Home / Romansa / Status WhatsApp Ipar / Jambak saja, Nit!

Share

Jambak saja, Nit!

Author: Lian Nai
last update Last Updated: 2022-12-15 20:45:24

"Eh, tunggu, gimana maksudnya, Mbak?" Adam memicingkan mata sambil menatap Mbak Wati keheranan. "Kalau aku belikan Nita kulkas, itu karena dia kesulitan untuk menyetok bahan makanan. Nah, urusannya sama Farhan apa?"

Mbak Wati berdecak sebal. Wanita bertubuh agak berisi itu bersedekap dada sembari menatap Nita yang tersenyum penuh kemenangan.

"Ya jangan begitu lah, Dam. Kamu kan tahu kalau Farhan itu suka banget sama es, Mbak mau beli kulkas juga Masmu belum punya uang. Lagian gak ada salahnya kan kamu menyenangkan hati Farhan," seru Mbak Wati tidak mau kalah. "Kamu sama Nita itu belum ada anak, anggap saja Farhan itu anak kalian, jadi kalau Nita beli apa-apa, usahakan Farhan juga dapat."

Adam melongo. "Bisa begitu ya, Mbak?" tanya Adam sok lugu. Mbak Wati mengulas senyum penuh kemenangan sambil berkata. "Ya bisa dong! Anggap saja anak Mbak sama Masmu itu juga anak kamu. Jangan sungkan, Dam," ucap Wati legowo. "Mbak tau gimana rasanya nikah bertahun-tahun tapi belum dikaruniai anak, mungkin kamu sama Nita kurang bersedekah. Dan ... bersedekah yang baik itu kepada saudara juga orang-orang terdekat, pada Mbak misalnya, atau ... pada Farhan."

Adam manggut-manggut mendengar penjelasan Mbak Wati yang mulai menjalar kemana-mana sementara Nita menguap lebar melihat iparnya berbicara.

"Kalau begitu pesan saja kulkasnya, Mbak," ucap Adam. 

Nita mendelik, sementara Mbak Wati tersenyum senang dan berkata. "Kamu serius, Dam?"

"Lah, ngapain bohong, Mbak? Kalau Mbak mau kulkas baru, ya pesan saja."

"Mas!" desis Nita menahan geram.

Adam menoleh ke arah dimana Nita berada. "Kenapa, Dek?"

"Kamu sadar kan lagi ngomong apa?"

"Heh, Nit, jangan mengompori Adam agar pelit pada keponakannya sendiri dong!" sela Mbak Wati lantang. "Ini nih yang bikin kamu nggak bisa hamil, sama anak kecil saja pelit!"

Adam menarik bahu Nita dan merengkuh istrinya itu di depan iparnya yang terlihat bahagia sekali.

"Kamu beneran kan mau beliin Mbak kulkas, Dam? Gitu dong, kamu jarang berat sebelah, jangan sampai Nita mempengaruhi kamu supaya pelit sama Farhan. Ingat ya, Farhan itu keponakan kamu ...."

"Stop, Mbak. Stop!" sela Adam jengah. "Ada aku bilang mau beliin Mbak Wati kulkas?"

Mbak Wati tercengang. Bagai terjun bebas dari lantai paling atas. Harapan yang sudah ia bumbung tinggi ternyata dihempas begitu saja oleh Adam.

"Tadi ... tadi kamu bilang ... aku boleh pesan kulkas kan, Dam?"

"Boleh pesan bukan berarti aku yang harus membayar kan, Mbak? Mbak Wati gak mendadak lupa kan kalau masih punya suami?" sahut Adam, "Lagipula aku dan Nita sudah berbaik hati menanggung separuh biaya sekolah Farhan. Mbak mau yang gimana lagi?"

"Y-- ya, gak gimana-gimana, ta-- tapi kan, Farhan ...."

"Keponakanku?" tebak Adam membuat kepala Mbak Wati mengangguk membenarkan. "Lalu kalau dia keponakanku, wajib gitu aku menyetarakan dia dengan Nita?"

