Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 141 - Chapter 150

207 Chapters

Bab 141 Uang Sogokan

"Lalu bagaimana dengan Om Wisnu, Kak? Kapan jenazahnya akan dimakamkan?" tanyaku."Jenazahnya sudah dibawa pulang oleh Om Darma, itu urusannya Kakak gak mau ikut campur, Rah. Biar Om Darma saja yang mengurusnya," jawabnya."Kalau Om Darma pulang, berarti sekarang Kevin sendirian dong di rumah sakit?" tanyaku lagi."Tidak, Kevin di rumah sakit ditemani kerabatnya yang dari kalangan polisi kok. Makanya Kakak pulang, mau mandi dan istirahat Sebentar.""Oh ya sudah, kalau gitu Kakak mandi dulu sana! saking capeknya sampai kucel begitu, hehe..." titahku terkekeh."Aku pergi sebentar ya Kak, mau beli nasi padang di depan. Oh iya, Kakak belum makan kan?" tanyaku lagi."Belum Rah, kebetulan Kakak juga laper.""Ya udah nanti kita makan sama-sama aja. Oh iya, Kakak mau dibungkusin pakai lauk apa nih?""Samain aja deh, Rah. Biar nanti nggak rebutan," jawabnya tersenyum tipis.Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum mengejek, setelah itu mengambil dompet lalu keluar dengan pakaian seadany
Read more

Bab 142 Mbak Linda Demam

Setelah keluar dari rumah sakit, aku pun melajukan motor kembali menuju sebuah restoran tempat aku dam Mas Rama makan malam dahulu setelah ia menerima transferan dari Sulis. Namun, tujuanku kemari bukan untuk mengingatnya, tetapi karena rindu pada masakannya. Memilih tempat duduk paling ujung karena pengunjung lumayan ramai di jam makan siang seperti ini. Saat sedang menikmati makanan, aku melihat Fransisca berjalan menghampiri lalu duduk di belakangku sambil berbicara dengan seseorang di telepon.'Sepertinya Fransisca tidak mengenali wajahku sehingga ia terlihat santai saat melewati meja makan yang aku tempati ini, apa karena aku menggunakan kacamata ini ya?' batinku sambil membenarkan kacamata.Kini ia tidak bisa melihatku karena posisinya yang membelakangiku, selain ramai mungkin ia juga sedang fokus bicara dengan seseorang di teleponnya."Apa? Lukanya terus mengeluarkan nanah?""Bagaimana mungkin?""Aku tidak percaya hal ini akan terjadi pada Sulis, kukira dengan membawanya ke ru
Read more

Bab 143 Hasil Tes DNA

Dadaku naik turun dan mendadak lidahku tercekat ketika ingin berbicara, aku tidak percaya ini!"Astaghfirullah, Sarah! Kamu bikin penasaran saja, sini Kakak mau lihat hasilnya," tegas Kak Dimas.Ia merebut surat itu dariku lalu membacanya dengan teliti, seketika tubuhku terasa lemas lalu terduduk di kursi besi."Hasilnya menyatakan jika bayi itu ternyata bukan anakmu, Rah?" ucap Kak Dimas sambil menoleh ke arahku.Seketika air mataku luruh dalam satu kedipan, aku terisak hingga tubuh terguncang.Bagaimana bisa anak yang kuimpikan siang dan malam itu ternyata bukan anak yang kulahirkan?Ya Tuhan, padahal aku begitu mengharapkan Baby Alice adalah bayi yang kulahirkan. Aku selalu memandangi foto bayi itu dan membayangkan banyak hal yang akan kami lewati ketika sudah bersama nanti. Tapi, kenapa semuanya jadi begini? Takdir memang tidak pernah adil, dia selalu mempermainkanku seolah aku ini boneka yang harus menurut padanya. Kenapa takdir begitu kejam padaku?Aku tergugu dengan tubuh be
Read more

