Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 161 - Chapter 170

207 Chapters

Bab 161 Adinda Hilang

(POV SARAH)Satu hari satu malam aku berada di ruangan rahasia ini bersama Adinda dan Mbak Wati, sementara Faiz membawa satpam Kevin yang tertembak ke rumah sakit. Awalnya aku khawatir pada Faiz karena takut anak buah Fransisca masih ada di sekitar rumah ini."Kamu jangan khawatir, aku pasti bisa jaga diri. Lagi pula kasihan satpam itu karena tadi ia tertembak, ya semoga saja dia masih hidup," ucap Faiz."Ya sudah mana nomor ponselmu, berikan padaku! Aku akan merasa sangat bersalah jika nanti kamu sampai kenapa-kenapa, nanti jangan lupa kabari aku ya kalau kamu sudah sampai di rumah sakit.""Baiklah."Faiz pun memberikan nomor ponselnya kepadaku."Kalian jangan kemana-mana ya, kalian harus tetap bersembunyi di ruangan ini! Aku takut anak buah Fransisca kembali dan menemukan kalian di rumah ini," ucap Faiz sebelum pergi.Satu jam kemudian lelaki itu memberi kabar."Halo, Sarah.""Iya halo, bagaimana keadaan Pak Satpam, Iz?" tanyaku."Dia tertembak di bagian bahu kanannya dan sekarang d
Read more

Bab 162 Menggagalkan Rencana Fransisca

"Sarah, cepat telepon Dimas atau Kevin! Mbak yakin bubur itu pasti ada obat biusnya," titah Mbak Wati."I-iya Mbak."Tanganku bergetar saat mencari kontak Kak Dimas, bahkan hampir saja ponselku terjatuh ke lantai."Halo, ada apa Rah?" tanya Kak Dimas begitu tersambung."Kak gawat, Fransisca berhasil mengambil kembali bayiku, bagaimana ini?" tanyaku sambil menangis."Loh, kok bisa? Bukannya Kevin bilang kalian bersembunyi di ruang rahasia milik Almarhum Om Wisnu?" "Ceritanya panjang, Kak. Tolong bantu aku untuk mencari Adinda ya Kak, aku bingung harus mencarinya kemana sekarang," pintaku."Adinda?"Ya Tuhan, saking paniknya aku sampai lupa memberitahukan nama putriku pada Kak Dimas."Iya bayiku, namanya Adinda Naysila, Kak.""Oh begitu. Ya sudah Kakak bakal bantu cari, udah dulu ya Kakak masih repot ini di rumah sakit." Telepon pun dimatikan oleh Kak Dimas, aku lupa jika Mbak Linda masih dirawat di rumah sakit. Kasihan sekali Kak Dimas ia pasti kerepotan sekarang, mengurus banyak sek
Read more

Bab 163 Menggagalkan Rencana Fransisca

Entah mengapa, setiap lorong yang kulalui terasa amat jauh."Hei! Jalan tuh lihat-lihat dong, jangan main seruduk aja!""Iya, kalau jalan tuh jangan meleng!"Aku tidak menghiraukan mereka yang meneriakiku karena tubuhnya tersenggol, hingga akhirnya tiba di ruangan dokter.Di depan mataku terlihat jelas ini ruangan dokter bedah kardiotoraks, tanpa melihat banyaknya orang aku langsung masuk ke dalam ruangan itu.Ya, di depan sana ada Fransisca dan seorang dokter yang sedang berbincang, perhatian mereka teralihkan karena aku membuka pintu ruangan ini tanpa permisi.Fransisca tampak terkejut saat melihat aku masuk ke dalam, sementara dokter itu memerintahkan aku untuk menunggu diluar namun aku sama sekali tidak menghiraukannya."Dokter, anda harus tahu Baby Angel yang akan mendonorkan jantungnya untuk Baby Alice itu putriku!" teriakku sambil menangis."Bayi yang digendong perempuan itu adalah putriku, dia sudah menculiknya dariku! Dia sudah melakukan banyak tindak kejahatan dan pasti dia
Read more

