Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 91 - Chapter 100

207 Chapters

Bab 91 Diamputasi (Pov Rama)

(Pov Rama)Sungguh menyakitkan rasanya, saat tubuhku lemah tidak berdaya tetapi tidak ada satu pun warga yang merasa iba.Dengan berteriak mereka mencaci maki dan menghinaku. Bahkan dalam keadaan telanjang mereka tidak segan-segan melempari tubuhku dengan menggunakan kayu serta batu. Beruntung polisi datang, sehingga aku bisa segera dibawa ke rumah sakit. Luka di kaki akibat gigitan binatang buas ketika di hutan itu terasa amat menyakitkan.Setelah habis dua botol cairan infus dan dua kantung darah barulah tubuhku kembali membaik, tidak terlalu lemas seperti tadi. Kenapa Sarah begitu tega, membiarkanku diarak warga dalam keadaan kakiku yang terluka parah seperti ini? Bahkan saat ini dia ada di luar, bersama dengan beberapa orang anggota polisi itu. Tetapi yang kucemaskan saat ini adalah ibu, entah ada dimana ia sekarang. Keadaan tidak memungkinkan untuknya menemuiku kemari dan aku juga tidak bisa menghubunginya karena daya ponselku yang habis.Namun, aku sedikit lega karena malam i
Read more

Bab 92 Luka di Tangan Bang Reza

(Pov Rama)Jika kasus ini beredar, tidak menutup kemungkinan polisi akan segera menguak kasus ini sampai ke akar dan mereka yang terlibat dengan bisnis ibu pasti akan segera di tangkap.Semoga ibu segera bertindak agar hal itu tidak terjadi, karena bisa jadi nasibku akan menjadi lebih buruk, jika tidak ada lagi orang di luar sana yang bisa membantuku terbebas dari hukuman nanti. Aku yakin setelah ini, publik pasti akan terus mendesak aparat kepolisian untuk segera menyelesaikan kasus ini hingga tuntas."Kenapa, Mas? Kamu takut? Kok murung begitu? Aku kasih tahu ya, mulut netizen itu memang lebih sadis dari apapun apalagi mereka bisa menguak apa saja hanya dengan jejak digitalnya. Aku harap setelah ini kamu bisa menerima hukuman dengan lapang dada, karena sebentar lagi kejahatanmu dan keluargamu itu akan segera terbongkar," ucap Sarah lagi membuat mentalku semakin memburuk."Dasar laki-laki tak punya hati, sudah mau mati saja kamu sama sekali tidak mau meminta maaf pada orang-orang ya
Read more

Bab 93 Akun F******k Misterius

(Sarah)Beberapa hari ini kami menginap di rumah Bu Yanti yang sebelumnya sudah di sewa Kak Dimas. Perempuan itu baik dan begitu penyayang terhadapku, beberapa kali ia mengungkapkan rasa sedihnya saat mendengar kisah hidupku dan bayiku.Beberapa hari ini kami semua juga sudah mendapatkan surat panggilan dari kantor polisi sebagai saksi sekaligus korban kejahatan Sulis dan keluarganya.Tetapi hingga saat ini Sulis belum juga tertangkap, keberadaannya masih menjadi misteri entah ada dimana. Terakhir aku bertemu dengannya, ia terluka di bagian wajahnya tetapi polisi tidak menemukan keberadaan Sulis, baik di rumah sakit ataupun di puskesmas desa ini. Aku yakin perempuan itu pasti melarikan diri ke Jakarta.Namun aku tidak menyerah, dengan yakin aku memberikan alamat lengkap apartemen Sulis di Jakarta dan polisi mengatakan akan terus mencari Keberadaan perempuan itu sampai ke Ibukota.Polisi juga mengatakan jika mereka akan memanggil kami lagi untuk dijadikan saksi sekaligus korban pada
Read more

