Semua Bab Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Bab 181 - Bab 190

207 Bab

Bab 181 Angkuhnya Sikap Bang Reza

"Rama, apa yang kalian bicarakan, hah?" tanya Bang Reza setelah aku selesai bicara."Dia ingin aku memberi upah mereka lima ratus ribu per orang.""Apa?! Gila tuh orang, mau meras kita kalau begini caranya." Bang Reza terlihat marah."Bagaimana lagi? Kita tidak punya pilihan lain, karena tidak ada yang mau menggali kuburan Ibu secara suka rela, masih mending mereka mau," jawabku ketus."Ya tapi gak semahal itu juga kali, kamu tahu'kan saat ini kita sedang membutuhkan uang banyak?" ucap Bang Reza tidak terima."Kalau kamu nggak mau ngeluarin uang, ya sana! Gali sendiri liang kubur buat ibu."Ia berdecak lalu membuang muka, mana mungkin ia bisa menggali tanah dengan sebelah tangan saja? Ya kalaupun bisa pasti akan memakan waktu yang cukup lama."Mulai sekarang aku peringatkan, jangan bertindak seenaknya pada orang lain! Gara-gara omongan pedasmu pada Ujang, aku sampai harus kehilangan sebidang tanah."Bang Reza menatapku dengan cepat."Apa?! Jadi Ujang minta tanah, terus kamu kasih beg
Baca selengkapnya

Bab 182 Surat Gugatan Pisah

"Hei, cepat kerjakan pekerjaan kalian! Jangan banyak bicara apalagi sampai menghina ibuku," teriak Bang Reza.Seketika para pekerja penggali kubur itu menoleh, aku langsung menepuk bahu Bang Reza untuk memberi peringatan."Jangan membuat mereka marah! Apa Abang mau mereka pergi begitu saja tanpa membereskan pekerjaannya!" ujarku pelan."Atas nama Bang Reza saya mohon maaf, tolong lanjutkan saja pekerjaan kalian!" ucapku, beruntung mereka langsung melanjutkan pekerjaannya.Tepat pukul sebelas siang, para penggali kubur itu telah menyelesaikan pekerjaannya. Mereka pun naik ke atas lalu duduk di tanah dengan nafas ngos-ngosan."Capek banget, gila!""Iya, mana galonnya udah mau habis lagi."Air galon yang tadinya penuh kini tersisa sekitar dua gelas lagi, entah kenapa mereka banyak sekali minum selama menggali tanah."Ayo, sekarang masukkan jenazah ibuku ke dalam tanah, karena sebentar lagi kita berdua harus pergi," ucapku, mereka semua pun terlihat memandangku tidak suka."Iya sebentar l
Baca selengkapnya

Bab 183 Keseriusan (Pov Sarah)

(POV Sarah)Sesuai keinginan, aku dan Adinda bisa menjalani hidup ini dengan damai, tanpa ada pertarungan dengan orang-orang yang berusaha melenyapkan kami. Kini mereka semua sudah lenyap bersama kejahatannya.Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di perusahaan Ferdinand Corporation sebagai staf marketing. Di jaman sekarang memang sulit untuk mencari pekerjaan, beruntung ada seorang teman yang secara suka rela membawa surat lamaranku sehingga dengan mudahnya aku bisa diterima."Mama berangkat kerja dulu ya, Sayang. Baik-baik di rumah sama Tante," ucapku sambil menatap Adinda yang kini sudah bisa tersenyum sebagai respon.Setelah aku bekerja, Mbak Wati yang alih tugas menjaga putriku, karena tidak ada orang lain yang bisa kupercaya untuk menjaga Adinda selain dia."Iya dadah Mama, hati-hati," jawab Mbak Wati.Terkadang aku berangkat kerja sendiri menggunakan motor lamaku, meskipun terkadang aku berangkat bersama Kak Dimas karena jalan menuju butiknya memang searah dengan perusahaan te
Baca selengkapnya

Bab 184 Adinda Demam

Aku hendak menjauh darinya, tetapi lagi-lagi ia menggenggam tanganku semakin erat."Tidak Rah, aku mencintaimu dan aku tidak akan menikah selain denganmu.""Lepas Vin, aku harus kembali ke kantor.""Iya aku minta maaf, tetapi kamu jawab dulu mau gak menikah sama aku? Aku janji, aku akan selalu menyayangimu dan Adinda."Aku harus jawab apa sekarang? Ingin menolak tetapi hatiku berontak untuk mengatakan iya."Apa jawaban kamu, Rah? Kalau kamu bilang tidak maka aku akan menerima tawaran pindah tugas di luar kota biar aku tidak terus menerus mengharapkanmu, tetapi jika kamu bilang iya maka aku akan menolak tawaran itu agar aku bisa selalu dekat denganmu dan Adinda."Meleleh hatiku saat ini, ingin kujawab iya tetapi gengsi, namun jika kutolak aku tidak ingin berpisah jauh dengannya. Mungkin ini yang dinamakan cinta lama bersemi kembali."Aku gak bisa jawab sekarang Vin, menikah itu bukan hanya menyatukan kita saja apalagi aku sudah memiliki anak. Aku harus mempertimbangkan banyak hal sebel
Baca selengkapnya

