Home / Romansa / Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni: Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

41. Bertemu Ayah

Bab 41.Andri berjalan dari panggung ke atas karpet merah yang digelar memanjang, di sisi kiri dan kanan terdapat banyak sekali kursi penonton. Kursi yang diduduki oleh penggiat fashion, pebisnis, desainer, dan salah satu kursi ditempati oleh ibunya.“Bu, orang lain selalu datang saat launching bajunya. Kenapa ibu enggak?” tanya Andri sesaat setelah tangis mereka mereda, ketika keduanya sedang menumpahkan rasa.“Ibu nggak sanggup. Karena, setiap melihat mereka memakai gaun yang cantik, ibu selalu teringat ketidakmampuan ibu dulu membelikan pakaian yang bagus untukmu. Meskipun sekarang ibu yang jahit sendiri, ibu yang desain sendiri, ibu tetap merasa iri saat melihat mereka memakainya.”Andri diam. Ia tak bisa berkata, atau bahkan bertanya lebih banyak Karena ada kesedihan yang kembali menjelma menjadi kaca-kaca di matanya.Andri memamerkan senyum terindahnya, sesekali melihat sosok perempuan di kursi paling depan, kursi yang dikhususkan untuk para desainer yang mendesain gaun yang se
Read more

42. Dua Ibu

Sulit bagi Andri menerima kenyataan bahwa ayahnya telah tiada, bahkan tak sempat menerima pelukan pertamanya. Namun, ia yakin bahwa Sang Maha Pencipta lebih menyayanginya. Karena menemukan ibu, cukup mengobati luka yang bertimbunan dalam hatinya.“Bu, aku ingin memelukmu lebih lama.” Andri kembali memeluk tubuh sang ibu. Memangkas jarak yang selama ini membuat rindu tak bertepi.“Bahkan setelah meninggalkanmu, ibu merasa tak berhak memaksamu untuk tinggal bersama.” Hera menatap putrinya, sembari tangan itu mengelus lembut rambut panjang Andri.Hari itu, dia perempuan beda usia yang kembali dipertemukan takdir, menghabiskan waktu hingga malam. Seolah sedang mengembalikan waktu-waktu yang hilang, yang menghalangi kedekatan mereka.Hera membawa Andri ke rumah, tak peduli pada tubuh yang begitu lelah, gadis itu tetap mengikuti sang ibu. Karena lelahnya seolah hilang saat melihat ibunya dalam keadaan baik-baik saja.“Kasihan mama kamu.” Hera kembali berkomentar ketika Andri menceritakan ki
Read more

43. Milly

Tubuh Naya terpaku di tempatnya berdiri. Dingin seolah menusuk-nusuk tulangnya. Tubuh itu bergetar hebat, antara bahagia juga luka terlihat jelas di wajahnya.Sementara seorang gadis di depan Naya, berdiri mematung membiarkan kaca-kaca di matanya menetes hingga pipi itu basah.Gadis itu, Milly. Anak yang setengah mati dirindukan Naya.Dua pasang mata itu saling tatap, menyelami setiap luka dan rindu yang terpangkas belasan tahun. Bahkan masih teringat dalam ingatan gadis itu, saat hari terakhir ia bertemu ibunya. Tak ada pelukan yang dibiarkan menjadi kenangan yang menghangatkan tidurnya. Tak ada kecupan yang membuat ia merasa tak dipaksa meninggalkan atau ditinggalkan. Belasan tahun lalu, tangan itu ditarik paksa oleh sang ayah, saat dua bocah yang tengah menangis berusaha mencapai tubuh ibunya. Mereka menyerah, karena saat itu masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang diperdebatkan orang dewasa.Terkadang, ada hal yang begitu menyakitkan yang harus dialami anak korban broken home
Read more