Bab 94 Dompet Berwarna Hitam

Aku menyorotkan senter ke sekeliling, tidak ada pilihan lain selain memecahkan kaca jendela dapur karena kunci pintu depan dan belakang rumah ini pasti ada di tangan pihak kepolisian saat ini."Bagaimana jika kita pecahkan saja kaca jendela itu, Kak?"Kak Dimas menganggukkan kepala, ia pun pergi ke arah samping untuk mengambil sebuah batu besar lalu menghantamkannya beberapa kali ke arah kaca jendela hingga akhirnya kaca itu pun pecah berkeping-keping."Sebentar, Kakak bersihkan dulu pecahan kaca yang masih menempel pada kusennya."Terlihat masih ada banyak pecahan kaca yang terselip di kusen itu, dengan telaten Kak Dimas pun menyingkirkan pecahan kaca itu dengan menggunakan batu.Kak Dimas terlihat melepaskan kain korden yang tergantung di jendela lalu diserahkan ke padaku untuk membalut telapak tangan agar tidak tergores pecahan kaca itu."Gunakan kain ini supaya tanganmu tidak terluka!"Hingga akhirnya kami pun berhasil masuk ke dalam, berjalan menaiki anak tangga dalam keadaan ge
Read more

Bab 95 Kucing-Kucingan

Entah berapa detik nafasku tertahan menatap laki-laki yang sedang melotot ke arah kami itu. Namun, tiba-tiba saja Kak Dimas langsung mencekik leher lelaki itu hingga terjadilah pergulatan diantara mereka.Mereka berguling-guling di lantai saling menindih dan saling memukul. Untuk beberapa saat aku terdiam terpaku, bingung harus berbuat apa."Sarah, cepat pergi dari sini!" ucap Kak Dimas sambil terus berusaha melumpuhkan lelaki itu.Membawa dompet berwarna hitam yang berisi kartu identitas milik Sulis, aku berlari kencang menuruni anak tangga lalu keluar menemui Iksan dan teman-temannya yang berjaga.Hah hah hahBerkali-kali aku menelan ludah dengan nafas yang terengah-engah. "To-tolong di dalam sana Kak Dimas diserang anak buah Sulis!" Aku berjongkok merasakan dada yang terasa sesak sambil terus mengusap keringat yang mulai bercucuran membasahi wajah."Tapi apa dompet itu sudah ditemukan Rah?" tanya Iksan dengan raut wajah panik."Sudah,""Syukurlah kalau begitu. Kamu, cepat bawa Sa
Read more

Bab 96 Berbuat Licik

Benar saja, pemuda itu langsung melajukan motornya semakin kencang, bahkan tubuh ini rasanya melayang-layang di udara saking kencangnya.Namun, tiba-tiba saja ia mengerem motornya secara mendadak membuat dadaku menghantam keras punggung pemuda itu."Astaga! Ada apa sih?" bentakku merasa kesal."Lihat ke depan, Mbak."Mataku membeliak, melihat dua orang lelaki yang sedang menghadang kami di tengah jalan. Saat ini posisi kami benar-benar terdesak, sementara di belakang sana anak buah Sulis yang lain juga semakin mendekat."Apa Mbak membawa senjata api?" tanya pemuda ini.Terlihat kedua lelaki yang menghadang kami di depan sana sedang turun dari motornya lalu berjalan mendekat."Tidak ada, senjata api ada di tangan Kak Dimas dan Iksan. Bagaimana ini, aku tidak ingin menyerahkan dompet ini pada mereka?" Aku memukul-mukul punggung pemuda di depanku dengan rasa panik."Aha, aku punya ide. Pegangan yang kuat ya Mbak, kalau perlu tutup mata saja."Ia kembali menghidupkan motor dan melajukanny
Read more

Bab 97 Membakar Paspor Sulis

Pemuda itu masih melongo menatap wajahku, matanya yang bulat ditambah lubang hidungnya yang kembang kempis membuatku ingin tertawa kencang."Lihat ini," ujarku menyeringai tipis."I-ini, paspor Sulis Mbak?" tanya pemuda itu."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" Aku memperagakan seseorang yang sedang viral di media sosial.Pemuda yang berdiri di hadapanku ini malah terbahak dengan wajah menengadah."Ketawa lagi, kutendang ke jurang tubuhmu nanti." Aku mendelikkan mata lalu berjongkok melihat ban motor yang pecah tak berbentuk."Gila sih ini, Mbak emang pandai! Aku malah nggak kepikiran dari tadi," sahutnya mengacungkan ke dua jempolnya ke arahku."Yaelah, gini-gini aku juga pinter kali," ucapku tersenyum tipis."Sudahlah, sekarang kita pikirkan bagaimana caranya kita pulang. Apa kamu bawa ponsel?" tanyaku."Bawa dong, bentar aku hubungi Iksan dulu," jawabnya sambil merogoh ponsel dari dalam sakunya."Oh iya kita belum sempat kenalan, siapa namamu?" tanyaku lagi."Mau tahu aja apa mau tah
Read more

