ipar   Kedatangan Keluarga Paklik

    Dua hari setelah Bulek dirawat di Rumah Sakit, hari ini keadaannya sudah semakin membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter yang bertugas. Nita dan Wati membantu mengemas barang-barang sementara Adam menyelesaikan biaya administrasi dan Hadi membantu Bulek berjalan menuju parkiran mobil. "Bulek bisa jalan sendiri," kata Bulek pada Hadi. "Bulek sudah sembuh, Hadi.""Jangan banyak bicara, Bulek!" hardik Hadi dingin. "Kalau ada keponakan mau bermanja-manja begini, Bulek diam saja!"Bulek tersenyum tipis. Hadi memang berbeda dengan Adam. Suami Wati ini sedikit kesulitan beramah tamah. Namun hatinya sangat baik dan semua orang paham karakter Hadi."Maafkan Bulek ya ....""Sekali lagi Bulek minta maaf, aku yakin pasti dapat hadiah piring," cibir Hadi. Bulek terkekeh. Hatinya menghangat mendapat perlakuan istimewa dari keponakannya yang selama ini terkesan menjaga jarak."Bulek buruk sekali dulu ....""Ya, memang," sahut Hadi gamblang. "Kalau sampai setelah ini Bulek belum juga berubah m

  • Status WhatsApp Ipar   Ngerjain Mesaroh

    "Boleh ya, Mas Adam, aku harus menuntut hak buat calon bayiku."Adam hendak bangkit, namun Hadi mencekal pergelangan tangan adiknya dan menggeleng samar. "Duduk!"Dengan terpaksa suami Nita itu kembali duduk setelah menyentak napas kasar. "Ngelunjak!" desis Adam geram.Hadi bangkit. Dia berjalan dan mendekati Mesaroh yang terlihat sudah bersiap dengan tas selempang di pundaknya. "Ayo, Mas! Aku ini Bulek muda kalian, tolong lah kerja samanya!""Kita balik sekarang ya, Wat?" tanya Hadi pada istrinya. Wati mengangguk, Bu Asih dan Pak Panijo memahami keadaan anak menantunya. Senyum lega terbit di bibir Mesaroh, dia merapikan rambut dan bajunya saat Adam dan Hadi berjalan mendekati mobil mereka. Wati mendapat giliran terakhir mencium punggung tangan Emak dan Bapak sambil sejenak memeluk pasangan tua yang sudah membesarkannya selama ini. "Kalau Farhan sudah libur, kami kesini lagi, Mak.""Jangan pikirkan Emak dan Bapak, urus suami dan anakmu dengan baik. Hati-hati di jalan."Wati menganggu

  • Status WhatsApp Ipar   Keanehan

    "Janggal ya, dua tahun Mesaroh hilang tapi baru dicari beberapa hari belakangan kan? Mana langsung ketemu pula, kan aneh?" kata tetangga Mey. "Apalagi sampai bisa renovasi rumah, padahal suami Bu Minah gak kerja. Dapat uang darimana coba?""Iya, baru dicari sudah langsung ketemu, kenapa gak dicari dari dulu saja?" celetuk yang lain. "Janggal ya, aneh!"Kasak-kusuk tetangga santer terdengar. Mesaroh kesal, dia menghentak-hentakkan kaki dan melangkah masuk ke dalam kamar dengan perasaan dongkol."Tau apa kalian, jangan menuduh sembarangan! Sana pergi!" hardik Bu Minah. "Tetangga gak punya akhlak!"Para tetangga membubarkan diri sementara di rumah Bu Minah, wanita paruh baya itu marah-marah karena rencananya gagal total."Kamu seharusnya bisa gerak cepat, Saroh! Kalau sudah begini, sia-sia dua tahun kamu berpura-pura gila!" Bu Minah marah-marah dengan suara tertahan. Khawatir para tetangganya mendengar apa yang mereka ributkan. "Harusnya rumah Kusni bisa jadi milik kamu! Bodoh!"Mesaroh

  • Status WhatsApp Ipar   Rahasia Mesaroh

    "Kenapa, Mak?" Mesaroh datang dan menatap satu per satu orang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Mas Kusni mau menikah ulang hari ini, Mak?" tanya Mesaroh sambil tersenyum malu. "Mana dia, kenapa gak manggil aku?"Bu Minah menunduk dalam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini karena bagaimanapun kehamilan Mesaroh tanpa suami tentu menjadi aib untuknya."Nak, kasihan Mesaroh ... setidaknya beri sedikit harta gono-gini untuk calon bayinya," ucap Bu Minah memelas. Sangat berbeda dengan sikapnya beberapa menit yang lalu. Sungguh, Ibu Mesaroh ini adalah wanita yang pandai mengubah air muka dengan cepat. "Anu ... itu ... kalian ini kan keponakan istrinya Pak Kusni, setidaknya berikan sedikit bagian untuk Maesaroh. Anak yang dia kandung ini sepupu kalian loh."Hadi terkekeh sinis sementara Adam melengos mendengar suara Bu Minah yang mendadak berubah lembut. "Bu ... astaghfirullah," gumam Hadi sambil geleng-geleng. "Kami ini keponakan Bu Murni istri Pak Kusni. Jadi, semua yang berurusan d

  • Status WhatsApp Ipar   Mati Kutu

    Wati geleng-geleng. Bu Minah yang dia lihat sekarang seperti bukan Bu Minah yang datang ke rumah Bulek tempo hari. Sangat berbeda. "Bagaimanapun pernikahan anakku sama Paklik kalian itu gak sah! Dan besok aku mau Mesaroh dinikahi secara resmi, maharnya sertifikat rumah karena setelah menikah Mesaroh akan tinggal bersama suaminya." Bu Minah berbicara panjang lebar. "Harusnya begini sejak kemarin-kemarin, kenapa kalian sebagai keponakan ini gak peka sama sekali? Paklik kalian seharusnya diarahkan buat menikahi anakku secara resmi, bukan malah dilarang apalagi sampai diancam segala. Hei, sadar diri kalian ini, itu rumah punya Paklik kalian, kenapa kalian berdua justru marah-marah kalau Mesaroh minta mahar yang fantastis?!" Adam dan Hadi berusaha menahan emosinya. Kedua adik beradik itu saling pandang sambil menghela napas panjang. Bibir Wati hendak terbuka, namun Hadi menggenggam jemari istrinya memberikan isyarat agar diam.Wati menelan ludahnya kasar. Hampir saja mulutnya yang tajam

DMCA.com Protection Status