Bab 164 Kado untuk Adinda

Sudah satu Minggu aku tinggal di rumah Mama, dan selama itu pula aku berdiam di dalam rumah tidak keluar sama sekali, untuk keperluanku dan Adinda pun dibelikan oleh Kak Dimas.Begitu pula dengan Kak Dimas, ia kerap keluar masuk diam-diam di rumah Mama ini karena takut dibuntuti oleh anak buah Fransisca.Dalam satu Minggu ini aku tidak mendengar bagaimana kabar Fransisca dan bayinya yang sedang sakit itu. Biarlah, lagi pula aku juga tidak mau tahu soal mereka lagi."Sarah, besok hasil tes DNA kamu dan Adinda akan keluar. Setelah ini kamu bisa leluasa ke luar rumah, karena jika nanti Fransisca macam-macam kamu bisa menuntutnya," ujar Kak Dimas saat ia keluar dari dalam kamar.Pagi ini ia akan pergi menjemput Mbak Linda pulang ke rumah karena belum ada hasil untuk kesehatannya."Iya Kak, hati-hati di jalan ya.""Sarah, Mbak juga mau berangkat ke butik, kamu di rumah saja ya. Kemungkinan Mbak nanti pulang malam karena ada urusan setelah pulang dari butik," ujar Mbak Wati.Aku hanya menga
Read more

Bab 165 Pesan Nadia untuk Kevin

"Minum dulu, Mbak." Aku meletakkan dua gelas teh hangat diatas meja."Iya terimakasih. Oh iya mana anakmu, Rah? Mbak mau lihat.""Ada di kamar Mbak, sebentar ya."Aku pun segera mengambil Adinda yang tergeletak diatas kasur dan membawanya ke hadapan Mbak Linda."Ini Mbak, cantik kan?"Matanya berbinar ketika melihat wajah anakku, senyumnya begitu tulus sehingga membuat wajahnya yang pucat itu terlihat sedikit bercahaya."Wah, cantik sekali keponakan Tante ini. Namanya siapa, sayang?" ucapnya sambil menjawil pipi Adinda."Namanya Adinda, Mbak." sahutku sambil tersenyum."Wah hidungnya mancung, pipi chubby, bulu mata yang lentik, dan bibir mungil, cantik sekali sangat mirip sepertimu, Rah.""Tapi Mbak Wati bilang dia nggak mirip aku Mbak, katanya dia mirip bapaknya tuh, gimana dong?" ujarku sambil mencebik."Tidak kok, Adinda ini mirip kamu. Jangan dengerin Wati, matanya itu kan sedikit bermasalah," ucap Mbak Linda sambil tersenyum lebar.Sementara Kak Dimas terkekeh lalu masuk ke dalam
Read more

Bab 166 Ternyata Kevin Sudah Mualaf

"Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Rama?" tanya Kevin."Kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi, memangnya kenapa?" tanyaku.Ia tersenyum tipis."Apa kamu sudah bercerai secara hukum?" "Belum, aku malas saja mengurus ke pengadilan, mungkin nanti..." "Oh, jadi kamu masih menunda untuk mengajukan gugatan pisah dengan Rama ya, Rah?""Bukan masalah menunda Vin, ini hanya soal waktu saja.""Baiklah, lakukan saja apapun yang menurutmu nyaman, Rah."Aku mengangguk."Oh iya, bagaimana keadaan satpam yang tertembak karena menjagaku itu, Vin? Apakah dia sudah pulang dari rumah sakit?" tanyaku."Sudah, aku juga memberinya cuti selama dua minggu.""Baguslah kalau begitu.""Fransisca itu berbahaya Rah, lihat saja dia bisa mengecoh kita dengan Baby Alice dan menyembunyikan anakmu ini disebuah apartemennya.""Entah apa yang terjadi pada Baby Alice, tetapi yang jelas kamu harus berhati-hati karena jika sampai terjadi hal buruk pada Baby Alice, wanita itu pasti akan membalas dendam padamu,"
Read more

Bab 167 Alasan Kevin

"Seminggu kemudian entah kenapa hatiku seperti ingin sekali mengucap syahadat, ya sudah malam itu juga aku menemui imam di masjid itu dan mengatakan padanya kalau aku ingin bersyahadat.""Ustadz itu terlihat senang saat menuntunku membaca kalimat syahadat dan pada saat itu aku sudah sah menjadi seorang muslim."Aku tidak menyangka Kevin akan mendapatkan hidayah, dia masuk Islam murni karena keinginan hatinya bukan karena seorang perempuan ataupun hal lain."Menjadi mualaf benar-benar mengubah hidupku Rah, dan dengan melihat ke belakang aku tahu, aku sudah membuat keputusan yang benar, alhamdulillah.""Alhamdulillah, aku ikut bahagia. Lalu bagaimana reaksi Om Wisnu dan Nadia setelah tahu kamu sudah mualaf?" tanyaku."Kalau Nadia dia sangat terkejut, bahkan dia meminta aku untuk kembali pada agama semula, dia marah dan mengancam ingin memberitahukan hal ini pada Papa.""Namun, pada saat itu aku belum berani membicarakan hal ini pada Papa, karena aku tahu ia akan syok dan kesehatannya pa
Read more

Bab 168 Ambil saja Lelaki itu!

