Home / Pernikahan / Rahasia Suamiku dan Keluarganya / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 111 - Chapter 120

207 Chapters

Bab 111 Diterkam Binatang Buas

Kami semua saling bertatapan dengan mata membeliak, apa maksud perkataan Sulis? Apakah di dalam bangunan ini memang ada kandang harimau?"Hah, Mama mau dilempar ke kandang harimau?"Mbak Linda berteriak dan sepertinya di dalam sana mereka menyadari kedatangan kami.Kak Dimas dan Kevin saling bertatapan lalu mereka sama-sama mengangguk, setelah itu Kak Dimas dan Kevin langsung menendang pintu dengan keras hingga pintu yang terbuat dari kayu itu roboh.Di depan sana Sulis dan anak buahnya langsung menatap kami yang berdiri di depan pintu.Anak buah Sulis ingin menyerang kami dengan senjatanya. Namun, perempuan itu malah merentangkan tangan mengisyaratkan para pengawalnya agar tidak menyerang."Baguslah kalian datang kemari, jadi kami tidak perlu repot-repot memvideokan kematian ibumu!" ucap Sulis.Kak Dimas dan Kevin sudah siap dengan menodongkan senjata api di tangannya."Lepaskan Mamaku, Sulis! Kau jahat, apakah belum cukup kau mengurungku bertahun-tahun lamanya, hah!?" teriak Mbak Wa
Read more

Bab 112 Mama Tewas

"Sarah, jangan dikunci! Cepat, selamatkan Mama dulu!" teriak Mbak Linda. Dengan mudahnya Mbak Linda berteriak menyuruhku menyelamatkan Mama, ia pikir masuk ke kandang harimau sama dengan masuk ke kandang kucing apa?!"Sarah, cepat! Dia itu Mamamu juga! Apa kamu nggak kasihan melihat Mama kesakitan, hah?!" teriak Mbak Linda lagi."Bisanya cuma berteriak, coba Mbak saja sana yang masuk! Berani tidak?" sahutku membentak, seketika ia langsung bungkam sambil menangis tergugu.Aku mengalihkan pandangan menatap Sulis yang nampak beringsut mundur sambil merangkak ke sudut kandang menghindari tatapan hewan buas yang sedang melangkah mendekatinya."Hei kalian, jangan diam saja! Cepat tolong aku !" teriak Sulis pada anak buahnya.Wajahnya merah ketakutan apalagi saat hewan buas itu melangkah mendekatinya. Sementara anak buah Sulis terlihat bingung, sepertinya mereka ingin menolong tetapi ragu karena nyawa mereka bisa ikut terancam. Alhasil mereka semua hanya saling pandang dan saling dorong, en
Read more

Bab 113 Pemakaman

Di perjalanan Mbak Linda tidak berhenti menangis, sambil mencium dan memeluk tubuh Mama bahkan darah Mama sampai mengotori wajah dan juga tangannya."Hiks, kenapa Mama pergi?" isaknya sambil memeluk tubuh Mama yang sudah tidak bernyawa."Maafkan aku, Ma.""Kenapa kebersamaan kita sesingkat ini.""Bertahun-tahun aku merindukan Mama, dan setelah kita dipertemukan kenapa Tuhan secepatnya memanggilmu." Mbak Linda tergugu.Kami semua sepakat akan membawa jenazah Mama ke rumahku, karena rumah Mama belum selesai direnovasi akibat kebakaran itu.Memberitahukan kepada pihak RT jika Mamaku meninggal dan akan dimakamkan di daerah ini. Para pelayat yang berasal dari tetangga terdekat dan kerabat Mama berdatangan, bahkan tetangga dekat Mama juga ada yang jauh-jauh datang melayat ke tempat ini."Ini untuk kalian, tapi ingat jangan ceritakan kondisi Mamaku pada siapapun," ucapku pada empat orang wanita yang membantu mengurus jenazah Mama.Bukan bermaksud untuk menyuap, hanya saja aku tidak ingin ada
Read more

