Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 101 - Chapter 110

207 Chapters

Bab 101 Video Syur Sarah (Pov Sulis)

(Pov Sulis)"Dasar bodoh! Ini dompetnya kosong, kemana isinya, hah?" Aku melemparkan dompet itu ke wajah anak buahku."Apa?"Mereka malah melongo, menatap dompet yang terjatuh ke lantai lalu dengan tangan bergetar mereka pun mengambil benda itu."Maaf Nyonya, sepertinya paspor dan kartu identitas Nyonya sudah diambil oleh Sarah. Maafkan kami tidak mengecek isinya terlebih dulu sebelum kami pergi.""Dasar tidak berguna! Cepat kalian cari perempuan itu dan jangan kembali sebelum kalian berhasil mendapatkan semua kartu identitasku!" "Baik Nyonya."Dasar menantu tidak tahu diri! Lihat saja kau Sarah, akan aku buat kau malu seumur hidupmu!Bukan hanya mengomersialkan videonya tetapi aku akan menyebarluaskan video syurnya itu pada komunitas lelaki hidung belang. Aku harap para lelaki itu memburu Sarah karena penasaran terhadap tubuhnya.Tiba-tiba ponselku bergetar, ada sebuah pesan video masuk ke ponselku. Mata ini membeliak kala melihat isi video itu.Ternyata Sarah sudah membakar paspor
Read more

Bab 102 Lelaki Gila Itu Putraku

"Hahaha..."Tiba-tiba terdengar suara tawa seorang lelaki dari arah belakang. Mataku membulat saat melihat seorang lelaki dewasa berjalan lalu duduk di sampingku sambil cengar-cengir menampilkan deretan giginya yang kuning.Sepertinya lelaki ini mengalami gangguan jiwa, karena ia tidak berhenti tertawa dan tidak terkejut dengan kehadiranku.Rambutnya gondrong dengan kumis dan jenggot yang menghiasi wajahnya yang bersih. "Emm! Emmm! Emmm!"Aku mengerang berharap lelaki itu mengerti jika aku memintanya untuk membuka ikatan di tangan dan kakiku ini.Tetapi lelaki itu malah tak henti-hentinya tertawa, Setelah itu ia menyenderkan punggungnya ke dinding sambil menatap wajahku dengan tatapan kosong."Emmm! Emmmm! Emmm!"Tenggorokanku rasanya sakit karena terlalu keras mengerang, tetapi lelaki itu masih tetap diam dan menatapku dengan tatapan kosong. Sial, lelaki gila ini memang tidak bisa diandalkan.Aku hanya bisa pasrah karena tubuhku yang lemah tidak bisa membuka ikatan kaki dan tanganku
Read more

Bab 103 Sulis Menghilang (Pov Sarah)

(Pov Sarah)Sudah beberapa hari ini aku dan Kevin memantau rumah yang kudatangi kemarin dibantu oleh Alex yang merupakan teman Kevin. Namun, Sulis sama sekali tidak nampak di sana bahkan anak buah Sulis yang terlihat hanya beberapa orang saja, entah kemana yang lainnya."Bagaimana? Apakah kamu mendapatkan sesuatu?" tanya Kevin pada Alex.Lelaki itu ditugaskan untuk mencari informasi soal Sulis dari para anak buahnya. Keadaan tidak memungkinkan bagi kami untuk bertanya langsung pada mereka, karena semua anak buah Sulis sudah mengenali wajahku, Kak Dimas dan Kevin."Ternyata Sulis menghilang beberapa hari ini dan mereka semua sedang sibuk mencari perempuan itu kemana-mana," ujar Alex sambil melepas jaket kulitnya."Apa anak buah Sulis mengatakan terakhir kali Sulis pergi kemana dan menemui siapa?" tanyaku.Sangat tidak mungkin Sulis bepergian seorang diri tanpa mengatakan apapun pada salah satu anak buahnya. Padahal sejak dulu aku sangat tahu jika Sulis selalu bepergian membawa beberapa
Read more

