Semua Bab Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni: Bab 31 - Bab 40

57 Bab

31. Salah Emot

Araska berulang kali membalikkan badan ke kiri dan kanan di atas kasur empuknya. Lelaki itu susah terpejam malam ini. Berkali-kali ia mencoba memejamkan mata, tapi bayangan gadis itu selalu memenuhi ruang pikirannya. Ada kekaguman yang semakin bertambah ketika Araska melihat Andri yang sekarang.“Kenapa kamu melakukan semua ini?” tanya Araska saat keduanya dalam perjalanan pulang. Bisingnya kendaraan tak membuat suasana mereka terlihat ramai, tetap senyap sebelum pertanyaan itu meluncur dari mulut Araska.Usai makan malam dan menemani anak-anak tidur, Araska dan Andri pamit pada dua pengasuh panti asuhan.“Aku hanya ingin memperlakukan mereka layaknya aku ingin diperlakukan dulu.” Mata Andri menatap lurus ke depan. Ada kesedihan yang coba ia samarkan setiap kali mengenang kondisinya dulu.“Aku cuma mau seragam mereka tetap terjaga. Aku cuma ingin mereka ke sekolah bukan dengan perut kosong.” Andri menatap Araska dalam. “Aku cuma ingin mereka tak terlihat tersisihkan, seperti gadis de
Baca selengkapnya

32. Reuni

“Wah, Andri Kusuma, kan?” Chrisa berkata setelah berpikir keras mengingat wajah gadis yang seumuran dengannya. Mulutnya setengah terbuka, tak percaya bahwa hari ini ia bertemu dengan salah satu idolanya.Araska memasuki ruangan cafe yang telah dijanjikan untuk tempat reuni. Di sana telah bergabung beberapa temannya. Cafe tempatnya dulu sering nongkrong jika akhir pekan atau ada ajakan dari teman-teman. Mereka menggabungkan beberapa meja agar semua yang hadir bisa bergabung dalam satu kelompok. Tak semua teman-teman bisa hadir, karena sebagiannya ada kesibukan masing-masing. Sebagiannya masih di luar daerah, atau tak bisa libur dari pekerjaannya.Andri memutuskan untuk ikut reunian bersama teman-teman SMP. Gadis cantik itu berpikir bahwa apa yang dikatakan Araska ada benarnya juga. Ia harus menunjukkan dirinya yang sekarang agar setidaknya mata mereka terbuka, bahwa tak selamanya yang berada di bawah akan selalu di bawah.“Aku bawa seseorang untuk kalian.” Araska berkata saat memasuki
Baca selengkapnya

33. Uta Sofia

Setelah kabar kematian Silvi bunuh diri, ada satu nama yang tersorot sebagai pelaku yang sering menorehkan luka batin pada gadis itu.Uta Sofia. Nama itu mulai diperbincangkan. Jika dulu semua anak-anak di sekolah mengaguminya karena cantik, pintar, dan berasal dari keluarga yang kaya, kini pandangan mereka mulai berubah. Seperti artis yang tersorot masalah. Ketenarannya mulai redup, berganti dengan kebencian yang terabaikan dari lingkungan sekolah. Siska, Chrisa, dan teman satu geng juga ikut menjauh dengan alasan dilarang orangtuanya untuk berteman dengan Uta. Para orangtua terlalu takut jika anak-anaknya terpengaruh oleh sikap negatif dari gadis itu, atau mereka takut jika anaknya akan menjadi korban bullying selanjutnya.Hanya satu nama yang bertahan di sisi Uta. Rangga selalu ada di samping gadis itu jika ada teman-teman yang balik menyerang karena kelakuan buruknya, atau jika Uta sedang dibisiki saat ia berjalan atau di perpustakaan.Uta yang dulu terkenal sinis dan pemberani,
Baca selengkapnya

