Share

Bab 114 Pov Kevin

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

(Pov Kevin)

Namaku Kevin Fransiskus anak satu-satunya Papa dan Mama. Yang kudengar dari orang-orang, dahulu orangtuaku kesulitan memiliki seorang anak, hingga akhirnya mereka mengadopsi seorang anak yaitu Kak Gilang.

Dan benar saja setelah beberapa tahun mengadopsi Kak Gilang, akhirnya Mamaku mengandung seorang anak yaitu aku.

Sejak kecil aku selalu dimanja oleh papa dan mama, ketika aku bertengkar dengan Kak Gilang mama dan papa pasti membelaku dan memarahi Kak Gilang meski ia tidak sepenuhnya bersalah.

Setiap ada permasalahan, selalu Kak Gilang yang menjadi sasaran pelampiasan emosi papa. Tak sekedar dimarahi, tapi Kak Gilang juga sering dipukul tanpa sebab. Bahkan ia juga kerap diusir dari rumah oleh papa. Namun, uniknya selang beberapa hari papa selalu mencarinya dan menginginkan ia kembali ke rumah karena mama sedang sakit.

Beberapa kali Kak Gilang merasa tertipu karena ternyata setelah kembali pulang tidak ada yang sakit dan semua baik-baik saja. Kondisi harmonis hanya bertaha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 115 Seseorang yang Menyerang Sarah

    Suatu hari aku mendengar sebuah kabar dari salah satu teman Kak Gilang jika ia sedang patah hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Sejak saat itu Kak Gilang sering mengurung diri di dalam kamar, bahkan ia pernah tidak keluar kamar hingga berhari-hari.Sejak saat itulah Kak Gilang sering melamun, ketika ditanya ia sering marah-marah hingga bertengkar hebat dengan papa.Setelah pertengkaran hebat itu Kak Gilang tidak pulang ke rumah selama satu bulan. Setelah satu bulan itu papa menerima kabar jika Kak Gilang hidup terlunta-lunta di jalanan.Tetapi papa tidak peduli, hingga beberapa bulan kemudian aku melihat sendiri Kak Gilang sering berjalan di pinggir jalan seperti orang gila.Dan benar saja setelah kudekati ternyata Kak Gilang memang mengalami gangguan kejiwaan, aku pun menceritakan hal itu pada papa dan Tante Widya.Karena papa mengatakan jika dahulu ia mengadopsi Kak Gilang dari Tante Widya, tetapi papa sudah tidak peduli lagi dengan Kak Gilang. Ia malah menyerahkan penuh perma

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 116 Nadia Mengancamku

    "Tunggu!" teriakku.Nadia menoleh kebelakang, wajahnya terlihat panik dan gugup ketika memandangku."Apa yang sudah kamu lakukan, Nadia? Kenapa kamu masuk ke dalam kamar Sarah dan menyerangnya?" tanyaku dengan tatapan penuh selidik."Jangan mengada-ada ya, aku cuma lewat aja kok." jawabnya sambil memalingkan wajah berusaha menghindar."Jangan bohong! Aku mengikutimu sejak kamu keluar dari jendela kamar Sarah, jadi aku tidak mengada-ada. Sekarang jawab pertanyaanku, kenapa kamu menyerang Sarah, hah?" gertakku sambil mencengkeram pergelangan tangannya.Hening diantara kami berlangsung cukup lama sampai akhirnya ia mau berbicara."Kevin, aku ini istrimu! Tapi kenapa kamu selalu memprioritaskan Sarah? Bahkan kamu rela mengambil cuti demi menyusul perempuan itu ke kampung mertuanya. Padahal, seharusnya waktu cutimu itu untuk liburan kita berdua!" teriak Nadia dengan nafas terengah-engah."Kalau kamu masih nekat menemui perempuan itu, aku tidak akan segan-segan menghabisinya!" tegas Nadia m

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 117 Surat Adopsi

    (Pov Sarah)Duduk beberapa menit di teras rumah setelah mobil Kevin berlalu pergi. Merenung sejenak, apakah ada yang salah diantara aku dan Kevin?"Sarah, wajahmu kenapa?" tanya Kak Dimas.Ia baru pulang dengan Mbak Wati, mulai pagi tadi Mbak Wati memutuskan untuk bekerja di butik Kak Dimas. Melayani beberapa pelanggan yang datang karena akhir-akhir ini butik tersebut cukup ramai."Lah, itu kenapa jendela kamarmu ada yang pecah, Rah? Apa ada maling yang masuk?" tanya Mbak Wati sambil menunjuk ke arah jendela yang tidak lagi berkaca.Kak Dimas pun melangkah mendekati jendela lalu melihat ke dalam kamarku yang masih berantakan."Sarah, kenapa kamarmu berantakan sekali? Wajahmu juga lebam begini? Lalu kemana Linda?" tanya Kak Dimas bingung."Tadi memang ada seseorang yang masuk, tapi dia bukan maling. Tujuan orang itu masuk ke kamarku karena ingin menyerangku saja."Kak Dimas duduk di sampingku sambil memegang tanganku."Siapa yang sudah menyerangmu? Apakah itu Sulis atau anak buahnya?"

