Semua Bab Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Bab 71 - Bab 80

207 Bab

Bab 71 Rama Berhasil Menangkapku

"Mau pergi kemana kamu, hah?"Jantungku seolah berhenti berdetak saat menyadari Mas Rama telah berhasil menemukan tempat persembunyianku, padahal saat ini aku benar-benar lelah dan tidak ingin terus menerus bertarung seperti ini.Untuk beberapa detik kami saling memandang dalam diam."Ayo ikut aku!" tegas Mas Rama.Aku berusaha menepis cengkramannya beberapa kali tetapi ia malah semakin mempererat cekalannya lalu menarik tanganku dengan keras."Ayo ikut, Mas! Jangan berontak, Mas ini suamimu dan Mas tidak akan menyakitimu justru Mas merasa kasihan padamu, kita ke rumah sakit sekarang ya," ujarnya masih terus mencengkeram pergelangan tanganku."Suami kamu bilang? Suami macam apa yang tega menjual anak dan tubuh istrinya sendiri, hah?" teriakku pada Mas Rama.Cengkraman itu mendadak melonggar, ia menatapku tanpa berkedip mungkin ia tidak menyangka aku yang dikira tidak tahu apa-apa malah mengetahui semuanya."Apa maksudmu, Rah?""Kenapa? Kamu kaget, aku tahu semua ini?" ucapku sambil me
Baca selengkapnya

Bab 72 Melawan Reza

"Kamu mau bangun ya, sayang?" tanya Mas Rama seperti orang yang sedang mabuk obat-obatan.Ia membantuku untuk duduk meski ikatan itu masih mengikat kaki dan tanganku dengan kuat."Sini Mas bantu ya. Ini makan dulu, setelah itu minumlah obat ini ada antibiotik, vitamin dan obat-obatan lainnya agar rahimmu tidak pendarahan lagi. Mas, sudah mempersiapkan obat ini dari kemarin untuk berjaga-jaga jika Mas bertemu kamu dalam keadaan seperti ini sayang," ujarnya sambil menyodorkan plastik berisi beberapa roti dan juga satu plastik kecil berisi obat-obatan. Aku memandang roti dan obat-obatan itu sambil berpikir, saat ini aku memang membutuhkan makanan dan obat-obatan agar tubuhku kembali bertenaga dan rasa nyeri di bagian perut bawah ini hilang. "Makan dulu ya, Sayang."Dengan tatapan seperti orang mabuk ia menyuapkan roti selai cokelat itu kepadaku, tanpa pikir panjang aku pun membuka mulut lalu menggigit roti itu sedikit demi sedikit hingga habis.Setelah itu aku juga meneguk air mineral
Baca selengkapnya

Bab 73 Abangku Berusaha Melecehkan Istriku

(Pov Rama)Kini aku berdiri mematung di mulut gua menyaksikan Bang Reza yang sedang menindih tubuh Sarah yang keadaannya masih terlihat lemah.Apa yang akan ia lakukan terhadap istriku? Apa Bang Reza sedang mencoba memperkosanya?'Tega kau Bang! Dari sekian banyak wanita yang sudah kau cicipi, kenapa kau masih menginginkan tubuh istriku?' batinku sambil mengepalkan jari tangan.Ah, ini salahku! Kenapa aku membuka pakaian Sarah saat ada dirinya? Pasti ia sudah tergoda dengan kemolekan tubuh istriku, tetapi sebagai kakak harusnya ia bisa menghargaiku. Aku masih mematung memperhatikan gerak-gerik mereka. Sekarang kulihat Sarah berusaha memberikan perlawanan, tali yang mengikat tangan kanannya pun juga sudah terlepas dan kulihat ia menggunakan kesempatan itu untuk melawan Bang Reza.Lengan Abangku terluka hingga berlumuran darah, tetapi aku masih enggan menolong dan malah memperhatikan pergulatan antara istri dan abangku itu. Hatiku rasanya sakit, melihat kelakuan Bang Reza yang tidak bi
Baca selengkapnya