34. Secercah Cahaya

Naya mengetuk pintu kamar Andri. Ia baru saja pulang dari kantor, dan tak melihat anak gadisnya yang biasanya akan turun jika ia pulang. Setelah kembali dari Samarinda tadi siang, Andri memang belum keluar kamar kata Mbok Nah, tapi perempuan paruh baya itu memaklumi, mungkin saja Andri kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh.Namun, firasat Naya tak enak. Ia merasa seperti ada sesuatu yang mengganggu pikiran putrinya. Naya sudah menghapal kebiasaan gadis itu.“Sayang, buka pintunya!” Naya berkali-kali mengetuk pintu sambil membujuk gadis itu untuk keluar, dan makan malam. Setelah sekian lama, Naya merasa gadis itu telah sembuh atau setidaknya merasa lebih baik atas luka-lukanya. Ternyata setiap luka bisa kembali menganga kapan saja.Pertama kali, setelah sekian lama, Andri kembali murung dan mengurung diri di kamar.“Mama tunggu di meja makan ya!” Naya berlalu dari depan pintu kamar mewah itu. Berharap anak gadisnya segera turun, dan menceritakan apa yang membebani pikirannya.Di d
Baca selengkapnya

35. Fakta yang Melukai

Bab 35.“Kamu siapa? Kembali wanita tua itu bertanya. Tubuh tambunnya sedikit linglung karena tak siap dengan pelukan gadis yang tak ia kenali.Sementara Andri makin mempererat pelukannya. Berharap pelukan itu masih sama menenangkan seperti beberapa tahun lalu.Wanita tua itu melepas pelukan Andri dari tubuhnya. Kemampuan matanya telah sedikit mengabur sejak setahun lalu, seiring dengan usia yang semakin menua. Dari jarak dekat, wanita itu dapat melihat wajah cantik seorang gadis di depannya. Ia tak pernah mengenali sebelumnya, karena sejak penghuni rumah itu tak ada lagi, tak ada yang mengunjungi gubuk milik Hera.“Andri, Bu.” Andri menjawab kebingungan wanita tua di depannya. Wanita yang beberapa tahun lalu pernah menemaninya hingga larut malam.Bu Arum tampak lebih tua dari terakhir kali Andri melihat. Wajahnya dipenuhi keriput, juga tangan yang kulitnya sudah berkerut. Namun, Andri berharap ingatan Bu Arum masih kuat, setidaknya untuk mengingat seorang gadis putus asa yang menang
Baca selengkapnya

36. Luka Seorang Ibu

Bab 36.Matahari terlihat sangat terik di atas sana. Lalu lalang orang-orang yang pergi ke pasar dan melakukan aktivitas harian seperti biasa.Hera berjalan menyusuri gang bersama seorang lelaki. Ia bingung dengan tatapan orang-orang sekitar yang melihatnya dengan tatapan tajam. Perempuan yang masih tergolong muda itu tersenyum, tanda menyapa beberapa orang yang lewat atau ibu-ibu yang duduk di depan rumahnya. Sayangnya, senyum itu malah dibalas dengan tatapan sinis. Hera tak mengerti, begitu pun lelaki yang berjalan di sisinya. Keduanya terus berjalan tak lagi peduli pada tatapan orang-orang.Tiba di rumah, Hera mengeluarkan kunci dari dalam tasnya, dan membuka pintu. Ia meletakkan tas dan membereskan beberapa barang yang dibawa lelaki bersamanya. Lelaki yang entah sudah berapa lama telah meninggalkannya, dan kini kembali ke pelukannya juga anak gadisnya yang selalu bertanya tentang seorang ayah. Hermawan kembali.Hera melihat tak ada seragam Silvi di kamar, itu artinya anak itu pe
Baca selengkapnya

37. Kisah Hermawan

Siang itu Hera sedang mencuci pakaian salah satu majikannya, ia meninggalkan aktivitasnya saat terdengar ponsel miliknya berdering. Panggilan dari nomor yang tidak terdaftar di kontak Hera. Awalnya ia ragu untuk menjawab panggilan itu, hingga dering kedua kali membuat Hera yakin bahwa panggilan itu mungkin saja penting.Panggilan tersambung. “Halo, siapa ini?” Hera bertanya.Terdengar suara seorang lelaki di seberang sana, memanggil namanya dengan suara sengau seperti baru saja menangis.Tak perlu waktu lama untuk mengenali suara itu, karena Hera begitu menghapal setiap nada suara, cara bicara, bahkan ia bisa menghapal bentuk bayang lelaki itu. Ia terlalu mencintainya hingga bisa sedetail itu dalam mengenali. Suara Hermawan yang ia rindukan setengah mati.“Mas ...,” lirih Hera. Ia tak menyangka akan menerima telepon dari suaminya, setelah belasan tahun mencoba melupakan lelaki itu. Belasan tahun mencoba percaya bahwa Hermawan memang benar-benar telah mengkhianatinya. Mencoba percaya
Baca selengkapnya

