Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Bab 162 Menggagalkan Rencana Fransisca

Share

Bab 162 Menggagalkan Rencana Fransisca

Author: Lia Safitri
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sarah, cepat telepon Dimas atau Kevin! Mbak yakin bubur itu pasti ada obat biusnya," titah Mbak Wati.

"I-iya Mbak."

Tanganku bergetar saat mencari kontak Kak Dimas, bahkan hampir saja ponselku terjatuh ke lantai.

"Halo, ada apa Rah?" tanya Kak Dimas begitu tersambung.

"Kak gawat, Fransisca berhasil mengambil kembali bayiku, bagaimana ini?" tanyaku sambil menangis.

"Loh, kok bisa? Bukannya Kevin bilang kalian bersembunyi di ruang rahasia milik Almarhum Om Wisnu?"

"Ceritanya panjang, Kak. Tolong bantu aku untuk mencari Adinda ya Kak, aku bingung harus mencarinya kemana sekarang," pintaku.

"Adinda?"

Ya Tuhan, saking paniknya aku sampai lupa memberitahukan nama putriku pada Kak Dimas.

"Iya bayiku, namanya Adinda Naysila, Kak."

"Oh begitu. Ya sudah Kakak bakal bantu cari, udah dulu ya Kakak masih repot ini di rumah sakit."

Telepon pun dimatikan oleh Kak Dimas, aku lupa jika Mbak Linda masih dirawat di rumah sakit. Kasihan sekali Kak Dimas ia pasti kerepotan sekarang, mengurus banyak sek
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 163 Menggagalkan Rencana Fransisca

    Entah mengapa, setiap lorong yang kulalui terasa amat jauh."Hei! Jalan tuh lihat-lihat dong, jangan main seruduk aja!""Iya, kalau jalan tuh jangan meleng!"Aku tidak menghiraukan mereka yang meneriakiku karena tubuhnya tersenggol, hingga akhirnya tiba di ruangan dokter.Di depan mataku terlihat jelas ini ruangan dokter bedah kardiotoraks, tanpa melihat banyaknya orang aku langsung masuk ke dalam ruangan itu.Ya, di depan sana ada Fransisca dan seorang dokter yang sedang berbincang, perhatian mereka teralihkan karena aku membuka pintu ruangan ini tanpa permisi.Fransisca tampak terkejut saat melihat aku masuk ke dalam, sementara dokter itu memerintahkan aku untuk menunggu diluar namun aku sama sekali tidak menghiraukannya."Dokter, anda harus tahu Baby Angel yang akan mendonorkan jantungnya untuk Baby Alice itu putriku!" teriakku sambil menangis."Bayi yang digendong perempuan itu adalah putriku, dia sudah menculiknya dariku! Dia sudah melakukan banyak tindak kejahatan dan pasti dia

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 164 Kado untuk Adinda

    Sudah satu Minggu aku tinggal di rumah Mama, dan selama itu pula aku berdiam di dalam rumah tidak keluar sama sekali, untuk keperluanku dan Adinda pun dibelikan oleh Kak Dimas.Begitu pula dengan Kak Dimas, ia kerap keluar masuk diam-diam di rumah Mama ini karena takut dibuntuti oleh anak buah Fransisca.Dalam satu Minggu ini aku tidak mendengar bagaimana kabar Fransisca dan bayinya yang sedang sakit itu. Biarlah, lagi pula aku juga tidak mau tahu soal mereka lagi."Sarah, besok hasil tes DNA kamu dan Adinda akan keluar. Setelah ini kamu bisa leluasa ke luar rumah, karena jika nanti Fransisca macam-macam kamu bisa menuntutnya," ujar Kak Dimas saat ia keluar dari dalam kamar.Pagi ini ia akan pergi menjemput Mbak Linda pulang ke rumah karena belum ada hasil untuk kesehatannya."Iya Kak, hati-hati di jalan ya.""Sarah, Mbak juga mau berangkat ke butik, kamu di rumah saja ya. Kemungkinan Mbak nanti pulang malam karena ada urusan setelah pulang dari butik," ujar Mbak Wati.Aku hanya menga

