Beranda / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Bab 168 Ambil saja Lelaki itu!

Share

Bab 168 Ambil saja Lelaki itu!

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pukul sepuluh malam Kak Dimas dan Mbak Wati belum pulang, sementara Mbak Linda sudah tidur sejak tadi begitu pula dengan Adinda, aku benar-benar merasa kesepian.

Traaakk!

Traaakkk!

Brugh!

Tiba-tiba terdengar suara berisik, sepertinya suara itu berasal dari luar mirip seperti suara jendela atau pintu yang sedang dicongkel.

Dadaku berdebar kencang, aku takut mereka adalah anak buah Fransisca yang berusaha masuk ke rumah ini untuk mengambil Adinda.

Oh Tuhan, lindungilah kami.

Tidak berselang lama lampu padam, aku mengunci pintu rapat-rapat lalu naik ke atas kasur, menggendong Adinda dan menimang-nimangnya.

Prang!

Prang!

Pyaaar!

Tiba-tiba jendela kamarku dipecahkan, lalu terdengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamar ini. Dengan tangan bergetar aku meraba-raba sekitar mencari ponsel.

Lalu tiba-tiba tepat di hadapanku ada sebuah senter menyala dan nampaklah wajah Fransisca yang sedang menyeringai, senter itu ia letakkan di bawah dagu sehingga cahayanya menyoroti wajahnya dari bawah.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 169 Mbak Linda Tertembak

    Tembakan itu mengenai Mbak Linda, karena ia berusaha menghalangi tubuhku dan Adinda sehingga peluru itu melesat di dadanya."Astaga, Mbak Linda!""Aaaaargh!" teriak Fransisca sambil menghentakkan sebelah kakinya."Sial, kenapa kamu harus melindungi perempuan itu sih?!" "Sarah, cepat pergi dari sini!" teriak Mbak Linda sambil menggertakkan giginya.Aku benar-benar bingung, haruskah aku meninggalkannya dalam keadaan terluka? Tetapi kalau aku tidak pergi berarti nyawa Adinda yang dalam bahaya.Saat Fransisca lengah, aku langsung berlari sambil menggendong Adinda ke jalanan kompleks yang terlihat sepi ini. "Hei! Mau lari kemana kamu, hah?!" teriak Fransisca.Door!Peluru melesat tepat di samping pinggangku, untung saja aku mengelak jika tidak mungkin pinggangku yang akan tertembak."Awas saja jika sampai anakku terluka karenamu, Fransisca!" gumamku penuh amarah."Mbak Sarah!" teriak seorang wanita dari salah satu rumah.Aku menoleh, ternyata ia adalah anak Bu Fitri salah satu tetangga

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 170 Sulis Kembali Ke Indonesia

    Setelah membuatkan susu untuk Adinda aku dan sopir Kevin berangkat ke rumah sakit tempat Mbak Linda di rawat."Pak, tolong cek ke ruang IGD, kakak saya ada di sana atau tidak, atas nama Mbak Linda.""Baik, Bu."Aku tidak mungkin bisa masuk ke IGD karena membawa bayi, beberapa saat kemudian sopir Kevin kembali."Permisi Bu, di ruang IGD tidak ada, tapi saya sudah menghubungi Pak Kevin ternyata kakak ibu sudah dipindahkan ke ruang rawat yang ada di lantai dua, mari saya antar.""Oh baiklah."Di depan ruangan Mbak Linda dirawat ternyata sudah ada Kak Dimas, Mbak Wati dan Kevin, mereka menatapku yang datang menghampirinya."Seharusnya kamu di rumah saja Rah, kasihan Adinda," ucap Mbak Wati."Aku tidak tenang kalau di rumah Mbak, aku takut anak buah Fransisca datang dan membawa Adinda pergi.""Ya kamu benar, lebih baik kamu di sini dulu karena sudah pasti anak buah Fransisca tidak akan tinggal diam," sahut Kak Dimas.Setelah beberapa menit memeriksa akhirnya perawat memanggil pihak keluar

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 171 Pemilik Akun itu Ternyata...