Mbak Wati cemberut. Bayangan punya kulkas baru tanpa merogoh kocek hancur lah sudah. Ternyata Adam belum bisa dia kuasai penuh meskipun menggunakan dalih Farhan sekalipun. Iming-iming anak tidak lantas membuat posisi Nita bergeser. 

"Sepertinya Mbak salah menilai kebaikanku selama ini," tutur Adam. Kedua matanya menyorot tajam Sang Ipar yang masih terlihat manyun. "Aku membantu biaya sekolah Farhan karena memang ingin. Dan itupun atas ijin dari Nita, Mbak. Andai dia melarang, aku pun tidak akan memaksa, apalagi Farhan masih memiliki Ibu dan Ayah yang masih sehat dan juga bekerja, bukan pengangguran. Jadi tolong, jangan mengambil keuntungan dari kebaikan yang sudah kami berikan, apalagi dengan iming-iming mengijinkan menganggap Farhan sebagai anak kami sendiri. Aku tidak minat, Mbak. Kami mungkin menyayangi Farhan, tapi hanya sebatas keponakan, tidak lebih!"

Kedua mata Nita berkaca-kaca menatap Sang Suami yang masih merengkuh bahunya dengan erat. Jantungnya berdegup kencang ketika ia mendengar dengan telinganya langsung bagaimana pria itu membelanya di depan Mbak Wati.

"Kalau Mbak gak berani bilang sama Mas Hadi, nanti aku deh yang ngomong," kata Adam. 

"Gak usah!" bentak Mbak Wati kesal. "Daritadi kek bilang gak mau beliin. Bicara panjang lebar ujung-ujungnya disuruh beli sendiri. Ogah!"

"Ya sudah kalau gak mau," sahut Adam cuek. "Yuk, Dek, masuk! Kita coba kulkas baru kamu."

Mbak Wati melengos sambil menghentakkan kaki. Dia melenggang begitu saja sambil membawa dongkol di hati.

***

"Eh, mau kemana, Mbak?" tanya Nita sedikit berlari mengikuti langkah Mbak Wati yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah tanpa permisi. 

"Loh, itu ...."

Nita melongo. Ucapannya terhenti begitu saja ketika melihat tangan Mbak Wati yang begitu cekatan memindah bahan dapur ke dalam kantong kresek yang dia bawa.

"Apa-apaan ini, Mbak Wati!" Tanpa sadar, suara Nita meninggi. Mbak Wati menoleh dengan mata melotot. Kresek yang berisi bumbu dapur dia banting begitu saja hingga isinya berserakan.

"Apa-apaan gimana maksud kamu, hah?" sahut Mbak Wati tak kalah sengit. "Aku cuma minta sedikit bumbu dapur saja kamu sampai berteriak lantang begitu!"

"Mbak, ini bukan lagi meminta, tapi merampas!" ucap Nita menohok. 

"Memang ada ipar merampas di rumah ipar sendiri, ada? Gak ada! Yang ada itu ipar pelit yang gak mau berbagi!" 

"Keluar dari rumahku, Mbak!" usir Nita dengan suara melemah. 

Mbak Wati berkacak pinggang. Ditatapnya wajah Nita yang semakin hari membuat hatinya semakin panas.

"Berani sekali kamu ngusir aku, hah? Aku ini istri kakak ipar kamu loh, Nit. Kenapa kamu makin gak punya aturan sih?!"

"Keluar!"

"Benar-benar kamu, Nit!" decak Mbak Wati sambil geleng-geleng. "Aku kesini cuma mau minta sedikit bumbu dapur, tapi kamu ...."

"Dari semua bahan dapur yang berserakan di bawah, coba Mbak lihat bagian mana yang sedikit. Katakan!" bentak Nita lepas kendali. Emosinya benar-benar diuji ketika berhadapan dengan Mbak Wati. "Cabe, bawang merah, bawang putih, tomat, semua yang Mbak bawa di dalam kresek itu hanya menyisakan beberapa butir di kulkas. Coba tuang semua yang ada di dalam kresek itu! Aku hapal sekali kalau tadi pagi sudah stok ikan segar dan ayam. Semua Mbak bawa dan hanya menyisakan kulkas yang hampir melompong. Dan Mbak bilang kalau Mbak minta sedikit? Mbak paham benar kan bagaimana takaran sedikit?"