Bab 98 Kembali ke Jakarta

Lelaki itu terlihat berpikir keras sambil mengalihkan pandangannya. Entah berapa banyak uang yang digunakan Sulis untuk membayar anak buahnya, hingga dalam keadaan terdesak saja mereka masih ingin membela perempuan itu."Hem, mungkin saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju Ibukota, aku sudah berbicara sekarang cepat lepaskan aku!" bentak lelaki itu."Jangan coba-coba untuk berbohong ya! Cepat katakan yang sebenarnya!" bentak Kevin lagi sambil mentoyor kepala anak buah Sulis menggunakan moncong pistolnya."Aku tidak berbohong! Lagi pula temanku sudah mendapatkan dompet hitam yang berisi paspor itu, bisa saja malam ini Nyonya langsung meninggalkan Indonesia," jawab lelaki itu menyeringai."Sekarang katakan dimana alamat lengkap Sulis bersembunyi!" "Aku sudah bilang jika dia sedang dalam perjalanan menuju Ibukota. Apa kalian tuli, hah?"Feelingku mengatakan jika lelaki ini benar, sepertinya Sulis sudah percaya diri mendapatkan paspor dan kartu identitasnya untuk melarikan diri ke lu
Read more

Bab 99 Ledakan Tabung Gas

"Apa? Sulis membakar rumah kita?" tanya Mama panik."Iya Ma, coba lihat video ini! Bagian dapur rumah kita sudah terbakar," jawab Kak Dimas sambil memperlihatkan layar ponselnya ke arahku dan Mama.Benar saja bagian dapur terlihat api sudah membumbung tinggi, jika petugas pemadam kebakaran terlambat sudah pasti rumah itu akan terbakar semuanya."Dimas, kemarikan ponselnya! Biar aku hubungi temanku yang seorang petugas pemadam kebakaran," ujar Kevin.Kali ini aku tidak bisa berpikir jernih, rasanya aku tidak rela jika rumah peninggalan kakekku itu harus terbakar hanya karena perempuan itu."Halo Rian, ada kebakaran di blok B kompleks Perumahan Permai. Apakah kamu sudah mendapatkan laporan?"Terdengar Kevin sedang berbicara dengan seseorang di sambungan teleponnya. Sedangkan aku hanya bisa diam dengan perasaan yang hancur, rasa benci ini kian membara setelah melihat Sulis tidak habis-habisnya menghancurkan kebahagiaanku."Baiklah, tolong cepat ya. Aku dan keluarga yang rumahnya terbakar
Read more

Bab 100 Kompleks Perumahan Baru

Saat ini matahari telah benar-benar terbit, cahayanya pun menyeruak masuk ke dalam rumah bersamaan dengan dibukanya pintu rumah ini lebar-lebar.Tiba-tiba dari arah belakang aku mendengar suara benda jatuh, dengan secepat kilat aku berlari menghampiri asal suara itu. Ternyata di dapur ada seorang lelaki yang sedang mengutak-atik tabung gas milikku."Hei, siapa kamu?!" teriakku, orang itu langsung membalikkan badan dengan raut wajah terkejut.Dapat dipastikan lelaki itu merupakan orang suruhan Sulis yang ditugaskan untuk membakar rumah ini juga."Ada apa, Rah?"Kak Dimas dan Kevin masuk ke dapur dan mendapati lelaki itu yang kebingungan karena sudah terkepung."Oh ada kamu rupanya?"Kevin langsung menodongkan senjata api ke arah lelaki itu, sepertinya ia sedikit ketakutan karena jumlah kami yang lebih banyak sementara ia hanya seorang diri.Kevin memberi kode pada Kak Dimas untuk maju dan melumpuhkan lelaki itu, sementara dirinya tetap menodongkan senjata apinya."Ayo ikut!" tegas Kak
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status