Bab 144 Menggendong Baby Alice

Lekas berganti pakaian lalu mengeluarkan motor maticku ke halaman dan memanaskannya."Nanti ajarin Mbak bawa motor ya Rah, kayanya seru banget kalau bisa bawa motor sendiri.""Iya gampang kalau itu mah, tapi nanti biar diajarin Kak Dimas aja ya," sahutku sambil duduk di atas jok motor."Enggak ah, Mbak maunya diajarin sama kamu aja kalau sama Dimas, Mbak suka grogi soalnya," jawabnya.Aku langsung menoleh dengan wajah melongo."Cie... Cie!" godaku sambil menaik turunkan alis."Apaan sih, Rah?" Ia nampak membuang muka dan tersenyum malu-malu."Mbak bukan grogi karena itu ya?""Itu apa, hayo?" tanyaku menggoda."Kamu mikirnya Mbak grogi karena suka kan sama Dimas?""Eh, aku nggak bilang gitu loh Mbak! Mbak sendiri nih yang bilang kalau Mbak suka sama Kak Dimas," ucapku tersenyum tipis."Ih, gak gitu Rah! Kakakmu kan laki-laki sedangkan Mbak ini kan perempuan makanya Mbak suka deg-degan kalau deket-deket dia, makanya Mbak minta diajarin sama kamu aja. Kamu ini gimana sih?" Ia pura-pura m
Read more

Bab 145 Percakapan Mencurigakan

"Begini saja, aku akan membantumu menyelidiki asal usul Baby Alice karena aku juga ragu pada Mami Fransisca, karena ia sering berbohong dan juga ingkar janji. Bagaimana, apa kamu tertarik dengan tawaranku?"Aku membuang pandangan lalu berfikir, setelah itu aku kembali menatapnya dengan serius."Apa jaminannya kalau kamu akan membantuku mencari asal usul bayi ini? Kamu pikir aku bodoh dan bisa percaya dengan ucapanmu begitu saja." Aku tersenyum sinis."Aku benar-benar tidak tahu Fransisca mendapatkan Baby Alice dari mana, tetapi aku tahu pasti jika bayi ini sudah dewasa, dia yang akan meneruskan bisnis-bisnis Mami Fransisca. Aku merasa tidak rela, jika anak secantik dia harus menjadi wanita seperti Fransisca. Terkadang aku berharap ada seseorang yang bisa membawa bayi ini pergi jauh dari kehidupan Mami Fransisca."Menatap Mirna untuk beberapa saat sambil mencerna ucapannya. Bukan hanya dia, aku juga merasa tidak rela jika bayi ini akan menjadi pewaris tunggal bisnis haram Fransisca."
Read more

Bab 146 Salah Faham

Nafasku terengah-engah merasakan amarah yang kian membara di dalam dada. Aku sudah memberinya banyak uang tetapi malah ini yang kudapatkan, sebuah pengkhianatan yang tidak bisa kumaafkan."Sudah kukatakan Bu, aku tidak memalsukan hasil tes DNAmu."Ternyata ia masih saja mempertahankan kebohongannya."Kamu pikir aku bodoh apa? Aku sudah mendengar semua percakapanmu dengan temanmu tadi di rumah sakit. Aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu seperti ini ya!"Perempuan itu mundur dua langkah hingga punggungnya mentok ke dinding. Ia tidak bisa bergerak lagi karena didepannya ada senjata tajam yang kutodongkan."Itu... maksudku..." Ia nampak gelagapan dan makin ketakutan."Itu apa? Kamu sudah menerima uang dariku tetapi kamu juga menerima uang dari pihak lain kan sehingga kamu bisa membeli barang-barang mahal seperti yang kamu tunjukkan pada temanmu tadi? Sekarang katakan, siapa pihak lain yang sudah memberimu uang?""Aku tidak akan segan-segan melenyapkanmu jika kau coba-coba mempermaink
Read more

Bab 147 Hasil Tes DNA itu Asli

"Nanti akan aku jelaskan di rumah tapi sekarang aku mau pergi dulu, kalau Mbak mau ikut ya silahkan, tapi kalau Mbak mau pulang nanti bisa naik ojek di depan sana karena aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan," jawabku."Ya sudah, Mbak ikut saja denganmu. Memangnya kamu mau pergi kemana, Rah?" tanya Mbak Wati."Aku akan kembali ke rumah sakit."Mata Mbak Wati langsung membulat, mungkin dipikirannya saat ini aku telah melakukan suatu hal yang konyol."Ya sudah, ayo kita kesana."Beruntung surat hasil tes DNA itu masih kusimpan dalam tas sehingga aku bisa langsung ke rumah sakit tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu.Menemui kepala staf laboratorium rumah sakit ini memang sedikit sulit karena mereka mengatakan jika atasannya itu sedang banyak pekerjaan dan tidak bisa ditemui. Kami harus menunggu sekitar dua jam agar bisa menemuinya di jam istirahat."Maaf saya mengganggu waktu Bapak, beberapa hari yang lalu saya menerima hasil tes DNA yang dilakukan di rumah sakit ini tetapi
Read more