    Aku baru tahu ternyata Mang Ujang bukan hanya sekedar pekerja melainkan saudara Sulis juga, lagi pula selama ini Rama tidak pernah cerita."Iya kami memang saudara jauh dan kami juga masih satu buyut, tetapi sayangnya Sulis tidak pernah mau mengganggap saya sebagai saudara.""Tapi apa alasannya?" tanyaku."Ya karena saya ini orang miskin, makanya dikasih pekerjaan saja saya sudah senang," ujar Mang Ujang."Lalu, kata dokter bagaimana keadaan luka Sulis?" tanyaku.Ia terlihat menghela nafas, lalu memandang Sulis dengan pasrah."Dokter sudah menyerah, berbagai macam obat-obatan yang terbaik sudah diberikan tetapi tetap saja luka bekas gigitan dan cakaran binatang buas itu tidak kunjung mengering, malah semakin lama semakin parah. Bahkan luka itu seolah-olah membuat tubuh Sulis membusuk," jawabnya."Itulah akibatnya kalau suka dzalim sama orang!" sahut Mbak Wati mencebik.Aku tidak bisa menghakimi ucapannya itu salah, karena yang Mbak Wati ucapkan itu memang benar adanya. "Kamu benar Ti

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 172 Kabar Buruk

    Setelah meminta nomor telepon Mang Ujang aku pun pamit untuk turun ke lantai bawah, selain tidak tahan dengan bau yang berasal dari luka Sulis, aku juga merasa ngeri melihat ia yang begitu kesakitan."Sarah, apa yang terjadi pada Sulis merupakan sebuah hukum karma, gara-gara dia motor Kakak hilang entah kemana, padahal motor itu Kakak beli cash kalau bisa kamu jangan maafkan dia supaya Sulis semakin tersiksa," ujar Kak Dimas ketika kami berada di dalam lift.Aku masih ingat ketika ia pertama kali membeli motor itu, ia terlihat bahagia karena bisa membeli sebuah motor dari hasil kerja kerasnya sendiri. Tapi dalam sekejap motor itu hancur dan masuk ke dalam jurang, entah dimana motor itu sekarang?"Sudahlah Kak, dia sudah sekarat, dia tidak akan bisa menyakiti siapapun lagi, jadi jangan menghakimi Sulis lagi ya, Kak! Siapa tahu saja dosanya itu bisa terampuni setelah ia berhasil melewati rasa sakit yang ia rasakan saat ini," jawabku.Aku tidak setuju saja Kak Dimas menghina orang lain

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 173 Hukum Karma

    Mataku terpejam erat, tidak terasa air mataku luluh seketika, rasanya hatiku sakit sekali saat ini."Apa?! Mbak Linda meninggal?!" tanyaku lagi merasa tidak percaya lalu terisak.Malang betul nasib kakakku itu, sejak kecil hidupnya sudah menderita akibat perbuatan Sulis, dan sekarang setelah bebas dari jerat kejahatannya ia tidak bisa menikmati kebahagiaan walau pun sedikit."Iya Rah, dia sudah meninggal. Sekarang Dimas sedang mengurus administrasi dan menyiapkan ambulance untuk membawa jenazahnya pulang. Kamu jangan kemana-mana dulu ya! Kasihan Adinda, besok pagi saja kamu pulang ke rumahnya."Ya Tuhan, kenapa ia harus pergi secepat itu? Seharusnya ia bisa menikmati hidup yang bahagia sebelum ia pergi meninggalkan kami semua."Kira-kira jenazah Mbak Linda tiba di rumah jam berapa, Mbak?""Entahlah nanti Mbak kabari lagi, oh iya kamu punya nomor ponsel para tetangga dekat rumah tidak? Mbak ingin mengabarkan kematian Linda pada RT setempat.""Kak Dimas punya tuh nomor ponsel Pak RT, Mb