"Kamu jangan keterlaluan ya, Nit!" desis Mbak Wati geram. "Kamu paham gak sih artinya berbagi, hah?!"

"Lalu apa Mbak Wati paham bagaimana cara menghargai pemilik rumah? Aku sedang duduk di teras tapi Mbak nyelonong masuk begitu saja dan ambil semua bahan dapur yang kupunya. Mbak punya tata krama kan?" Nita berteriak lantang. Kepalanya mendadak pening menghadapi Mbak Wati yang semakin dilawan justru semakin menjadi. 

"Hei, kalian ini apa-apaan sih, suara kalian berdua sampai di depan loh!" celetuk Bulek Murni yang langsung masuk begitu saja ke dalam rumah Nita.

"Ini, Bulek ... Nita benar-benar keterlaluan! Aku minta sedikit bahan dapur tapi dia marah-marah sampai ngatain aku gak punya tata krama gara-gara nyelonong masuk ke dalam rumah," adu Mbak Wati. "Coba Bulek bilangin tuh si Nita, gak baik pelit sama saudara sendiri."

"Ini rumah Adam loh, Nit. Aku, Wati, Hadi sekalipun bebas keluar masuk ke rumah ini. Kamu gak ada andil kan dalam pembangunan rumah keponakanku ini?"

Bersambung 

Related chapters

  • Status WhatsApp Ipar   Elo jual, gue beli!

    "Bulek lupa siapa aku?" tanya Nita sengit. "Aku istri Mas Adam, aku juga punya hak atas rumah ini!""Kamu ikut andil apa memangnya?" sahut Bulek sinis. "Sudahlah, lagipula Wati cuma ambil ....""Cuma?" seru Nita semakin kesal. "Semua yang Bulek lihat di lantai itu hanyalah cuma buat Bulek?"Bulek Murni menelan ludahnya kasar sementara Wati melengos melihat Nita yang semakin menjadi."Jangan diambil ribut lah, Nit!""Keluar!" teriak Nita, "Keluar sekarang juga!""Nit, kamu sudah keterlaluan ....""Aku nggak peduli!" sela Nita cepat. "Keluar atau aku seret tubuh kalian berdua!"Bulek Murni menyikut lengan Wati. Keduanya saling pandang dan mengangguk samar."Nasib buruk apa yang menimpa kita, Wat. Bisa-bisanya Adam punya istri seperti dia," gerutu Bulek Marni. "Seharusnya dulu Bulek kekeuh saja jodohkan dia sama Melani, dia berpendidikan, bisa menghormati yang lebih tua."Wati mengangguk takut. Wanita berusia tiga puluh tahun itu menunduk hendak memungut beberapa bahan dapur yang bercece

    Last Updated : 2022-12-15
  • Status WhatsApp Ipar   Efek Jera

    "Farhan! Farhan!"Nita yang sedang membereskan alat memasak dibuat kaget dengan suara Mbak Wati yang berteriak di depan rumahnya."Farhan, keluar kamu, Nak!""Farhan!"Nita segera mengelap tangannya yang basah dan berjalan ke tergesa menghampiri Farhan yang sekarang justru tertidur pulas di depan Televisi yang masih menyala."Cepat sekali anak ini tidur," gumam Nita lirih."Nita! Buka pintunya, jangan kau culik anakku!" teriak Mbak Wati jauh lebih lantang lagi.Nita mendelik, baru saja emosinya mereda akibat ulah ipar unik satu itu, kini Mbak Wati sudah datang dan menyulut emosinya untuk yang entah ke berapa kali."Farhan, keluar kamu, Nak! Ibu ada di depan!"Ceklek ....Beberapa tetangga terlihat berkerumun di depan rumah Nita sementara Mbak Wati pura-pura menangis dalam pelukan Bulek Murni."Mana anakku?" bentak Mbak Wati marah. "Kenapa kamu sekap anakku, Nita?""Sekap?" Ulang Nita, "Untuk apa aku menyekap Farhan, Mbak?""Halah, jangan sok pura-pura lugu kamu, Nit! Kamu sengaja kan

    Last Updated : 2022-12-15
  • Status WhatsApp Ipar   Tidak semudah itu, Marimar!