44. Mata-mata

Hari itu, Milly dan Ejaz menangis sepanjang malam. Menangisi kepergian perempuan yang telah melahirkan mereka, yang mungkin tak pernah bisa dilihatnya lagi. Dua anak yang tak tahu kesalahan apa yang dilakukan ibunya, yang hanya bisa diam dan menurut ketika sang ayah mengatakan untuk masuk kamar dan jangan ikut campur.Impian semua anak yang ingin keluarganya tetap utuh. Bisa memeluk ibu, bisa memeluk ayah, atau bisa memeluk keduanya sekaligus, kapan saja yang mereka inginkan. Impian setiap anak yang selalu ingin dimanjakan orangtuanya.Memanjakan setiap sebelum tidur, seperti yang dilakukan Naya pada Milly. Naya selalu mendongeng sebelum tidur. Namun, sejak Naya pergi, tak ada lagi orang yang melakukan itu untuknya. Hadi mencoba menggantikan peran Naya, tapi dongeng itu tak terlalu indah terdengar di telinga Milly. Bukan karena ceritanya berbeda, tapi karena suasana yang telah berbeda.Sejak kejadian itu, Hadi memilih undur diri dari pekerjaannya di perusahaan Aryan. Gosip miring yang
Read more

45. Kembali Pulang

Andri dan Hera tiba di ujung gang setelah menempuh perjalanan panjang. Untuk pertama kali setelah sekian lama, mereka berjalan beriringan di kampung halaman. Masih teringat dalam ingatan Hera, saat ia pulang dari Jakarta menjemput Hermawan beberapa tahun lalu, tatapan orang-orang terlalu menghunjam ke arahnya. Saat itu ia tak mengerti kenapa, tapi saat ia tahu alasannya, ia merasa tatapan itu terlalu kecil untuk mendeskripsikan kesalahannya yang fatal.“Ya, Radit, ada apa?” tanya Andri begitu telepon tersambung.“Ibu sakit, Kak.” Seorang lelaki yang sudah dianggap layaknya adik sendiri oleh Andri, menjawab di seberang sana.“Dari kemarin nyebut-nyebut nama kakak terus. Kangen katanya.” Radit melanjutkan.Hati Andri bergejolak mendengar penuturan Radit, rasanya gadis itu ingin segera terbang dan menemui wanita tua itu. Andri menyarankan agar dibawa ke rumah sakit saja, tapi Bu Arum malah menolak, tidak sakit katanya. Padahal Radit sering mendengar wanita itu melenguh sembari memegang b
Read more

46. Kekuatan Maaf

Andri baru saja memejamkan matanya saat terdengar ponselnya berdering. Gadis itu ingin beristirahat dalam mobil yang ia tumpangi bersama ibu untuk menuju ke Bandara APT Pranoto untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan akan menyita waktu yang lama, sebab itu ia dan ibunya memilih tidur.Andri mengambil benda itu dari dalam tas, terlihat sebuah nomor pemanggil yang tak Andri simpan dalam kontak. Karena mendengar suara ponsel, Hera juga ikut terbangun seraya memperlihatkan raut wajah bertanya 'siapa?’ pada anak gadisnya.Nomor yang Andri tahu siapa pemiliknya, karena ada foto profil yang terpampang jelas di sana. Namun, gadis itu memang terlalu malas untuk menyimpan nomor itu. Biarlah mereka bersatu dalam sebuah grup WhatsApp, tanpa saling menyimpan kontak.Rangga. Andri sedikit terkejut karena tak biasanya Rangga menghubunginya. Gadis itu segera menggeser tombol hijau di ponsel, agar segera terbubung dengan Rangga.“Ndri, kamu di Samarinda kan?” Rangga langsung bertanya, karena kemarin ia
Read more

47. Pendar Mata yang Lemah

Uta sedang istirahat setelah mendapat pemeriksaan dari dokter. Lelaki paruh baya yang mengenakan pakaian putih itu mengatakan bahwa gadis itu baik-baik saja. Jika mungkin sedikit terlambat mendapat pertolongan, maka racun itu akan menyebar ke seluruh tubuhnya.Kesepian dan luka membuat hidup Uta tak tentu arah. Pulang dan pergi ia selalu melihat kehancuran dan keegoisan dari orang-orang di rumahnya. Gadis itu terlalu patah pada sosok yang dianggap paling mencintai, paling mengerti. Sang papa, yang sebagian darahnya mengalir dalam diri Uta. Namun, gadis itu tak lagi melihat cinta yang sama seiring waktu berjalan.Sejak mamanya meninggal, Uta merasa hidup sendirian. Ingin segera keluar dari rumah yang serupa neraka itu, tapi ia tak punya tempat lain untuk pulang. Pun saat ini masih sedang menyelesaikan semester akhir kuliah, ia tak punya biaya untuk membiayai kuliahnya.Hal yang menyakitkan ketika memberi kepercayaan pada orang yang telah menghancurkannya berkali-kali. Uta kembali ingi
Read more