Bab 104 Mengikuti Diky

Dari awal aku bercerita, Tasya banyak menyangkal. Sepertinya ia tidak percaya jika Mas Rama dan keluarganya sejahat itu."Asal kamu tahu ya Sya, aku sudah banyak bertarung dengan anak buah Sulis bahkan sampai ke hutan belantara. Dengan mata kepalaku sendiri, aku menyaksikan semua kekejaman Mas Rama dan keluarganya di desa itu, bahkan keluargaku dan Kevin yang menjadi saksinya. Mereka itu sangat kejam, menghalalkan segala cara hanya demi uang.""Oh Tuhan, jadi kamu menikah dengan orang yang salah? Jika begini aku jadi makin takut saja jika harus memilih seorang suami," ujar Tasya melongo.Aku mengerlingkan mata, kenapa ia jadi curhat?"Yang sabar ya Rah, aku berharap semoga bayimu itu cepat ditemukan. Pasti menyedihkan sekali berpisah dengan anak yang baru saja kita lahirkan." Ia menatap wajahku dengan tatapan prihatin."Aku jadi ingin bertemu Rama, ingin kutendang saja wajahnya itu. Keterlaluan banget sih! Udah jadi suami dan ayah juga, malah banyak tingkah. Dasar lelaki tak punya hat
Read more

Bab 105 Berusaha Melepaskan Diri (Pov Sulis)

(Pov Sulis)Air mataku tidak berhenti mengalir kala melihat Gilang makan dengan lahapnya, tangan kurusnya bergetar ketika ia menyuapkan nasi ke mulutnya. Mengunyah dengan ritme yang begitu cepat, seolah-olah ia tidak diberi makan berhari-hari."Emmm! Emmm!"Sambil mengunyah makanan Gilang menatap wajahku perlahan, terbengong untuk beberapa detik, namun tak sampai tiga detik perhatiannya kembali fokus pada makanannya. Tidak berselang lama pintu ruangan kembali terbuka, wanita yang mengenakan sebo itu masuk kembali."Sudah selesai belum makannya?! Kalau makan itu yang cepat! Itu lagi nasinya kok berantakan, cepat pungut!" teriak wanita itu dengan lantang.Dengan tangan bergetar Gilang memungut nasi yang berserakan di lantai satu persatu. Namun, wanita itu malah merebut piring yang ada di tangan Gilang dengan kasar, padahal di piring itu masih ada nasi yang tersisa."Makanya kalau makan yang cepat! Aku nggak punya banyak waktu untuk menunggu kamu selesai makan. Sekarang habis nggak habi
Read more

Bab 106 Pertarungan Sengit

"Bukan aku yang mengurung putramu, Sulis. Tapi dia dikurung karena perbuatannya sendiri, kamu harus tau anakmu itu tumbuh menjadi anak yang berandalan, sering mabuk dan mengonsumsi obat-obatan terlarang sejak usianya menginjak remaja. Dia sudah berkali-kali masuk rumah sakit jiwa tetapi tidak sembuh-sembuh juga, hingga akhirnya jalan terakhir adalah mengurungnya.""Ha ha ha ha.."Rista tertawa lagi, ada banyak pertanyaan yang terbesit dalam benakku. Sebenarnya siapa yang mengasuh putraku selama ini? Apakah ia diasuh oleh Rista?"Aku sangat puas melihat putramu hancur dan merasakan sakit setiap harinya. Apa kamu ingin tahu siapa orang yang berperan besar memberikan obat-obatan terlarang itu?" tanya Ratih.Dadaku berdebar hebat saat ini, aku tidak siap mendengar hal buruk selanjutnya tentang Gilang. Duniaku seakan runtuh melihat hidup putraku hancur."Aku, Sulis. Akulah orang yang berperan besar sehingga Gilang bisa mengonsumsi obat-obatan terlarang itu!" teriaknya lagi di depan telinga
Read more

Bab 107 Gilang Tewas

"Gilang, Gilang ayo bangun! Gak boleh tidur Nak, gak boleh!"Aku menepuk-nepuk pipi kurus Gilang, tetapi ia tetap diam dan tidak bergeming lalu aku menempelkan jari telunjuk ke bawah hidungnya, tidak ada udara yang ia hembuskan.Oh tidak, aku pasti salah menduga-duga. Ini pasti karena cuaca yang begitu dingin sehingga aku tidak bisa merasakan hembusan nafasnya."Tolong! Tolong!" teriakku sambil menangis.Lalu dari kejauhan terdengar suara deru mobil yang datang."Gilang bertahanlah!" Gegas aku berlari ke tengah jalan raya, berusaha menghentikan mobil yang lewat. "Tolong, tolong saya!" teriakku sambil melambaikan-lambaikan tangan.Laju kendaraan itu pun berhenti, lalu dua orang pemuda terlihat keluar dari dalam mobilnya."Ada apa Bu? Kenapa Ibu berdiri di tengah jalan?" tanya salah satu pemuda."Mas, tolong kami. Kami habis di rampok, putra sulung saya..." Aku menoleh ke tempat dimana Gilang berada."Terluka karena... di keroyok oleh preman tadi. Saya mohon bantu saya membawanya ke r
Read more