    "Siapa yang ngajarin kamu bicara begitu, hah? Bilang sama Mama, pasti Tante Nita kan yang suruh kamu bilang begini di depan semua orang?" hardik Wati kepalang malu.Farhan menggaruk pelipisnya sambil memicing. "Mama kenapa marah-marah sih? Ibu Guru bilang, kalau ada orang yang nasehatin kita, harus didengar, gak boleh marah-marah.""Halah, banyak omong kamu! Ayo pulang, dan jangan datang kesini lagi. Haram kamu menginjakkan kaki di rumah ini, Farhan. Dengar apa kata Mama kan?"Farhan mengangguk takut sementara beberapa tetangga yang menyaksikan keributan di depan rumah Nita bisa menyimpulkan dengan sendiri siapa yang salah dan benar karena setiap hari mereka pun menjadi saksi betapa kerap Farhan bermain di rumah Nita hingga menjelang malam. Tidak mungkin seorang anak bisa betah berlama-lama dengan orang lain selain kedua orang tuanya kecuali memang Nita yang memperlakukan Farhan dengan sangat baik sehingga membuat bocah kecil itu merasa nyaman."Jangan racuni otak anak-anak, Mbak Wati

    Last Updated : 2022-12-15
  • Status WhatsApp Ipar   Duh, Wati!

    "Astaghfirullah, Bulek Murni, sudah benar tindakan Adam membela Nita. Jangan jadi orang tua yang hasad," tegur Mpok Faridah-- tetangga samping rumah Mbak Wati. "Seharusnya 'sampean' itu bangga punya keponakan yang sayang istri, tidak mudah terpengaruh omongan orang lain. Kalau Adam jadi menantuku, sudah kubangga-banggakan seantero kampung."Bulek Murni mencebik. "Jangan ikut campur kamu, Dah! Ini urusan keponakan sama Buleknya!" hardik Bulek Murni kesal."Tau nih, pulang sana, Mpok! Kenapa para pendatang di kampung ini suka sekali mencampuri urusan orang lain sih, hah?""Lah, kalau gak mau tetangga tau masalah kalian, gak mau dapat komentar dari tetangga, ya jangan ribut di depan rumah dong. Gak tau malu!"Mpok Faridah menggerutu sambil berlalu meninggalkan halaman rumah Nita yang masih memanas. "Tuh kan, Dam, gara-gara tindakan kamu yang berat sebelah ini jadinya para tetangga sudah gak menghargai Bulek lagi!" "Bulek, dengarkan aku!" pinta Adam, "Nita adalah istriku, aku memintanya

    Last Updated : 2022-12-17
  • Status WhatsApp Ipar   Wati, ente kadang-kadang ente!

    "E-- eh, Mas, aku mau cari Farhan dulu," tolak Mbak Wati gugup. "Di-- dia belum makan, kasihan!""Farhan sudah makan kok, Mbak, kan tadi makan di rumahku. Malah hampir saja anak sekecil Farhan diperintah agar mencuri lauk di meja makan Tantenya sendiri," kata Nita jujur. Hadi menoleh menelisik wajah Mbak Wati yang semakin pias. "Kamu suruh Farhan mencuri?""Eng-- enggak lah, Mas, mana mungkin aku begitu!" sentak Mbak Wati, "Kamu kalau bicara jangan ngasal ya, Nit! Jangan jadi duri di rumah tangga kami, jadi jaga bicaramu itu!"Nita mengedikkan bahu. Hampir saja Adam kembali meledak-ledak mendengar hardikan Mbak Wati pada Nita, namun istrinya dengan sigap menggelengkan kepala dan mengurungkan niat marah Adam."Ayo, Mas! Masuk!"Hadi menghembuskan napas kasar dan melangkah mengikuti Adam juga Nita masuk ke dalam rumah sementara lengan Mbak Wati dicekal kuat oleh suaminya agar tidak pergi dengan alasan mencari Farhan."Eh, Bulek mau kemana?"Suara Nita mengagetkan Bulek Murni hingga wan