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 174 Kedatangan Amanda

    Aku memang bukan orang yang suci, aku juga memiliki banyak dosa karena sudah pernah melenyapkan banyak nyawa anak buah Sulis. Namun, itu merupakan suatu bentuk pembelaan diri, semoga saja Tuhan masih bisa mengampuni dosa-dosaku.Malam ini aku membuka akun sosial media Fransisca, teman-temannya ramai mengucapkan bela sungkawa. Ada juga yang mendoakan sambil mengunggah videonya yang tertidur di dalam peti, hanya saja bagian wajahnya disamarkan entah kenapa? Mungkin karena wajah Fransisca hancur akibat kecelakaan itu.Keesokan paginya pintu rumahku diketuk oleh seseorang, dan ternyata Amanda yang datang, ia tersenyum sambil mengulurkan tangan."Mbak, apa kabar?" tanya wanita itu."Aku baik, ayo masuk."Amanda pun masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu."Ini minum dulu! Maaf ya cuma ada teh manis, karena kita masih dalam keadaan berduka jadi kami belum sempat membeli stok bahan makanan," ucapku sambil menaruh segelas teh hangat."Memangnya siapa yang meninggal, Mbak?" tanya Ama

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 175 Bertemu dengan Rama

    Satu Minggu berlalu, akhirnya kami semua diundang ke pengadilan negeri tempat Rama disidang. Kami pun berangkat pagi-pagi sekali ke kota kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Sulis dan Rama.Bahkan air mataku sempat menitik saat melihat dan melewati gapura menuju desa itu. Banyak kejadian mengerikan yang sudah aku alami disana, rasanya aku tidak ingin lagi kembali ke desa itu.Aku menatap Adinda yang tertidur di pangkuan, aku sangat bersyukur Tuhan sudah mempertemukan kami disaat aku akan bertemu lagi dengan Rama.Menunggu cukup lama hingga akhirnya aku melihat Rama yang dikawal oleh beberapa orang personil kepolisian, lelaki itu berjalan menggunakan tongkat kruk."Itu Rama," bisik Mbak Wati.Tubuhku bergetar melihat Rama berjalan semakin dekat, bahkan kini dapat kulihat tubuhnya semakin kurus. Beberapa detik kemudian mata kami saling memandang, ia tampak terkejut tatkala melihatku menggendong seorang bayi. Rama memberi instruksi pada salah satu polisi untuk berhenti, se

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 176 Cekcok

    "Sudah ditangkap dan diazab tapi kau masih berlagak sombong ya, Reza!" jawab Mbak Wati tak kalah ketusnya."Apa kalian sudah puas melihat keadaanku seperti ini?" tanya Reza lagi, matanya mengisyaratkan kebencian. Berbeda dengan Rama yang terlihat sendu saat menatap kami semua di persidangan."Tentu saja belum! Jika kau dan adikmu itu belum bernasib sama seperti Sulis, aku tidak akan pernah puas!" tegas Mbak Wati.Terlihat jelas jika Mbak Wati sangat membenci Reza, mungkin selama ini Rezalah yang sering memperlakukan Mbak Wati dengan semena-mena."Kau salah, Wati, nasibku tidak akan seperti itu. Lihat saja nanti, sebentar lagi aku pasti akan terbebas dari tempat sampah ini!" Reza tersenyum sinis.Mendengar itu amarahku langsung bangkit, percaya diri sekali lelaki ini!"Reza, Reza, kalau mimpi tuh jangan tinggi-tinggi, kalau jatuh sakit loh!" Mbak Wati meremehkan."Kau ini sudah cacat masih saja bersikap sombong! Lihat tuh, tanganmu itu sudah buntung, bukannya tobat malah semakin menjad

Bab terbaru

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status