Bab 74 Lari dari Kejaran Rama

(Pov Sarah)Aku berjalan cepat ke arah kanan walaupun aku tidak tahu arah yang kulalui ini benar atau tidak menuju ke luar hutan.Berlari dengan tertatih sambil memegangi perut bagian bawah yang terasa nyeri, rasanya perut bawahku seperti ditekan dengan kuat. Ini pasti karena rahimku belum benar-benar kembali pulih.Aku terus berlari menerobos semak-semak belukar, menabrak pohon dan jatuh berkali-kali karena tersandung akar pohon.Nafasku memburu, jantungku berdetak kencang. Aku terus berlari tanpa arah dan tujuan. Sendirian di tengah hutan belantara aku merengsek ke semak belukar.Aku tidak tahu sudah berapa kali aku terjatuh, yang jelas kakiku sudah terasa sakit. Tenggorokanku mengering dan tenagaku seperti terkuras habis, nafasku terengah rasanya aku sudah tak mampu lagi untuk berlari.Aku berhenti sejenak sambil mengatur nafas. Melihat ke sekeliling hutan, tidak ada siapapun di sini hanya ada pepohonan besar dan rumput-rumput liar yang menghalangi jalan.Beruntung sekali aku memba
Baca selengkapnya

Bab 75 Evakuasi Korban Ledakan Granat

"Syuut, diamlah dan jangan berteriak!" bisik orang itu kembali menyumpal mulutku.Suara langkah kaki terdengar mendekat, terlihat Mas Rama sudah berdiri tepat di hadapan semak-semak tempatku bersembunyi sambil celingukan mencari-cari keberadaanku.Oh Tuhan jangan sampai ia berhasil menemukanku di dalam semak-semak dengan orang ini, bagaimana pun juga aku tidak ingin menyeret orang asing ini ke dalam masalahku."Sial aku kehilangan jejak, Sarah!" Terdengar Mas Rama berbicara sendiri sambil mengibaskan tangannya ke arah semak-semak."Lari kemana dia ya?" Terlihat Mas Rama melanjutkan langkah, pergi menjauh dari tempatku bersembunyi.Akhirnya aku bisa bernafas lega, orang di belakangku pun mulai melonggarkan bekapan tangannya."Ah, akhirnya Mas Rama tidak melihatku di sini," ucapku bangkit lalu menatap ke arah perginya Mas Rama.Setelah itu aku berbalik badan menatap laki-laki yang mengenakan penutup wajah di hadapanku ini."Siapa kamu?" tanyaku.Ia malah menempelkan jari telunjuk di bi
Baca selengkapnya

Bab 76 Polisi Mengintrogasiku

Setelah itu para aparat kepolisian itu terlihat menatap ke arahku yang sedang duduk di dalam mobil."Sarah, bisakah kamu keluar sebentar untuk memberikan keterangan pada mereka?" tanya Kevin.Aku berdecak kesal, apakah ia tak memahami jika saat ini perasaanku tidak enak karena mengkhawatirkan Kak Dimas."Memangnya untuk apa, Vin?" tanyaku."Untuk menemukan keberadaan Rama dan anak buahnya," "Baiklah, tapi sebentar saja ya," "Iya cuma sebentar kok, lagi pula mereka hanya akan menanyakan beberapa hal penting saja. Kamu tenang saja, mereka tidak akan menahanmu lama-lama," ujar Kevin sambil membukakan pintu mobil untukku.Aku mengangguk lalu keluar dari dalam mobil, beberapa orang polisi pun terlihat langsung menghampiriku."Permisi, kami ingin memberi beberapa pertanyaan terhadap Ibu, saya harap ibu bisa menjawab pertanyaan kami dengan jujur tanpa ada yang di tutup-tutupi," ujar lelaki berseragam itu."Baiklah Pak,""Sebelumnya dengan Ibu siapa?" tanyanya lagi."Saya Sarah, Sarah Fauzi
Baca selengkapnya

Bab 77 Rumah Sakit

Entah sudah berapa jam lamanya aku tertidur, kurasa perjalanan dari hutan menuju ke rumah sakit ini membutuhkan waktu lama."Kita sudah sampai, Rah. Ayo turun!" ucap Kevin sambil membukakan pintu mobil untukku.Senyumku merekah kala melihat banyak kendaraan berlalu lalang di luar sana, benar-benar suasana yang tidak kulihat beberapa hari ini. 'Akhirnya aku bisa keluar dari hutan itu' gumamku pelan.Ku tatap orang-orang yang sedang berlalu lalang di taman rumah sakit ini. Sesekali menyaksikan canda tawa mereka dengan orang terkasih. Hatiku sedikit merekah kala melihat banyak banyak anak-anak kecil yang sedang menikmati masa tumbuh kembang mereka dengan riang dan gembira. Membayangkan suatu saat aku bisa menemukan keberadaan anakku dan melihatnya tumbuh dalam didikanku. Membayangkan hal tersebut malah membuat hatiku terasa sakit. Karena Mas Ramalah aku harus berpisah dengan buah hatiku, aku benci kamu Mas!Tiba-tiba terdengar suara deheman Kevin yang berdiri tepat di sampingku."Ehem
Baca selengkapnya