    Last Updated : 2022-12-18
  • Status WhatsApp Ipar   Si Paling Bisa Mengatur Uang

    "Benar itu, Wat?"Mbak Wati bergeming, menunduk sambil menatap kakinya yang kalah putih dari kaki Nita."Jawab, Wati!" bentak Hadi."Di meja makan masih ada ayamnya, Farhan langsung makan saja ya, sendiri bisa kan?" tanya Nita lembut.Farhan mengangguk girang. "Hore!""Gak usah!" sentak Mbak Wati, "Jangan sok baik di depan Mas Hadi kamu, Nit!" imbuhnya menuai anggukan setuju dari Bulek Murni. "Farhan, balik!" teriak Mbak Wati. "Jangan minta makan disini lagi kalau ujung-ujungnya Mama difitnah di depan Papa kamu!"Hadi mengusap wajahnya frustrasi. Jujur, kebenaran yang baru ia ketahui membuatnya ragu. Pasalnya, setiap pulang bekerja, di meja makan selalu ada lauk meskipun terbilang bukan lauk mahal karena Wati selalu beralasan bahwa Farhan menghabiskan ayam atau ikan yang sudah ia beli tanpa menyisakan sedikit saja untuk Sang Papa. "Ma, Farhan mau ayam," rengek bocah kecil itu memelas. "Farhan bosan makan nasi sama kecap terus, Mama ....""Jadi selama ini kamu kasih makan anak kita c

    Last Updated : 2023-01-04
  • Status WhatsApp Ipar   OTW, Beli Mobil

    "Astaghfirullah, Wati!" Hadi terlihat menahan emosi. Bagaimana tidak, demi menyaingi adik iparnya sendiri Wati tega membiarkan Farhan makan ala kadarnya selama ini. "Kulkas buat apa, hah?""Kamu selalu begitu, Mas," gerutu Wati, "Kalau ada istri yang ingin bebelian, dukung! Bukannya malah nanya emang buat apa? Tuh, Adam saja yang istrinya sok-sokan beli barang-barang mahal nurut-nurut aja," imbuhnya.Hadi menarik napas panjang. Masalah uang sekolah Farhan berbuntut panjang hingga menguak betapa dengkinya Wati selama ini pada Nita."Wat, astaghfirullah ... Mas benar-benar ingin menyerah saja!" "Mas ...." Wati merengek. Hadi mengusap wajahnya kasar yang memperlihatkan raut lelah karena pulang bekerja justru dihadapkan dengan masalah istrinya. "Buka otakmu lebih lebar, Wat. Jangan ukur baju orang lain di badan kita! Adam dan Nita bebas bebelian karena mungkin mereka mampu, sementara kita ... ada masa depan Farhan yang harus kita berdua perjuangkan, Wati!""Ya kan salah Mas sendiri menol

    Last Updated : 2023-01-05
  • Status WhatsApp Ipar   Kesedihan Nita

    "Mas!" seru Wati tidak terima. "Kamu kenapa jadi begini sih, cuma gara-gara omongan Nita sekarang kamu jadi dzolim sama aku?" Hadi melengos. Napasnya semakin memburu mendengar Wati yang masih saja membela diri. Tidak ada penyesalan di wajahnya karena sudah membohongi suami selama ini. Belum lagi Farhan yang ia sengsarakan karena setiap hari hanya diberi nasi hangat dan kecap."Argh, terserah!" bentak Hadi, "Lelah bicara sama kamu, Wat! Jangan harap bulan depan kamu dapat jatah belanja."Hadi berlalu meninggalkan Wati yang menitikkan air mata di ruang tamu. Hatinya terluka karena dia anggap jika suaminya sudah termakan omongan Nita. Apa salahnya berhemat demi memiliki sesuatu yang berharga. Mobil misalnya!"Kamu jahat, Mas!" teriak Wati di sela-sela tangisnya. "Tega kamu menzolimi istri!" Blam ....Hadi menutup pintu kamar tanpa peduli teriakan Wati yang semakin menjadi-jadi. Kep