48. Kembali Terkoyak

Andri baru saja turun dari mobil yang menjemputnya di bandara. Gadis itu terlihat buru-buru mendekati beberapa orang yang berdiri di teras rumah. Plak!Andri berhenti sejenak, ia membekap mulutnya saat melihat Naya menampar seorang lelaki di depannya. Sementara Milly di sampingnya tampak tegang, tapi tetap berusaha menenangkan perempuan itu.Andri mendekat, lalu terlihat jelas olehnya wajah yang selama ini selalu ditemuinya. Ia memang sengaja mencari dan masuk ke kehidupannya untuk mencari sebuah keadilan.Andri menyimpulkan bahwa beberapa menit lalu telah terjadi kekacauan di sini. Sementara satpam, tukang kebun dan saisten rumah tangga hanya diam di tempat masing-masing, tak berani mencampuri urusan yang terkesan pribadi. Mereka hanya mengamati, tapi siap siaga jika sesuatu yang buruk terjadi pada majikannya.Aryan menemui Naya setelah sekian lama. Andri merasa langkahnya sedikit lebih dekat dengan kemenangan. Kemenangan hati Naya untuk mendapatkan kata maaf, seperti yang beberapa
Read more

49. Kembali

“Jaz, kita jemput Milly ya.” Pagi. Hadi dan Ejaz sedang menyantap sarapan. Lelaki itu menatap papanya, sedikit ragu untuk mengiyakan. Pun, semalam ia bertanya pada adiknya tentang keadaannya di sana. Milly tampak baik-baik saja di sana, membuat Ejaz merasa kasihan jika harus dipaksa pulang.Sejak Milly di rumah mama, Ejaz sering datang menemui. Ia rindu cerewetnya sang adik, juga merindukan mama yang telah lama tak tinggal di sisinya.Dengan berat hati, akhirnya Ejaz mengiyakan ajakan papanya. Meskipun tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi saat papa kembali bertemu dengan mama. *Hadi turun dari mobil bersama Ejaz setelah lelaki itu mematikan mesin mobilnya. Terlihat oleh mereka sebuah mobil berwarna silver diparkir di depannya. Hadi melangkah masuk ke halaman rumah yang lumayan luas itu. Berdiri di sana seorang satpam dan bebarapa asisiten rumah tangga, mereka tersenyum pada Hadi, tapi wajahnya terlihat tegang.Langkah itu berhenti sejenak. Hadi dan Ejaz berdiri tak jauh dari
Read more

50. Aryan

“Finally, kita bertemu di sini, Tuan Aryan!” ucap Andri menyinggung ketenangan lelaki itu. Andri meletakkan satu dokumen yang harus ditandatangani founder perusahaan itu.Berkas dari atasan magang yang meminta pertolongannya untuk diantar ke ruang Aryan.Aryan sedang memeriksa beberapa berkas di mejanya, saat Andri masuk dan mengucapkan kalimat yang membuatnya mendongak. Lelaki itu melihat wajah yang terlalu lancang untuk masuk ke ruangannya. “Kau siapa?” Aryan bertanya. Lelaki itu tahu bahwa gadis di depannya merupakan salah satu karyawan baru, ia bisa melihat tanda pengenal yang tergantung di lehernya. Namun, kalimat tak sopan yang keluar dari mulut gadis itu barusan menyiratkan seolah mereka punya urusan sebelumnya.Seingat Aryan, ia masih punya sekretaris di ruang sebelum ruangannya. Ia bingung kenapa gadis itu lolos masuk tanpa pemberitahuan dari sang sekretaris. Ah, Aryan baru melihat gadis baru saja meletakkan sebuah map. Siapa saja bisa masuk untuk alasan tanda tangan.Aryan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status