Bab 114 Pov Kevin

(Pov Kevin)Namaku Kevin Fransiskus anak satu-satunya Papa dan Mama. Yang kudengar dari orang-orang, dahulu orangtuaku kesulitan memiliki seorang anak, hingga akhirnya mereka mengadopsi seorang anak yaitu Kak Gilang. Dan benar saja setelah beberapa tahun mengadopsi Kak Gilang, akhirnya Mamaku mengandung seorang anak yaitu aku.Sejak kecil aku selalu dimanja oleh papa dan mama, ketika aku bertengkar dengan Kak Gilang mama dan papa pasti membelaku dan memarahi Kak Gilang meski ia tidak sepenuhnya bersalah.Setiap ada permasalahan, selalu Kak Gilang yang menjadi sasaran pelampiasan emosi papa. Tak sekedar dimarahi, tapi Kak Gilang juga sering dipukul tanpa sebab. Bahkan ia juga kerap diusir dari rumah oleh papa. Namun, uniknya selang beberapa hari papa selalu mencarinya dan menginginkan ia kembali ke rumah karena mama sedang sakit.Beberapa kali Kak Gilang merasa tertipu karena ternyata setelah kembali pulang tidak ada yang sakit dan semua baik-baik saja. Kondisi harmonis hanya bertaha
Read more

Bab 115 Seseorang yang Menyerang Sarah

Suatu hari aku mendengar sebuah kabar dari salah satu teman Kak Gilang jika ia sedang patah hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Sejak saat itu Kak Gilang sering mengurung diri di dalam kamar, bahkan ia pernah tidak keluar kamar hingga berhari-hari.Sejak saat itulah Kak Gilang sering melamun, ketika ditanya ia sering marah-marah hingga bertengkar hebat dengan papa.Setelah pertengkaran hebat itu Kak Gilang tidak pulang ke rumah selama satu bulan. Setelah satu bulan itu papa menerima kabar jika Kak Gilang hidup terlunta-lunta di jalanan.Tetapi papa tidak peduli, hingga beberapa bulan kemudian aku melihat sendiri Kak Gilang sering berjalan di pinggir jalan seperti orang gila.Dan benar saja setelah kudekati ternyata Kak Gilang memang mengalami gangguan kejiwaan, aku pun menceritakan hal itu pada papa dan Tante Widya.Karena papa mengatakan jika dahulu ia mengadopsi Kak Gilang dari Tante Widya, tetapi papa sudah tidak peduli lagi dengan Kak Gilang. Ia malah menyerahkan penuh perma
Read more

Bab 116 Nadia Mengancamku

"Tunggu!" teriakku.Nadia menoleh kebelakang, wajahnya terlihat panik dan gugup ketika memandangku."Apa yang sudah kamu lakukan, Nadia? Kenapa kamu masuk ke dalam kamar Sarah dan menyerangnya?" tanyaku dengan tatapan penuh selidik."Jangan mengada-ada ya, aku cuma lewat aja kok." jawabnya sambil memalingkan wajah berusaha menghindar."Jangan bohong! Aku mengikutimu sejak kamu keluar dari jendela kamar Sarah, jadi aku tidak mengada-ada. Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa kamu menyerang Sarah, hah?" gertakku sambil mencengkeram pergelangan tangannya.Hening diantara kami berlangsung cukup lama sampai akhirnya ia mau berbicara."Kevin, aku ini istrimu! Tapi kenapa kamu selalu memprioritaskan Sarah? Bahkan kamu rela mengambil cuti demi menyusul perempuan itu ke kampung mertuanya. Padahal, seharusnya waktu cutimu itu untuk liburan kita berdua!" teriak Nadia dengan nafas terengah-engah."Kalau kamu masih nekat menemui perempuan itu, aku tidak akan segan-segan menghabisinya!" tegas Nadia m
Read more

Bab 117 Surat Adopsi

(Pov Sarah)Duduk beberapa menit di teras rumah setelah mobil Kevin berlalu pergi. Merenung sejenak, apakah ada yang salah diantara aku dan Kevin?"Sarah, wajahmu kenapa?" tanya Kak Dimas.Ia baru pulang dengan Mbak Wati, mulai pagi tadi Mbak Wati memutuskan untuk bekerja di butik Kak Dimas. Melayani beberapa pelanggan yang datang karena akhir-akhir ini butik tersebut cukup ramai."Lah, itu kenapa jendela kamarmu ada yang pecah, Rah? Apa ada maling yang masuk?" tanya Mbak Wati sambil menunjuk ke arah jendela yang tidak lagi berkaca.Kak Dimas pun melangkah mendekati jendela lalu melihat ke dalam kamarku yang masih berantakan."Sarah, kenapa kamarmu berantakan sekali? Wajahmu juga lebam begini? Lalu kemana Linda?" tanya Kak Dimas bingung."Tadi memang ada seseorang yang masuk, tapi dia bukan maling. Tujuan orang itu masuk ke kamarku karena ingin menyerangku saja."Kak Dimas duduk di sampingku sambil memegang tanganku."Siapa yang sudah menyerangmu? Apakah itu Sulis atau anak buahnya?"
Read more