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 118 Anakku, Masa Depanku

    "Bagaimana? Sudah jelaskan?" tanya Fransisca sambil tersenyum tipis.Jelas sekali ia merasa menang dan bangga telah mengalahkanku, dari ekspresinya itu aku semakin yakin jika dia berbohong."Pak Bain, anda pasti faham tentang hukum. Menurut anda, apakah surat ini asli?" tanyaku.Pak Bain langsung berpaling menatapku sambil menganggukkan kepala."Menurut saya, surat ini asli Bu Sarah," ucap Pak Bain.Mataku langsung berkaca-kaca, aku yakin Fransisca berbohong. Dia memiliki banyak uang, pasti surat itu sudah direkayasa olehnya. "Bagaimana Bu Sarah, semuanya sudah jelas kan? Sekarang, silahkan kalian semua pergi dari rumah saya," ucap Fransisca.Entah kenapa hatiku mengatakan jika bayi itu adalah bayi yang kulahirkan. Aku merasa ada ikatan batin diantara kami, apalagi aku ingat betul jika raut wajah bayi itu sangat mirip dengan Mas Rama."Tapi Mas Rama dan Diky mengatakan jika bayiku dijual pada anda. Begini saja, bagaimana jika kita melakukan tes DNA pada Baby Alice?" sahutku mencoba t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 119 Sampel Rambut

    (Pov Wati)Demi menebus balas budi pada Sarah, aku akan melakukan apa saja untuk membantunya. Sudah banyak kebaikan yang ia lakukan dalam menyelamatkan hidupku dari jerat Sulis.Menepis rasa takut saat memasuki rumah Fransisca seorang diri, karena Sarah tidak bersedia memakai pakaian-pakaian terbuka seperti para gadis itu.Memberanikan diri masuk ke dalam rumah itu mengenakan pakaian mini, berjalan dengan santai agar tidak membuat curiga anak buah Fransisca yang sedang berdiri di depan pintu utama.Setelah sampai di dalam aku berpura-pura menyapa setiap lelaki yang datang dan pergi di rumah ini sambil celingukan ke setiap penjuru, mencari celah untuk naik ke lantai atas.Melangkah ke arah samping yaitu tempat KWH rumah ini berada, lalu mematikan listrik di rumah ini hingga lampu menjadi padam dan keadaan gelap gulita.Butuh waktu yang lumayan lama untuk menuju ke ruangan ini, dan aku memanfaatkan kesempatan ini untuk melangkah dengan cepat.Dalam keadaan gelap aku berlari sambil merab

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 120 Menyelamatkan Mbak Wati

    (Pov Sarah)"Semoga saja Mbak Wati berhasil mengambil sampel rambut Baby Alice agar aku bisa segera melakukan tes DNA pada bayi itu," gumamku sambil mondar-mandir menunggu kabar dari Mbak Wati.Tiba-tiba ponsel di dalam saku ini bergetar, ternyata Mbak Wati yang melakukan missed call.'Aku harus cepat membakar pagar ini, aku yakin Mbak Wati dalam bahaya saat ini.'Dengan segera aku melemparkan korek api pada pagar yang sudah kusiram dengan bensin. Hingga akhirnya api mulai berkobar melahap pagar rumah Fransisca. Dengan cepat api merambat, sementara para wanita terlihat berteriak sambil berlarian keluar dan ada juga yang diam terbengong menatap api dan kepulan asap. Aku terus mencari-cari keberadaan Mbak Wati, semoga saja perhatian para pengawal Fransisca teralihkan pada api itu, sehingga Mbak Wati bisa melarikan diri dengan mudah.Namun, sudah menunggu beberapa detik tetapi ia tidak juga keluar. Aku berlari kecil ke arah samping lalu mengintip melalui celah pagar yang tidak ikut terb

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 121 Tembok Pembatas

    Tidak menyia-nyiakan kesempatan aku kembali menendang kepala lelaki itu dengan sekuat tenaga hingga kepala anak buah Fransisca kembali membentur tembok dan tidak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah.Akhirnya aku bisa bernafas lega melihat lelaki itu terkapar dalam keadaan tak sadarkan diri. Sambil berpegangan pada dinding aku berusaha untuk kuat dan berdiri meski tulang-tulang ini terasa nyeri.Dengan segera aku menggeledah tubuh lelaki itu untuk mencari kunci kamar tempat Mbak Wati di sekap."Nah, ini pasti kuncinya," gumamku saat menemukan sebuah kunci di dalam saku celananya.Namun, saat membuka kunci tiba-tiba lampu rumah ini padam. Sudah pasti ini akibat kebakaran di depan sana sehingga orang-orang mematikan listrik untuk keamanan.Tetapi hal itu justru menguntungkan bagiku dan Mbak Wati, setelah pintu kamar terbuka aku memegang tangan Mbak Wati yang terasa dingin."Ayo kita keluar Mbak," bisikku.Berjalan cepat sambil meraba-raba dinding."Aaaak!" Tiba-tiba Mbak Wati t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 122 Potongan Besi

    Semakin berdebar dada ini saat mendengar suara sepatu anak buah Fransisca yang bersentuhan dengan lantai semen, menyorotkan flash ponsel ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan senjata. Namun, aku tidak menemukan apapun selain besi untuk menjemur pakaian."Begini Mbak, kamu pancing lelaki itu di sana nanti aku akan dorong dia supaya jatuh ke bawah. Bagaimana, apa kamu sudah faham?" tanyaku sambil berbisik."Baiklah, aku mengerti."Aku mengangguk lalu bersembunyi di dekat genteng yang lebih tinggi, sementara Mbak Wati berdiri di ujung pembatas tembok.Lampu senter terlihat menyoroti wajah Mbak Wati, sepertinya lelaki itu mulai menapaki tempat jemuran ini. Bisa saja aku menendang tubuh lelaki itu sekarang juga, tapi aku takut hal itu akan menyebabkan anak buah Fransisca yang lain datang. Aku tidak mungkin bisa melawan mereka semua yang berbadan besar.Melawan orang-orang seperti itu harus memerlukan otak yang cerdik, tidak terlalu mengandalkan otot."Bagaimana? Apa perem

Bab terbaru

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status