Bab 78 Berita Buruk (Pov Sulis)

(Pov Sulis)Dalam keadaan tubuh telanjang bulat dan rasa sakit di sekujur tubuh akibat pukulan dan dan sulutan rokok yang berasal dari wanita-wanita jal*ng itu. Aku di gendong putra bungsuku meninggalkan bangunan yang terbakar keluar dari hutan ini, di ikuti dengan Reza dan para anak buahku di belakangnya. Ada rasa malu ketika area sensitifku terlihat oleh mereka, harusnya Rama atau Reza berinsiatif memberikan jaketnya untuk menutupi area sensitifku tanpa di suruh, tetapi nyatanya kedua anakku itu memang tidak peka."Kalian bawa ibuku ke rumah sakit dan jaga dia sebelum kami kembali, dan sisanya ayo ikut kami!" titah Reza.Akhirnya aku dibawa oleh dua orang pengawal menggunakan mobil menuju ke rumah sakit, beruntung sekarang aku sudah memakai pakaian lengkap sehingga tidak malu lagi jika bertemu dengan orang banyak.Tetapi tetap saja aku malu dengan anak buahku ini mengingat perjalananku menuju ke luar hutan aku masih dalam keadaan telanjang. Apalagi saat Rama dan Reza membantu memak
Baca selengkapnya

Bab 79 Menculik Sarah

(Pov Sulis)Beberapa menit kemudian, entah bagaimana caranya para pengawalku berhasil membawa Sarah masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan tak sadarkan diri."Bagus sekali kerja kalian!" ucapku sambil menyunggingkan senyum tipis.Lalu aku mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam dompet."Ini, tips untuk kalian!" Jelas saja kedua pengawalku itu langsung tersenyum lebar sambil menerima uang itu, dasar mata duitan!Ya, memang sudah menjadi kebiasaanku memberikan uang tips pada anak buahku jika mereka berhasil menjalankan tugas yang kuberikan. Dengan begitu para pengawalku akan tetap setia meski saat ini aku dalam keadaan terpuruk."Waah, terimakasih Nyonya," "Iya, tetapi bagaimana cara kalian membawa dia? Lalu apa tidak ada orang yang melihat dan mencurigai kalian saat membawa perempuan ini?""Kami membiusnya, Nyonya. Kebetulan saat kita beraksi keadaan sekitar sepi, tetapi pas mau bawa dia ke sini ada beberapa orang yang melihat dan bertanya pada kami, ya sudah ak
Baca selengkapnya

Bab 80 Mama Menyelamatkanku

"Aaaargghh!"Kulihat Sulis kesakitan saat pisau itu menancap di keningnya, tubuhnya terhuyung ke belakang sambil terus berteriak memanggil para pengawalnya."Aaarrggghhh... Yadi! Ari! Cepat kalian kemari, tolong aku!""Sudahlah jangan berteriak seperti itu, mereka tidak mungkin bisa menolongmu! Sini biar kubantu mencabut pisau itu," ujar mamaku.Aku menatap wanita yang sudah merawatku sejak kecil itu, rasanya aku tidak percaya melihat ia seberani ini. Mungkin ia sudah menghabisi anak buah Sulis dan menyerang wanita biadab itu itu tanpa rasa takut.Mamaku terlihat maju beberapa langkah, lalu mencabut pisau kecil yang menancap di kening Sulis dengan penuh keberanian. "Aaaargghh, sakit! Yadi! Ari! Dimana kalian! Cepat tolong aku!" teriak Sulis.Mama terlihat menyunggingkan senyum miring saat menatap ibu mertuaku itu. Aku seperti tidak mengenali mamaku sendiri saat ini, dia seperti kesetanan menyerang musuh. Apa jiwa kesatrianya bangkit saat melihat sang anak dalam bahaya?"Jangan hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
21
DMCA.com Protection Status