Semua Bab Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Bab 121 - Bab 130

207 Bab

Bab 121 Tembok Pembatas

Tidak menyia-nyiakan kesempatan aku kembali menendang kepala lelaki itu dengan sekuat tenaga hingga kepala anak buah Fransisca kembali membentur tembok dan tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah.Akhirnya aku bisa bernafas lega melihat lelaki itu terkapar dalam keadaan tak sadarkan diri. Sambil berpegangan pada dinding aku berusaha untuk kuat dan berdiri meski tulang-tulang ini terasa nyeri.Dengan segera aku menggeledah tubuh lelaki itu untuk mencari kunci kamar tempat Mbak Wati di sekap."Nah, ini pasti kuncinya," gumamku saat menemukan sebuah kunci di dalam saku celananya.Namun, saat membuka kunci tiba-tiba lampu rumah ini padam. Sudah pasti ini akibat kebakaran di depan sana sehingga orang-orang mematikan listrik untuk keamanan.Tetapi hal itu justru menguntungkan bagiku dan Mbak Wati, setelah pintu kamar terbuka aku memegang tangan Mbak Wati yang terasa dingin."Ayo kita keluar Mbak," bisikku.Berjalan cepat sambil meraba-raba dinding."Aaaak!" Tiba-tiba Mbak Wati t
Baca selengkapnya

Bab 122 Potongan Besi

Semakin berdebar dada ini saat mendengar suara sepatu anak buah Fransisca yang bersentuhan dengan lantai semen, menyorotkan flash ponsel ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan senjata. Namun, aku tidak menemukan apapun selain besi untuk menjemur pakaian."Begini Mbak, kamu pancing lelaki itu di sana nanti aku akan dorong dia supaya jatuh ke bawah. Bagaimana, apa kamu sudah faham?" tanyaku sambil berbisik."Baiklah, aku mengerti."Aku mengangguk lalu bersembunyi di dekat genteng yang lebih tinggi, sementara Mbak Wati berdiri di ujung pembatas tembok.Lampu senter terlihat menyoroti wajah Mbak Wati, sepertinya lelaki itu mulai menapaki tempat jemuran ini. Bisa saja aku menendang tubuh lelaki itu sekarang juga, tapi aku takut hal itu akan menyebabkan anak buah Fransisca yang lain datang. Aku tidak mungkin bisa melawan mereka semua yang berbadan besar.Melawan orang-orang seperti itu harus memerlukan otak yang cerdik, tidak terlalu mengandalkan otot."Bagaimana? Apa perem
Baca selengkapnya

Bab 123 Cepat Lompat Dari Sana!

"Ayo julurkan tanganmu," ucap Mbak Wati sambil menjulurkan sebelah tangannya dari atas.Menggenggam erat pergelangannya, dengan memijak beberapa genteng akhirnya aku berhasil naik ke atas. Aku menelan ludah saat melihat ke bawah sana, cukup tinggi dan curam. "Ada cahaya senter, cepat sembunyi di balik tangki air."Berlari sekuat tenaga menuju belakang dua tangki air yang berukuran besar, menyandarkan punggung dengan mata terpejam dan nafas terengah-engah."Sarah, kita berhasil," ucap Mbak Wati sambil tersenyum."Berhasil gimana Mbak? Kita masih harus berjuang untuk turun ke bawah sana loh," ucapku sambil melihat ke bawah sana.Tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki yang berteriak memanggil temannya di bawah sana. "Bowo!""Bowo! Dimana kamu?!"Mengintip sedikit ternyata lelaki itu belum menyadari jika temannya sudah jatuh ke bawah. Ia terlihat kembali turun dan keadaan kembali gelap gulita."Kita akan turun lewat mana Rah?" tanya Mbak Wati sambil berbisik.Menyalakan flash ponsel
Baca selengkapnya

Bab 124 Mau Apa Lagi Dia?