    Last Updated : 2023-01-06

Latest chapter

  • Status WhatsApp Ipar   Extra Part

    "Mas ...."Nita merintih ketika perutnya dirasa semakin mulas. Keningnya mengkerut. Bibirnya meringis sambil sesekali kedua tangannya meremas seprai dengan cukup kuat."Mas Adam!" teriak Nita. Entah kemana Adam, malam ini Nita tidak mendapati suaminya tidur di ranjangnya. "Mas!" teriaknya lagi.Nita menangis. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat agar rasa sakit sedikit berkurang. "Mas Adam ...."Nita mencoba berdiri. Sejak sore dia memilih tidur karena perutnya terasa tidak nyaman. Berulang kali kandung kemihnya terasa penuh. Bahkan Nita merasa jika intensitas buang air kecilnya semakin sering. Nita terlalu awam. Dia berpikir jika mendekati hari persalinan maka semua hal yang ia rasakan adalah wajar. Malam ini, tepat pukul dua belas malam, dia meraba bagian belakang tubuhnya dan ...."Basah?" gumam Nita sambil sesekali meringis. "Apa iya aku ngompol?" imbuhnya. Nita meremas ujung dasternya. Sakit yang ia rasakan semakin terasa sering. Dia memindai kamar, namun sosok Adam tidak ia temu

  • Status WhatsApp Ipar   Tamat

    Nita terpingkal-pingkal menceritakan kejadian pagi tadi pada Adam. Pun dengan Wati, ipar beradik itu sangat bersemangat membahas betapa kerennya Bulek mengusir Mesaroh beserta kedua orang tuanya jug Hafsah dan suaminya."Masa Bulek bilang begitu?" tanya Adam sambil tersenyum. "Bulek bilang mau mengirim tai-tai Paklik ke rumah Mesaroh, begitu? Serius?"Nita berulang kali mengangguk membenarkan. Tidak lupa pula tawa renyah menghiasi bibirnya yang ranum. "Badas emang Bulek," ucap Adam kemudian. "Baik-baik kalian, Bulek sudah gak punya siapapun selain kita."Tawa Nita berhenti. Dia mengangguk sendu dan berkata. "Tentu, Mas. Sejak awal kita menikah bukankah ini yang aku harapkan? Aku ingin kita semua akur selayaknya keluarga."Adam mengusap pucuk kepala Nita lembut. Harapan yang istrinya miliki ternyata dapat terwujud. Jika dulu hari-hari Nita dipenuhi dengan isak tangis dan rasa kesal karena selalu mendapat perlakuan buruk, lain dengan sekarang ... dia sudah mendapatkan kasih sayang dari

  • Status WhatsApp Ipar   Menjelang Tamat

    "Wanita serakah! Kembalikan hak anakku! Licik, culas!" teriak Mesaroh.Berta dan Seila saling sikut. Tiba-tiba dua wanita itu tertawa lebar dan Berta berteriak. "Lagi ngaca ya, Mbak? Kok pas banget ucapan sama kelakuan. Pasti ada kaca transparan ya?"Mesaroh menoleh. Lagi-lagi dia mencak-mencak dan kembali masuk ke dalam rumah Bulek membawa sisa-sisa dongkol akibat sikap Hafsah. "Jadi bagaimana ini, Bu Murni?" tanya Mesaroh gusar. "Seharusnya anakku dapat bagian ....""Kalau begitu kita urus saja masalah ini ke ranah hukum. Bagaimana?"Bu Murni dan suaminya saling pandang. "hu-- hukum? Untuk apa?""Ya, kalau Mesaroh masih belum yakin kalau semua yang aku miliki ini murni milikku, kita bisa usut ini ke ....""Eng-- enggak perlu," sela Bu Minah. "Kami ... percaya kalau tidak ada harta yang Kusni miliki di rumah ini. Kalau begitu ... kami permisi!"Bu Murni dan suaminya menarik tangan Mesaroh cukup kuat. Putrinya itu meronta-ronta dan menolak pergi karena calon bayinya belum mendapatkan