38. Mencari Ibu

Bab 38.Araska menyambar sebuah jaket yang ia gantung di dalam lemari, langkahnya tergesa sambil mengambil kunci motor yang terletak di nakas. Lelaki itu menuruni tangga dengan cepat, hingga membuat Sarah yang sedang menonton televisi menatapnya heran, lalu mengejar langkahnya saat sudah sampai di pintu utama.“Ke mana malam-malam?” tanya Sarah saat dilihatnya Araska telah bersiap di atas motor besar miliknya.“Bentar doang, Te.” Araska menghidupkan mesin motor, meninggalkan Sarah yang masih belum puas dengan jawaban keponakannya. Dalam hati, perempuan itu hanya berdoa semoga tidak sedang terjadi hal-hal buruk di luar sana.Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, Araska sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya. Ia menyelesaikan beberapa tugas awal kuliah memasuki semester baru. Fokusnya terbagi, ketika ponselnya menyala dengan nama Tante Naya yang terlihat jelas di layar.Naya baru saja pulang dari kantor, ketika ia tak mendapati Andri di kamar atau di sudut mana saja di rumah itu
Baca selengkapnya

39. Mencari Ibu

Bab 39.Andri memasukkan mobil ke garasi setelah satpam membukakan gerbang untuknya. Gadis itu tersenyum ramah, sebagai ucapan terima kasih pada orang yang telah bekerja di rumahnya. Terkadang ada hal yang berubah ketika seseorang punya nama, kehormatan, dan uang. Sebagian dari mereka akan memperlakukan bawahannya secara rendah dan semena-mena. Namun, tidak dengan Andri. Gadis itu tahu persis bagaimana rasanya saat diperlakukan tak manusiawi oleh orang lain. Yang ingin ia lakukan hanyalah memanusiakan manusia lainnya, tanpa memandang siapa orangnya. Karena gadis itu juga terlalu benci mereka yang terlalu mendewakan manusia karena uangnya, karena wajahnya. Ia benci. Andri hanya memperlakukan orang lain, layaknya ia ingin diperlakukan dulu.Gadis itu membuka pintu, lalu melangkah masuk ke dalam. Ia di sambut Mbok Nah yang mengatakan bahwa makan siang sudah disiapkan di atas meja.Andri mengangguk ramah. Ia melangkah ke kamar, ingin membersihkan diri terlebih dahulu.*Minggu. Andri
Baca selengkapnya

40. Kenangan yang Mempersatukan

Bab 40.Andri merasa sangat lelah dengan hidupnya. Berbagai usaha dilakukan untuk menemukan sang ibu, tapi nihil, tak ada hasilnya. Naya juga tak mendapat informasi apa pun mengenai ibu dari anak gadisnya.Kadang terbersit dalam hati Naya, semoga Andri tak menemukan ibunya selamanya. Karena ia akan merasa disisihkan jika Andri kembali bersama ibunya. Naya akan kesepian, dan hidup sendirian di masa tua. Namun, Naya sadar bahwa itu terlalu egois untuk dilakukan pada Andri. Ia memaksa pikiran buruk itu untuk hilang. Karena ia akan melakukan yang terbaik untuk orang yang ia sayangi.“Kau akan tinggal bersama ibumu jika berhasil menemukannya?” tanya Naya suatu hari ketika ia dan Andri sedang menonton televisi.Andri menghadapkan wajahnya pada Naya. Menatap mata hitam yang mulai berkaca-kaca itu dengan tatapan dalam. Tatapan yang tulus dari seseorang yang membesarkannya dengan penuh cinta.“Ibu adalah orang yang melahirkankanku. Mama adalah orang yang membesarkanku. Kalian dua orang yang b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status