Share

Bab 146 Salah Faham

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nafasku terengah-engah merasakan amarah yang kian membara di dalam dada. Aku sudah memberinya banyak uang tetapi malah ini yang kudapatkan, sebuah pengkhianatan yang tidak bisa kumaafkan.

"Sudah kukatakan Bu, aku tidak memalsukan hasil tes DNAmu."

Ternyata ia masih saja mempertahankan kebohongannya.

"Kamu pikir aku bodoh apa? Aku sudah mendengar semua percakapanmu dengan temanmu tadi di rumah sakit. Aku bukan anak kecil yang bisa kamu tipu seperti ini ya!"

Perempuan itu mundur dua langkah hingga punggungnya mentok ke dinding. Ia tidak bisa bergerak lagi karena didepannya ada senjata tajam yang kutodongkan.

"Itu... maksudku..." Ia nampak gelagapan dan makin ketakutan.

"Itu apa? Kamu sudah menerima uang dariku tetapi kamu juga menerima uang dari pihak lain kan sehingga kamu bisa membeli barang-barang mahal seperti yang kamu tunjukkan pada temanmu tadi? Sekarang katakan, siapa pihak lain yang sudah memberimu uang?"

"Aku tidak akan segan-segan melenyapkanmu jika kau coba-coba mempermaink
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 147 Hasil Tes DNA itu Asli

    "Nanti akan aku jelaskan di rumah tapi sekarang aku mau pergi dulu, kalau Mbak mau ikut ya silahkan, tapi kalau Mbak mau pulang nanti bisa naik ojek di depan sana karena aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan," jawabku."Ya sudah, Mbak ikut saja denganmu. Memangnya kamu mau pergi kemana, Rah?" tanya Mbak Wati."Aku akan kembali ke rumah sakit."Mata Mbak Wati langsung membulat, mungkin dipikirannya saat ini aku telah melakukan suatu hal yang konyol."Ya sudah, ayo kita kesana."Beruntung surat hasil tes DNA itu masih kusimpan dalam tas sehingga aku bisa langsung ke rumah sakit tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu.Menemui kepala staf laboratorium rumah sakit ini memang sedikit sulit karena mereka mengatakan jika atasannya itu sedang banyak pekerjaan dan tidak bisa ditemui. Kami harus menunggu sekitar dua jam agar bisa menemuinya di jam istirahat."Maaf saya mengganggu waktu Bapak, beberapa hari yang lalu saya menerima hasil tes DNA yang dilakukan di rumah sakit ini tetapi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 148 Wanita Berpakaian Seksi

    "Gimana di butik? Rame?" tanyaku sambil berjalan menghampiri Kak Dimas."Alhamdulillah lumayan rame, Rah. Oh iya, besok coba kamu bawa Linda ke rumah sakit aja ya Rah, dia sakit lagi tuh," ucap Kak Dimas."Sakit lagi? Padahal obatnya sudah habis loh, kok dia masih sakit ya?" tanyaku."Entahlah, kalau menurut Kakak sih lebih baik ia melakukan tes pemeriksaan misal tes HIV-AIDS gitu, soalnya dia kesakitan terus loh di panggul dan bawah perutnya sama demam lagi."Aku berdecak lalu merenung, semoga saja Mbak Linda tidak sampai terkena penyakit menjijikkan itu. Jika sampai ia terkena maka tidak menutup kemungkinan aku atau Mbak Wati pun juga akan ikut terkena.Oh Tuhan, jangan biarkan hal itu terjadi."Nih minum, aku buatin teh panas," ucap Mbak Wati sambil meletakkan nampan berisi dua cangkir teh di atas meja."Buat aku, Ti?" tanya Kak Dimas."Ya iyalah Kak, masa buat pak lurah," sahutku sambil tersenyum tipis."Ya siapa tahu tehnya buat kamu, Rah." Kak Dimas malah terkekeh."Udah-udah in

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 149 Fransisca itu Pendusta!

    Sampai di rumah, aku langsung mengajaknya makan karena Kak Dimas dan Mbak Wati belum pulang sehingga aku hanya mengenalkan wanita ini pada Mbak Linda."Oh iya, perkenalkan namaku Amanda dari Yogyakarta, Mbak. Terimakasih ya Mbak kalian sudah mau menampungku disini," ucap wanita itu sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya."Iya sama-sama. Aku sarah dan ini kakakku Linda, kalau boleh tahu kenapa anak buah Fransisca ingin membunuhmu?" tanyaku."Tunggu dulu, jadi kamu ini anak buah Fransisca?" tanya Mbak Linda, sementara wanita itu terlihat menganggukkan kepalanya."Apa Mbak kenal dengan Mami Fransisca?" tanya wanita itu."Tentu saja kenal, kami memiliki masalah besar dengan perempuan itu.""Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa anak buah Fransisca ingin membunuhmu? Lalu untuk apa kamu melarikan diri seperti ini? Bukankah hidup kalian sangat terjamin jika bersamanya?" tanya Mbak Linda lagi."Tidak Mbak, Fransisca itu pendusta! Dulu dia pernah bilang kalau aku boleh berhenti bekerja