  • Status WhatsApp Ipar   Hafsah dan Mesaroh

    "Permisi," kata Mesaroh ketus. "Aku boleh masuk ke rumah suamiku kan?"Mesaroh bersedekap dada sementara Emak dan Bapaknya berdiri di belakang dengan wajah yang tak kalah ketus."Suamimu?" Ulang Hafsah bingung. "Ini rumah Mbak Murni sama Mas Kusni, kamu salah alamat?""Dia memang istri Masmu," sahut Bulek. Hafsah terkejut. Dia menganga melihat wanita yang berusia lebih muda darinya rela menjadi istri Paklik. "Dia juga sedang hamil keponakan kamu, Haf.""Apa?!" pekik Hafsah. "Ha-- hamil?"Bulek mengangguk. Dia mempersilahkan Mesaroh dan kedua orang tuanya untuk masuk dan duduk bersama dengan Hafsah dan suaminya."Kalau boleh tau, untuk apa datang ke rumahku, sudah tau kan kalau suamimu itu ada penjara?" tanya Bulek sarkas. "Oh ya, ingat baik-baik, Mesaroh, ini rumahku bukan rumah suamimu. Paham?"Mesaroh melengos namun tidak dengan Bu Minah. Wanita yang usianya sepadan dengan Bulek itu menatap sengit ke arah Nita dan Wati bergantian. "Astaga ... sejak kapan Mas Kusni punya istri, Mbak

  • Status WhatsApp Ipar   Kedatangan Keluarga Paklik

    Dua hari setelah Bulek dirawat di Rumah Sakit, hari ini keadaannya sudah semakin membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter yang bertugas. Nita dan Wati membantu mengemas barang-barang sementara Adam menyelesaikan biaya administrasi dan Hadi membantu Bulek berjalan menuju parkiran mobil. "Bulek bisa jalan sendiri," kata Bulek pada Hadi. "Bulek sudah sembuh, Hadi.""Jangan banyak bicara, Bulek!" hardik Hadi dingin. "Kalau ada keponakan mau bermanja-manja begini, Bulek diam saja!"Bulek tersenyum tipis. Hadi memang berbeda dengan Adam. Suami Wati ini sedikit kesulitan beramah tamah. Namun hatinya sangat baik dan semua orang paham karakter Hadi."Maafkan Bulek ya ....""Sekali lagi Bulek minta maaf, aku yakin pasti dapat hadiah piring," cibir Hadi. Bulek terkekeh. Hatinya menghangat mendapat perlakuan istimewa dari keponakannya yang selama ini terkesan menjaga jarak."Bulek buruk sekali dulu ....""Ya, memang," sahut Hadi gamblang. "Kalau sampai setelah ini Bulek belum juga berubah m

  • Status WhatsApp Ipar   Ngerjain Mesaroh

    "Boleh ya, Mas Adam, aku harus menuntut hak buat calon bayiku."Adam hendak bangkit, namun Hadi mencekal pergelangan tangan adiknya dan menggeleng samar. "Duduk!"Dengan terpaksa suami Nita itu kembali duduk setelah menyentak napas kasar. "Ngelunjak!" desis Adam geram.Hadi bangkit. Dia berjalan dan mendekati Mesaroh yang terlihat sudah bersiap dengan tas selempang di pundaknya. "Ayo, Mas! Aku ini Bulek muda kalian, tolong lah kerja samanya!""Kita balik sekarang ya, Wat?" tanya Hadi pada istrinya. Wati mengangguk, Bu Asih dan Pak Panijo memahami keadaan anak menantunya. Senyum lega terbit di bibir Mesaroh, dia merapikan rambut dan bajunya saat Adam dan Hadi berjalan mendekati mobil mereka. Wati mendapat giliran terakhir mencium punggung tangan Emak dan Bapak sambil sejenak memeluk pasangan tua yang sudah membesarkannya selama ini. "Kalau Farhan sudah libur, kami kesini lagi, Mak.""Jangan pikirkan Emak dan Bapak, urus suami dan anakmu dengan baik. Hati-hati di jalan."Wati menganggu