Pukul sepuluh malam Kak Dimas dan Mbak Wati belum pulang, sementara Mbak Linda sudah tidur sejak tadi begitu pula dengan Adinda, aku benar-benar merasa kesepian.Traaakk!Traaakkk!Brugh!Tiba-tiba terdengar suara berisik, sepertinya suara itu berasal dari luar mirip seperti suara jendela atau pintu yang sedang dicongkel.Dadaku berdebar kencang, aku takut mereka adalah anak buah Fransisca yang berusaha masuk ke rumah ini untuk mengambil Adinda.Oh Tuhan, lindungilah kami.Tidak berselang lama lampu padam, aku mengunci pintu rapat-rapat lalu naik ke atas kasur, menggendong Adinda dan menimang-nimangnya.Prang!Prang!Pyaaar!Tiba-tiba jendela kamarku dipecahkan, lalu terdengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamar ini. Dengan tangan bergetar aku meraba-raba sekitar mencari ponsel.Lalu tiba-tiba tepat di hadapanku ada sebuah senter menyala dan nampaklah wajah Fransisca yang sedang menyeringai, senter itu ia letakkan di bawah dagu sehingga cahayanya menyoroti wajahnya dari bawah.
Read more

Bab 169 Mbak Linda Tertembak

Tembakan itu mengenai Mbak Linda, karena ia berusaha menghalangi tubuhku dan Adinda sehingga peluru itu melesat di dadanya."Astaga, Mbak Linda!""Aaaaargh!" teriak Fransisca sambil menghentakkan sebelah kakinya."Sial, kenapa kamu harus melindungi perempuan itu sih?!" "Sarah, cepat pergi dari sini!" teriak Mbak Linda sambil menggertakkan giginya.Aku benar-benar bingung, haruskah aku meninggalkannya dalam keadaan terluka? Tetapi kalau aku tidak pergi berarti nyawa Adinda yang dalam bahaya.Saat Fransisca lengah, aku langsung berlari sambil menggendong Adinda ke jalanan kompleks yang terlihat sepi ini. "Hei! Mau lari kemana kamu, hah?!" teriak Fransisca.Door!Peluru melesat tepat di samping pinggangku, untung saja aku mengelak jika tidak mungkin pinggangku yang akan tertembak."Awas saja jika sampai anakku terluka karenamu, Fransisca!" gumamku penuh amarah."Mbak Sarah!" teriak seorang wanita dari salah satu rumah.Aku menoleh, ternyata ia adalah anak Bu Fitri salah satu tetangga
Read more

Bab 170 Sulis Kembali Ke Indonesia

Setelah membuatkan susu untuk Adinda aku dan sopir Kevin berangkat ke rumah sakit tempat Mbak Linda di rawat."Pak, tolong cek ke ruang IGD, kakak saya ada di sana atau tidak, atas nama Mbak Linda.""Baik, Bu."Aku tidak mungkin bisa masuk ke IGD karena membawa bayi, beberapa saat kemudian sopir Kevin kembali."Permisi Bu, di ruang IGD tidak ada, tapi saya sudah menghubungi Pak Kevin ternyata kakak ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat yang ada di lantai dua, mari saya antar.""Oh baiklah."Di depan ruangan Mbak Linda dirawat ternyata sudah ada Kak Dimas, Mbak Wati dan Kevin, mereka menatapku yang datang menghampirinya."Seharusnya kamu di rumah saja Rah, kasihan Adinda," ucap Mbak Wati."Aku tidak tenang kalau di rumah Mbak, aku takut anak buah Fransisca datang dan membawa Adinda pergi.""Ya kamu benar, lebih baik kamu di sini dulu karena sudah pasti anak buah Fransisca tidak akan tinggal diam," sahut Kak Dimas.Setelah beberapa menit memeriksa akhirnya perawat memanggil pihak keluar
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status