Bugh!Tubuhku menghantam tubuh Kevin yang kurus dan tinggi. Aku memang mendarat dengan tepat, tetapi ia tidak berhasil menyeimbangkan tubuhnya hingga terjatuh ke paving blok.Bahkan dapat kurasakan dadaku dan dadanya saling bersentuhan, juga terdengar suara erangan kecil darinya. "Apa kamu baik-baik saja, Rah?" tanya Kevin masih dalam posisi yang sama. Aku menindih tubuhnya dari atas, sementara ia telentang sambil memeluk tubuhku dari bawah.Untuk beberapa detik aku tercenung menatap matanya dengan dada berdebar-debar, tidak sanggup mengatakan kalimat apapun."Sarah!" sentak Kevin membuatku terperanjat."Ah iya maaf-maaf, aku baik-baik saja. Kamu pasti sakit ya?"Dengan tertatih aku mencoba untuk bangkit, bahkan ia membantuku berdiri sambil memegang pergelangan tanganku."Apa kamu baik-baik saja Vin? Maksudku, apa ada yang terluka?" tanyaku sedikit khawatir."Aku tidak apa-apa Rah, lalu bagaimana denganmu? Apa ada yang sakit?" Ia malah balik bertanya."Aku tidak apa-apa. Lihat di ata
Baca selengkapnya

Bab 125 Percobaan Bunuh Diri

Klek!Aku langsung berbalik badan saat pintu kamar ini di buka, dengan tatapan melongo karena terkejut."Fokus lihatin apa sih kamu Rah, kok Kakak masuk saja kamu sampai kaget begitu?" tanya Kak Dimas sambil melangkah masuk ke dalam kamarku."Gak lihat apa-apa kok, lagian Kakak juga sih masuk ke kamarku nggak ketuk pintu dulu kan aku jadi kaget," ucapku cemberut lalu berbalik badan untuk menutup tirai jendela.Jangan sampai Kak Dimas melihat Nadia di ujung jalan sana, aku tidak ingin ia khawatir berlebihan ke padaku."Hehe, iya-iya maaf. Ya sudah kamu mandi dulu sana! Masa iya adik Kakak yang paling cantik ini kucel begini," ucap Kak Dimas menggodaku sambil mengacak-acak rambutku yang lumayan kusut."Yee, kucel-kucel begini masih banyak yang suka kalii." ucapku terkekeh."Ihh.. ke PDan, udah sana mandi dulu habis itu Kakak mau bicara," titah Kak Dimas."Iya iya Kakakku yang paling bawel," ujarku mencubit pipinya lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar ini untuk members
Baca selengkapnya

Bab 126 Siapa Mereka?

Saat sudah di depan pintu kamarnya aku pun kembali membalikkan badan, rupanya aku sudah berhasil membuat hatinya terbuka. Mbak Linda terlihat meletakkan pisaunya di atas meja sampingnya lalu terduduk di lantai sambil memegang lututnya.Aku pun kembali menghampirinya."Yang kuat, yang sabar ya Mbak." Aku memeluk tubuhnya dengan erat."Sarah, bantu Mbak untuk mencari Sulis ya. Jika dia sudah mati Mbak ingin tahu dimana kuburannya dan jika ia masih hidup maka tanganku sendiri yang akan membunuh perempuan itu," ucap Mbak Wati sambil mengepalkan tangan.Oh Tuhan, ternyata Mbak Linda menyimpan rasa dendam yang begitu besar pada Sulis.Aku melepaskan pelukan lalu menganggukkan kepala, meskipun aku tidak tahu entah bisa atau tidak menuruti keinginannya.Karena setelah putriku di temukan aku ingin bahagia bersamanya dan aku tidak ingin membalaskan dendam ke pada siapapun. Meskipun aku tahu jika Mamaku meninggal karena Sulis tetapi aku ikhlas, mungkin ini sudah menjadi garis takdirnya dan biarl
Baca selengkapnya

Bab 127 Apa Maumu, Nadia?

Bibir wanita yang dihias lipstik merah menyala itu tersenyum tipis sambil mengibaskan rambutnya yang tergerai, ternyata dalang dari penculikan ini adalah Nadia.Aku menatap matanya dengan tatapan tajam dan rahang mengeras, perempuan ini benar-benar membuatku muak. Ia berani menyerangku tanpa sebab, padahal aku sama sekali tidak pernah mengusiknya. Lagi pula suaminya yang nekat terus-menerus menolongku.Lihat saja Nadia, jika kesabaranku telah habis maka aku bisa menghabisimu dengan tanganku sendiri."Lepaskan kain yang menyumpal mulut perempuan itu!" titah Nadia pada salah satu anak buahnya itu.Lelaki itu mendekat dan membuka ikatan kain yang digunakan mereka untuk menutup mulutku. Rahang ini terasa nyeri setelah lelaki itu melepaskan ikatannya."Ambil ini! Sekarang kalian boleh pergi, tapi ingat kalian jangan pernah buka mulut soal perempuan ini!" Nadia menyerahkan amplop coklat pada salah satu lelaki itu. Ternyata tiga orang lelaki itu bukanlah anak buah Nadia melainkan preman bay
Baca selengkapnya