Bab 118 Anakku, Masa Depanku

"Bagaimana? Sudah jelaskan?" tanya Fransisca sambil tersenyum tipis.Jelas sekali ia merasa menang dan bangga telah mengalahkanku, dari ekspresinya itu aku semakin yakin jika dia berbohong."Pak Bain, anda pasti faham tentang hukum. Menurut anda, apakah surat ini asli?" tanyaku.Pak Bain langsung berpaling menatapku sambil menganggukkan kepala."Menurut saya, surat ini asli Bu Sarah," ucap Pak Bain.Mataku langsung berkaca-kaca, aku yakin Fransisca berbohong. Dia memiliki banyak uang, pasti surat itu sudah direkayasa olehnya. "Bagaimana Bu Sarah, semuanya sudah jelas kan? Sekarang, silahkan kalian semua pergi dari rumah saya," ucap Fransisca.Entah kenapa hatiku mengatakan jika bayi itu adalah bayi yang kulahirkan. Aku merasa ada ikatan batin diantara kami, apalagi aku ingat betul jika raut wajah bayi itu sangat mirip dengan Mas Rama."Tapi Mas Rama dan Diky mengatakan jika bayiku dijual pada anda. Begini saja, bagaimana jika kita melakukan tes DNA pada Baby Alice?" sahutku mencoba t
Read more

Bab 119 Sampel Rambut

(Pov Wati)Demi menebus balas budi pada Sarah, aku akan melakukan apa saja untuk membantunya. Sudah banyak kebaikan yang ia lakukan dalam menyelamatkan hidupku dari jerat Sulis.Menepis rasa takut saat memasuki rumah Fransisca seorang diri, karena Sarah tidak bersedia memakai pakaian-pakaian terbuka seperti para gadis itu.Memberanikan diri masuk ke dalam rumah itu mengenakan pakaian mini, berjalan dengan santai agar tidak membuat curiga anak buah Fransisca yang sedang berdiri di depan pintu utama.Setelah sampai di dalam aku berpura-pura menyapa setiap lelaki yang datang dan pergi di rumah ini sambil celingukan ke setiap penjuru, mencari celah untuk naik ke lantai atas.Melangkah ke arah samping yaitu tempat KWH rumah ini berada, lalu mematikan listrik di rumah ini hingga lampu menjadi padam dan keadaan gelap gulita.Butuh waktu yang lumayan lama untuk menuju ke ruangan ini, dan aku memanfaatkan kesempatan ini untuk melangkah dengan cepat.Dalam keadaan gelap aku berlari sambil merab
Read more

Bab 120 Menyelamatkan Mbak Wati

(Pov Sarah)"Semoga saja Mbak Wati berhasil mengambil sampel rambut Baby Alice agar aku bisa segera melakukan tes DNA pada bayi itu," gumamku sambil mondar-mandir menunggu kabar dari Mbak Wati.Tiba-tiba ponsel di dalam saku ini bergetar, ternyata Mbak Wati yang melakukan missed call.'Aku harus cepat membakar pagar ini, aku yakin Mbak Wati dalam bahaya saat ini.'Dengan segera aku melemparkan korek api pada pagar yang sudah kusiram dengan bensin. Hingga akhirnya api mulai berkobar melahap pagar rumah Fransisca. Dengan cepat api merambat, sementara para wanita terlihat berteriak sambil berlarian keluar dan ada juga yang diam terbengong menatap api dan kepulan asap. Aku terus mencari-cari keberadaan Mbak Wati, semoga saja perhatian para pengawal Fransisca teralihkan pada api itu, sehingga Mbak Wati bisa melarikan diri dengan mudah.Namun, sudah menunggu beberapa detik tetapi ia tidak juga keluar. Aku berlari kecil ke arah samping lalu mengintip melalui celah pagar yang tidak ikut terb
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status