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 165 Pesan Nadia untuk Kevin

    "Minum dulu, Mbak." Aku meletakkan dua gelas teh hangat diatas meja."Iya terimakasih. Oh iya mana anakmu, Rah? Mbak mau lihat.""Ada di kamar Mbak, sebentar ya."Aku pun segera mengambil Adinda yang tergeletak diatas kasur dan membawanya ke hadapan Mbak Linda."Ini Mbak, cantik kan?"Matanya berbinar ketika melihat wajah anakku, senyumnya begitu tulus sehingga membuat wajahnya yang pucat itu terlihat sedikit bercahaya."Wah, cantik sekali keponakan Tante ini. Namanya siapa, sayang?" ucapnya sambil menjawil pipi Adinda."Namanya Adinda, Mbak." sahutku sambil tersenyum."Wah hidungnya mancung, pipi chubby, bulu mata yang lentik, dan bibir mungil, cantik sekali sangat mirip sepertimu, Rah.""Tapi Mbak Wati bilang dia nggak mirip aku Mbak, katanya dia mirip bapaknya tuh, gimana dong?" ujarku sambil mencebik."Tidak kok, Adinda ini mirip kamu. Jangan dengerin Wati, matanya itu kan sedikit bermasalah," ucap Mbak Linda sambil tersenyum lebar.Sementara Kak Dimas terkekeh lalu masuk ke dalam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 166 Ternyata Kevin Sudah Mualaf

    "Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Rama?" tanya Kevin."Kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi, memangnya kenapa?" tanyaku.Ia tersenyum tipis."Apa kamu sudah bercerai secara hukum?" "Belum, aku malas saja mengurus ke pengadilan, mungkin nanti..." "Oh, jadi kamu masih menunda untuk mengajukan gugatan pisah dengan Rama ya, Rah?""Bukan masalah menunda Vin, ini hanya soal waktu saja.""Baiklah, lakukan saja apapun yang menurutmu nyaman, Rah."Aku mengangguk."Oh iya, bagaimana keadaan satpam yang tertembak karena menjagaku itu, Vin? Apakah dia sudah pulang dari rumah sakit?" tanyaku."Sudah, aku juga memberinya cuti selama dua minggu.""Baguslah kalau begitu.""Fransisca itu berbahaya Rah, lihat saja dia bisa mengecoh kita dengan Baby Alice dan menyembunyikan anakmu ini disebuah apartemennya.""Entah apa yang terjadi pada Baby Alice, tetapi yang jelas kamu harus berhati-hati karena jika sampai terjadi hal buruk pada Baby Alice, wanita itu pasti akan membalas dendam padamu,"

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 167 Alasan Kevin

    "Seminggu kemudian entah kenapa hatiku seperti ingin sekali mengucap syahadat, ya sudah malam itu juga aku menemui imam di masjid itu dan mengatakan padanya kalau aku ingin bersyahadat.""Ustadz itu terlihat senang saat menuntunku membaca kalimat syahadat dan pada saat itu aku sudah sah menjadi seorang muslim."Aku tidak menyangka Kevin akan mendapatkan hidayah, dia masuk Islam murni karena keinginan hatinya bukan karena seorang perempuan ataupun hal lain."Menjadi mualaf benar-benar mengubah hidupku Rah, dan dengan melihat ke belakang aku tahu, aku sudah membuat keputusan yang benar, alhamdulillah.""Alhamdulillah, aku ikut bahagia. Lalu bagaimana reaksi Om Wisnu dan Nadia setelah tahu kamu sudah mualaf?" tanyaku."Kalau Nadia dia sangat terkejut, bahkan dia meminta aku untuk kembali pada agama semula, dia marah dan mengancam ingin memberitahukan hal ini pada Papa.""Namun, pada saat itu aku belum berani membicarakan hal ini pada Papa, karena aku tahu ia akan syok dan kesehatannya pa

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 168 Ambil saja Lelaki itu!