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 150 Apartemen

    Siang ini kami mendatangi apartemen itu hendak menyewa salah satu kamar yang dekat dengan tempat putriku berada.Transaksi telah selesai, aku berhasil menyewa kamar tepat di samping kamar yang ditunjukkan pemilik akun bernama Mawar Berduri itu selama satu bulan dan hari ini juga aku sudah bisa menempati kamar itu.Sekarang aku kembali ke rumah sementara Kak Dimas kembali ke butiknya, aku sangat senang akhirnya satu langkah lagi aku bisa bertemu dengan putri kecilku dan semoga saja usahaku ini akan berhasil."Tunggu Mama ya sayang, sebentar lagi Mama akan menjemputmu!" gumamku.Sore ini aku mulai menempati unit apartemen yang kusewa diantar Kak Dimas dan Mbak Wati. Sekarang kami semua berkumpul di ruang tamu memikirkan cara untuk masuk ke unit sebelah."Bagaimana jika kita antarkan makanan saja untuk memperkenalkan diri sebagai tetangga baru?" ucap Mbak Wati."Ish, ini apartemen Mbak bukan kompleks! Orang-orang di sini cenderung hidup masing-masing dan cuek satu sama lain. Coba pikirka

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 151 Mengambil Kembali Putriku

    Dada ini berdebar hebat, takut jika aku akan berpisah lagi dengan putriku. Aku sangat berharap Tuhan mengirimkan bantuan untukku saat ini. Lelaki itu terdengar melangkah mendekat, aku yakin jika berbalik badan mungkin saat ini lelaki itu akan langsung menghajarku."Ditanya bukannya jawab malah diam saja! Siapa sih ini orang, berani-beraninya masuk ke dalam kamar ini?!" gerutunya.Dapat kurasakan tangannya menyentuh bahu, sedangkan aku terus memutar otak memikirkan cara untuk melumpuhkan lelaki ini. Tetapi tak disangka otakku sedang buntu, sehingga aku tidak menemukan satupun cara yang efektif.Tiba-tiba di belakang sana aku mendengar suara langkah kaki berlari, lalu beberapa menit kemudian terdengar suara erangan dan suara sesuatu yang jatuh ke lantai.Aku berbalik badan, seketika mataku membulat saat melihat lelaki itu terkapar di lantai sudah tidak sadarkan diri."Ayo kita keluar dari sini!"Akhirnya aku bisa bernafas lega, ternyata Mbak Wati yang sudah melumpuhkan lelaki itu meng

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 152 Secarik Kertas dari Fransisca

    "Sarah, barusan Mbak sudah menyuruh satpam untuk membelikan popok dan baju ganti untuk anakmu, Rah." ujar Mbak Wati masuk ke dalam kamar.Aku mengangguk tidak terpikirkan sama sekali untuk membelikan barang-barang untuk bayi ini."Oh iya, mau kamu kasih nama siapa bayimu, Rah?" tanya Mbak Wati."Adinda, Mbak.""Sejak hamil aku ingin sekali menamai putriku dengan nama itu," jawabku sambil tersenyum menatap wajah bayi ini.Matanya yang bulat dan jernih menatapku, gerakan mulutnya yang sedang menghisap dot membuatku semakin gemas saja."Nama yang cantik, tapi nama panjangnya siapa, Rah? Apa kamu akan memakai nama ayahnya untuk nama panjang Adinda?" tanya Mbak Wati lagi."Tidak, aku tidak ingin memakai nama bajingan itu di belakang nama putriku! Ayah macam apa yang tega menjual darah dagingnya sendiri, Mbak?!" jawabku ketus.Mengigat Rama, ingin sekali aku memutar waktu agar tidak menikah dengan lelaki bernama Rama itu dan ia menjadi ayah dari putriku. Tetapi sayang aku tak mampu memutar

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 153 Fransisca Menyiksaku (POV LINDA)

    (POV LINDA)Sore itu aku sedang meringkuk di kamar sambil memegangi perut yang terasa sakit dan nyeri, tak hanya itu badanku pun juga demam tinggi.Entah mengapa akhir-akhir ini badanku begitu lemah, sering lelah dan sakit yang begitu menyiksa apalagi jika datang bulan maka rahim ini akan merasakan nyeri yang luar biasa.Seakan tangis dan lara ini adalah teman hidupku. Bagaimana mungkin hidupku semiris ini? Dokter menyarankan aku harus melakukan tes kesehatan dan tes HIV, tetapi aku tidak ingin melakukan tes itu karena aku sudah tahu pasti hasilnya akan positif.Bertahun-tahun di gauli oleh banyak lelaki dengan cara yang berbeda-beda bahkan ada yang menggauliku dengan cara yang aneh, jadi tidak menutup kemungkinan penyakit itu pasti akan menyerang.Tiba-tiba aku mendengar suara pintu depan terbuka begitu kencang, apakah mungkin yang membuka pintu itu Sarah, Dimas dan Wati? Rasanya tidak mungkin.Tak berselang lama aku terkejut ketika mendengar suara Amanda yang merupakan bekas anak b

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 154 Lakukan Saja Apa yang Kau Suka!

    Kaos warna putih kini berubah menjadi merah karena darah yang keluar dari tubuh akibat dicambuk. Hingga Di cambukan ke dua puluh Fransisca memperintahkan anak buahnya untuk berhenti."Cukup! Cukup!" titah Fransisca.Akhirnya lelaki itu berhenti mencambukku, setelah itu Fransisca menghampiri seorang lelaki yang sedang memegang kamera."Bagaimana rasanya? Enak bukan?" tanya Fransisca dengan wajah sinis.Aku hanya bisa meringis menahan rasa sakit pada tubuh ini terlebih tidak sedikit kulit yang terkelupas terasa amatlah perih."Oh iya, hari ini jangan beri dia makanan atau minuman!" ucap Fransisca pada anak buahnya."Silahkan saja kalian menyiksaku! Toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat masih menjadi tahanan Sulis dan suatu saat kau pasti bernasib sama sepertinya, Fransisca!" gumamku lirih."Bicara apa kamu, hah!?" bentak Fransisca.Sedangkan aku hanya bisa menatap kosong ke arahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."Ayo keluar!"Mereka semua pun keluar dan menut

Bab terbaru

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status