Bab 148 Wanita Berpakaian Seksi

"Gimana di butik? Rame?" tanyaku sambil berjalan menghampiri Kak Dimas."Alhamdulillah lumayan rame, Rah. Oh iya, besok coba kamu bawa Linda ke rumah sakit aja ya Rah, dia sakit lagi tuh," ucap Kak Dimas."Sakit lagi? Padahal obatnya sudah habis loh, kok dia masih sakit ya?" tanyaku."Entahlah, kalau menurut Kakak sih lebih baik ia melakukan tes pemeriksaan misal tes HIV-AIDS gitu, soalnya dia kesakitan terus loh di panggul dan bawah perutnya sama demam lagi."Aku berdecak lalu merenung, semoga saja Mbak Linda tidak sampai terkena penyakit menjijikkan itu. Jika sampai ia terkena maka tidak menutup kemungkinan aku atau Mbak Wati pun juga akan ikut terkena.Oh Tuhan, jangan biarkan hal itu terjadi."Nih minum, aku buatin teh panas," ucap Mbak Wati sambil meletakkan nampan berisi dua cangkir teh di atas meja."Buat aku, Ti?" tanya Kak Dimas."Ya iyalah Kak, masa buat pak lurah," sahutku sambil tersenyum tipis."Ya siapa tahu tehnya buat kamu, Rah." Kak Dimas malah terkekeh."Udah-udah in
Read more

Bab 149 Fransisca itu Pendusta!

Sampai di rumah, aku langsung mengajaknya makan karena Kak Dimas dan Mbak Wati belum pulang sehingga aku hanya mengenalkan wanita ini pada Mbak Linda."Oh iya, perkenalkan namaku Amanda dari Yogyakarta, Mbak. Terimakasih ya Mbak kalian sudah mau menampungku disini," ucap wanita itu sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya."Iya sama-sama. Aku sarah dan ini kakakku Linda, kalau boleh tahu kenapa anak buah Fransisca ingin membunuhmu?" tanyaku."Tunggu dulu, jadi kamu ini anak buah Fransisca?" tanya Mbak Linda, sementara wanita itu terlihat menganggukkan kepalanya."Apa Mbak kenal dengan Mami Fransisca?" tanya wanita itu."Tentu saja kenal, kami memiliki masalah besar dengan perempuan itu.""Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa anak buah Fransisca ingin membunuhmu? Lalu untuk apa kamu melarikan diri seperti ini? Bukankah hidup kalian sangat terjamin jika bersamanya?" tanya Mbak Linda lagi."Tidak Mbak, Fransisca itu pendusta! Dulu dia pernah bilang kalau aku boleh berhenti bekerja
Read more

Bab 150 Apartemen

Siang ini kami mendatangi apartemen itu hendak menyewa salah satu kamar yang dekat dengan tempat putriku berada.Transaksi telah selesai, aku berhasil menyewa kamar tepat di samping kamar yang ditunjukkan pemilik akun bernama Mawar Berduri itu selama satu bulan dan hari ini juga aku sudah bisa menempati kamar itu.Sekarang aku kembali ke rumah sementara Kak Dimas kembali ke butiknya, aku sangat senang akhirnya satu langkah lagi aku bisa bertemu dengan putri kecilku dan semoga saja usahaku ini akan berhasil."Tunggu Mama ya sayang, sebentar lagi Mama akan menjemputmu!" gumamku.Sore ini aku mulai menempati unit apartemen yang kusewa diantar Kak Dimas dan Mbak Wati. Sekarang kami semua berkumpul di ruang tamu memikirkan cara untuk masuk ke unit sebelah."Bagaimana jika kita antarkan makanan saja untuk memperkenalkan diri sebagai tetangga baru?" ucap Mbak Wati."Ish, ini apartemen Mbak bukan kompleks! Orang-orang di sini cenderung hidup masing-masing dan cuek satu sama lain. Coba pikirka
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status