Bab 128 Kevin Terluka Parah

"Kevin?" ucapku terkejut.Ia membuka ikatan tanganku dengan sangat hati-hati lalu berusaha menopang tubuhnya agar bobot tubuhnya tidak terlalu berat saat menindihku."Kevin, apa kamu tertembak?" tanyaku sedikit panik.Aku masih terpaku menatap wajahnya, tubuh ini seolah kaku digerakkan lantaran terkejut dengan apa yang sudah terjadi beberapa detik yang lalu. Secara tiba-tiba Kevin berlari dan memeluk tubuhku hanya untuk melindungiku dari peluru istrinya itu, tapi kenapa ia rela mengorbankan nyawanya demi menolongku? "A-aku ti-tidak apa-apa," jawabnya dengan suara terbata.Sementara di depan sana Nadia hanya terisak, ia sama sekali tidak berinisiatif membangunkan Kevin dari tubuhku."Aku akan bangun, aku masih bisa bangun, kamu tenang saja ya."Rahang Kevin mengeras dengan mata menyipit menahan rasa sakit. Aku tahu ia kesakitan akibat peluru itu, hanya saja ia tidak ingin menampakkan rasa sakit itu di hadapanku."Maafkan aku, Kevin." Hanya bisa menangis melihatnya berusaha bangkit den
Baca selengkapnya

Bab 129 Memutar Balikkan Fakta

Dan untuk kedua kalinya Nadia mendorong tubuhku lagi, ia tidak ingin aku menyentuh Kevin."Jangan sentuh suamiku!" teriaknya.Emosiku memuncak melihat wanita ini begitu egois. Segera berdiri lalu melangkah mendekatinya, setelah itu aku melayangkan tangan menampar pipi Nadia dengan harapan ia sadar dengan kondisi suaminya."Sadarlah, Nadia! Kamu tidak lihat, suamimu ini sedang sekarat? Tidak ada waktu untuk memperdebatkan perasaanmu sekarang, kalau kamu tidak ingin menolongnya, lebih baik kamu diam saja!" tegasku sambil menatapnya dengan nafas terengah-engah.Ia terlihat memegang sebelah pipinya dengan nafas naik turun dan mata yang melotot menatap ke arahku.Setelah itu aku berjalan menghampiri Kevin lalu menarik tangannya mencoba membantunya untuk berdiri. Namun, rupanya kekuatan tidak bisa mengangkat tubuh Kevin yang sudah tidak sadarkan diri.Beruntung terdengar sirine ambulance, aku melihat ke bawah ternyata benar mobil ambulance sudah terparkir di halaman rumah kosong ini."Hei!
Baca selengkapnya

Bab 130 Takdir

"Satu lagi Om, aku tidak memiliki senjata api, kalau Om mau bukti periksa saja jaket Nadia. Di sana pasti ada senjata api milik Kevin yang ia gunakan untuk menembakku," sahutku dengan santai sambil menatap wajah Nadia.Perempuan itu terlihat gugup, dengan sebelah tangan Nadia meremas jaket yang ia kenakan."Sini, biar aku saja yang geledah. Pistol tadi masih ada di dalam jaketmu itu kan?" Aku maju beberapa langkah mendekati Nadia dan memaksa istri Kevin untuk membuka jaketnya.Nadia mundur dan menepis tanganku dengan kasar."Jangan macam-macam kamu ya!" tegasnya.Aku hanya tersenyum sinis sambil menyilangkan kedua tanganku di dada."Lihatlah Om, Nadia begitu ketakutan saat aku menggeledah pakaiannya itu pasti karena dia sedang menyembunyikan barang bukti dibalik jaketnya," ucapku sambil menatap Nadia dan Om Wisnu secara bergantian."Nadia, cepat buka jaketmu! ucapan Sarah memang masuk akal, tidak sembarang orang bisa memiliki senjata api di negara ini dan kamu, istri Kevin yang berpro
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status