    Pukul sepuluh malam Kak Dimas dan Mbak Wati belum pulang, sementara Mbak Linda sudah tidur sejak tadi begitu pula dengan Adinda, aku benar-benar merasa kesepian.Traaakk!Traaakkk!Brugh!Tiba-tiba terdengar suara berisik, sepertinya suara itu berasal dari luar mirip seperti suara jendela atau pintu yang sedang dicongkel.Dadaku berdebar kencang, aku takut mereka adalah anak buah Fransisca yang berusaha masuk ke rumah ini untuk mengambil Adinda.Oh Tuhan, lindungilah kami.Tidak berselang lama lampu padam, aku mengunci pintu rapat-rapat lalu naik ke atas kasur, menggendong Adinda dan menimang-nimangnya.Prang!Prang!Pyaaar!Tiba-tiba jendela kamarku dipecahkan, lalu terdengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamar ini. Dengan tangan bergetar aku meraba-raba sekitar mencari ponsel.Lalu tiba-tiba tepat di hadapanku ada sebuah senter menyala dan nampaklah wajah Fransisca yang sedang menyeringai, senter itu ia letakkan di bawah dagu sehingga cahayanya menyoroti wajahnya dari bawah.

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 169 Mbak Linda Tertembak

    Tembakan itu mengenai Mbak Linda, karena ia berusaha menghalangi tubuhku dan Adinda sehingga peluru itu melesat di dadanya."Astaga, Mbak Linda!""Aaaaargh!" teriak Fransisca sambil menghentakkan sebelah kakinya."Sial, kenapa kamu harus melindungi perempuan itu sih?!" "Sarah, cepat pergi dari sini!" teriak Mbak Linda sambil menggertakkan giginya.Aku benar-benar bingung, haruskah aku meninggalkannya dalam keadaan terluka? Tetapi kalau aku tidak pergi berarti nyawa Adinda yang dalam bahaya.Saat Fransisca lengah, aku langsung berlari sambil menggendong Adinda ke jalanan kompleks yang terlihat sepi ini. "Hei! Mau lari kemana kamu, hah?!" teriak Fransisca.Door!Peluru melesat tepat di samping pinggangku, untung saja aku mengelak jika tidak mungkin pinggangku yang akan tertembak."Awas saja jika sampai anakku terluka karenamu, Fransisca!" gumamku penuh amarah."Mbak Sarah!" teriak seorang wanita dari salah satu rumah.Aku menoleh, ternyata ia adalah anak Bu Fitri salah satu tetangga

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 170 Sulis Kembali Ke Indonesia

    Setelah membuatkan susu untuk Adinda aku dan sopir Kevin berangkat ke rumah sakit tempat Mbak Linda di rawat."Pak, tolong cek ke ruang IGD, kakak saya ada di sana atau tidak, atas nama Mbak Linda.""Baik, Bu."Aku tidak mungkin bisa masuk ke IGD karena membawa bayi, beberapa saat kemudian sopir Kevin kembali."Permisi Bu, di ruang IGD tidak ada, tapi saya sudah menghubungi Pak Kevin ternyata kakak ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat yang ada di lantai dua, mari saya antar.""Oh baiklah."Di depan ruangan Mbak Linda dirawat ternyata sudah ada Kak Dimas, Mbak Wati dan Kevin, mereka menatapku yang datang menghampirinya."Seharusnya kamu di rumah saja Rah, kasihan Adinda," ucap Mbak Wati."Aku tidak tenang kalau di rumah Mbak, aku takut anak buah Fransisca datang dan membawa Adinda pergi.""Ya kamu benar, lebih baik kamu di sini dulu karena sudah pasti anak buah Fransisca tidak akan tinggal diam," sahut Kak Dimas.Setelah beberapa menit memeriksa akhirnya perawat memanggil pihak keluar

Latest chapter

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status