Bab 108 Mengikuti Fransisca

(Pov Sarah)Mengabaikan Mbak Linda aku memacu motor mengikuti kemana wanita bernama Fransisca itu akan pergi. Ini menyangkut bayiku sedangkan mama bisa diurus siapa saja, lagi pula Mbak Linda bukan bayi yang tidak bisa berbicara dan bertanya.Setelah lama mengikuti akhirnya mobil Fransisca masuk ke sebuah kompleks perumahan yang terkenal sangat elit, terbilang hanya orang-orang konglomerat sajalah yang mampu memiliki salah satu rumah di antara kompleks perumahan ini. Rumah-rumahnya megah dan mewah menjulang begitu gagahnya. Entah berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memiliki satu buah rumah di dalam kompleks perumahan ini. Karena hari sudah malam para satpam di sana sampai meminta kartu identitasku. Tak lupa mereka mengajukan beberapa pertanyaan kenapa aku mendatangi perumahan ini di malam hari.Sedikit tertinggal karena aku harus menjawab beberapa pertanyaan para penjaga, tetapi untungnya aku tidak sampai kehilangan jejaknya. Ternyata mobil Fransisca sudah masuk ke sebuah
Read more

Bab 109 Mama Diculik

"Apa? Diculik katamu?" tanyaku dengan nada meninggi.Merasa kesal saja, mengapa Mbak Linda tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri? Mengapa harus aku pula yang ikut turun tangan."Iya Sarah, tadi Mbak tinggal sebentar ke kantin pas kembali Mama udah nggak ada. Suster bilang katanya udan dibawa pihak keluarga karena mau dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. Mbak juga udah telepon Dimas, tapi dia sama sekali nggak tau apa-apa."Mbak Linda menjelaskan dengan panik, aku berdecak kesal karena merasa buntu. Di satu sisi aku khawatir pada Mama tapi di sisi lain aku sedang memikirkan cara untuk membawa kabur bayi ini."Sarah, dia Mama kamu juga kan? Ayo lakukan sesuatu, lagi pula kamu lagi dimana sih? Kok dari tadi Mbak tungguin nggak datang-datang juga?" Kali ini Mbak Linda seperti menyalahkanku."Biasakan kalau ada masalah itu tenang dan gunakan otak untuk berpikir. Mbak mau tahu sekarang aku ada dimana? Aku sedang mencari putriku saat ini!" ucapku dengan suara sedikit ada penekanan
Read more

Bab 110 Berdebat

"Kakak tenang saja, aku bisa jaga diri kok. Buktinya aku tidak tertangkap kan? Tadi tuh hampir saja aku bisa membawa bayiku, tapi karena Mbak Linda menelepon otakku langsung buyar gak bisa berpikir."Mbak Linda menoleh ke belakang dengan bersimbah air mata."Jadi maksudnya kamu nyalahin Mbak? Mama lebih penting karena dia dalam bahaya, Rah. Kamu harus ingat dia itu Mama kamu juga!""Aku tahu, tapi Mama sudah dewasa lagi pula Mbak sendiri ngapain cuma jagain Mama sebentar saja masa bisa kecolongan! Terus apa maksud Mbak bicara seperti itu, seolah-olah bayiku tidak penting begitu?" sahutku kesal."Bukannya nggak penting Rah, tapi saat ini Mama yang lebih membutuhkan pertolongan kita. Sedangkan bayimu baik-baik saja kan di sana?" ucapnya dengan terisak.Entah kenapa aku merasa keberatan dengan argumen Mbak Linda yang seolah-olah menganggap remeh bayiku."Kata siapa bayiku baik-baik saja di sana? Dia di asuh oleh perempuan yang memiliki bisnis kotor, sama dengan Sulis. Bayiku juga dalam
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status