  • Status WhatsApp Ipar   Keanehan

    "Janggal ya, dua tahun Mesaroh hilang tapi baru dicari beberapa hari belakangan kan? Mana langsung ketemu pula, kan aneh?" kata tetangga Mey. "Apalagi sampai bisa renovasi rumah, padahal suami Bu Minah gak kerja. Dapat uang darimana coba?""Iya, baru dicari sudah langsung ketemu, kenapa gak dicari dari dulu saja?" celetuk yang lain. "Janggal ya, aneh!"Kasak-kusuk tetangga santer terdengar. Mesaroh kesal, dia menghentak-hentakkan kaki dan melangkah masuk ke dalam kamar dengan perasaan dongkol."Tau apa kalian, jangan menuduh sembarangan! Sana pergi!" hardik Bu Minah. "Tetangga gak punya akhlak!"Para tetangga membubarkan diri sementara di rumah Bu Minah, wanita paruh baya itu marah-marah karena rencananya gagal total."Kamu seharusnya bisa gerak cepat, Saroh! Kalau sudah begini, sia-sia dua tahun kamu berpura-pura gila!" Bu Minah marah-marah dengan suara tertahan. Khawatir para tetangganya mendengar apa yang mereka ributkan. "Harusnya rumah Kusni bisa jadi milik kamu! Bodoh!"Mesaroh

  • Status WhatsApp Ipar   Rahasia Mesaroh

    "Kenapa, Mak?" Mesaroh datang dan menatap satu per satu orang yang ada di ruang tamu rumahnya. "Mas Kusni mau menikah ulang hari ini, Mak?" tanya Mesaroh sambil tersenyum malu. "Mana dia, kenapa gak manggil aku?"Bu Minah menunduk dalam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini karena bagaimanapun kehamilan Mesaroh tanpa suami tentu menjadi aib untuknya."Nak, kasihan Mesaroh ... setidaknya beri sedikit harta gono-gini untuk calon bayinya," ucap Bu Minah memelas. Sangat berbeda dengan sikapnya beberapa menit yang lalu. Sungguh, Ibu Mesaroh ini adalah wanita yang pandai mengubah air muka dengan cepat. "Anu ... itu ... kalian ini kan keponakan istrinya Pak Kusni, setidaknya berikan sedikit bagian untuk Maesaroh. Anak yang dia kandung ini sepupu kalian loh."Hadi terkekeh sinis sementara Adam melengos mendengar suara Bu Minah yang mendadak berubah lembut. "Bu ... astaghfirullah," gumam Hadi sambil geleng-geleng. "Kami ini keponakan Bu Murni istri Pak Kusni. Jadi, semua yang berurusan d

  • Status WhatsApp Ipar   Mati Kutu

    Wati geleng-geleng. Bu Minah yang dia lihat sekarang seperti bukan Bu Minah yang datang ke rumah Bulek tempo hari. Sangat berbeda. "Bagaimanapun pernikahan anakku sama Paklik kalian itu gak sah! Dan besok aku mau Mesaroh dinikahi secara resmi, maharnya sertifikat rumah karena setelah menikah Mesaroh akan tinggal bersama suaminya." Bu Minah berbicara panjang lebar. "Harusnya begini sejak kemarin-kemarin, kenapa kalian sebagai keponakan ini gak peka sama sekali? Paklik kalian seharusnya diarahkan buat menikahi anakku secara resmi, bukan malah dilarang apalagi sampai diancam segala. Hei, sadar diri kalian ini, itu rumah punya Paklik kalian, kenapa kalian berdua justru marah-marah kalau Mesaroh minta mahar yang fantastis?!" Adam dan Hadi berusaha menahan emosinya. Kedua adik beradik itu saling pandang sambil menghela napas panjang. Bibir Wati hendak terbuka, namun Hadi menggenggam jemari istrinya memberikan isyarat agar diam.Wati menelan ludahnya kasar. Hampir saja mulutnya yang tajam

DMCA.com Protection Status