Bab 185 Getaran cinta

Di dalam mobil kami tidak saling berbicara, tetapi sesekali Kevin melirikku sambil tersenyum."Aku yakin di hatimu masih ada cinta untukku, Sarah," ucapnya dengan percaya diri."Tahu dari mana coba?""Aku tahu dari tatapan matamu."Hanya bisa terdiam sambil menahan senyum, mungkin Kevin benar di hatiku yang paling dalam masih ada setitik cinta untuknya.Jika kami memang berjodoh, aku pasrah asalkan ia bisa menyayangi Adinda seperti menyayangi anaknya sendiri, karena suatu saat nanti aku juga pasti akan membutuhkan naungan seorang lelaki. Begitu pula dengan Adinda, ia pasti akan membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah."Iya, memang benih cinta untukmu tumbuh kembali secara perlahan di hatiku. Tetapi aku tidak ingin terlalu cepat mengambil keputusan sehingga aku gagal lagi dalam berumah tangga, menjalin rumah tangga itu tidak mudah, Vin, masih banyak yang harus aku pertimbangkan apalagi aku memiliki Adinda, putriku." "Iya aku tahu, makanya aku memberi waktu untuk kamu berpikir, tida
Baca selengkapnya

Bab 186 Pesan di Ponsel Kevin

Kami saling terdiam cukup lama, menatap air hujan yang turun dengan deras. Sebenarnya aku bisa saja menyuruhnya pulang sekarang, tetapi kasihan karena ia hanya membawa motor."Kalau hujan-hujan gini aku jadi ingat dulu waktu di kampus," ucap Kevin sambil tersenyum mengenang masa itu.Ia menyatakan cintanya padaku di halaman kampus dalam keadaan hujan deras."Yang di lapangan itu?""Iya, coba aja waktu itu...""Ssst! Saat hujan adalah kesempatan emas untuk berdoa, bukannya mengkhayal." Aku memotong pembicaraannya."Iya, aku tahu. Aku jadi pengen hujan-hujanan lagi kaya dulu," ucapnya sambil senyum-senyum menatap rintik hujan."Udah, jangan jadi korban drama Korea, masa depan kita masih panjang. Buat apa hujan-hujanan kalo besoknya sakit? Berharap momen romantis saat hujan itu terulang kembali? Nggak usah halu!" ejekku."Iya ya, waktu itu kamu sampai demam ya karena aku ajak hujan-hujanan?" tanyanya sambil terkekeh."Udah tahu pake nanya segala! Ya itu tuh yang namanya romantis membawa
Baca selengkapnya

Bab 187 Alasan Kak Dimas

Malam hari Kak Dimas pulang dengan setelan rapi dan tercium wangi parfum dari tubuhnya. Tumben, biasanya jika ia pulang dari butik penampilannya akan terlihat kusut."Dari mana, Kak? Tumben, rapi banget?" tanyaku."Dari... Itu, habis nemuin seseorang," jawabnya sambil melihat ke arah dalam.Aku menatapnya dengan tatapan mengintimidasi."Hayo, ketemuan sama siapa? Sama cewek ya?"Ia berusaha menahan senyumnya."Sok tahu kamu," jawabnya sambil duduk di sofa."Siapa dia? Tinggalnya dimana?" tanyaku antusias sambil duduk di sampingnya."Apa sih, Rah? Siapa yang kamu tanyain?""Ya perempuan itu, calon kakak iparku.""Nanti juga kamu tahu, udahlah nggak usah kepo." Ia mengacak-acak rambutku dengan kasar."Nggak asik banget, sih."Aku pun berdiri lalu meninggalkannya berjalan menuju dapur, saat melewati tembok pembatas aku terkejut ternyata Mbak Wati berdiri melamun dibalik tembok itu.Ia sempat melirikku dengan mata berkaca-kaca, setelah itu ia pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya.Ap
Baca selengkapnya

Bab 188 Kesalahpahaman

Selama di jalan Kak Dimas tidak bicara sedikit pun hingga sampai ke rumah. Ia menutup pintu padahal diluar aku melihat mobil Kevin terparkir."Jangan dibuka! Lebih baik kamu masuk kamar dan istirahat, urus itu anakmu, jangan sibuk pacaran terus!" celetuk Kak Dimas membuatku kesal saja.Aku langsung memutar badan menatapnya dengan tajam."Aneh, benar-benar aneh. Kenapa Kakak tiba-tiba berubah begini sih? Lagi pula aku tidak pacaran, aku hanya tidak tega membiarkan tamu diluar begitu saja."Kembali menarik pintu, tetapi sayang sekali pintu ini dikunci dan entah dimana kuncinya."Mana kuncinya?" tanyaku menahan geram."Tidak tahu."Rasa lelah dan kesal bersatu menjadi amarah yang meminta diluapkan."Kalau Kakak masih terus-terusan seperti ini, sekarang juga aku akan pergi dari rumah ini, biar Kakak merasakan bagaimana arti kesepian yang sesungguhnya!" Aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kencang."Kenapa sih?" tanya Mbak Wati, ternyata ia ada di dalam kamarku bersama Adinda.
Baca selengkapnya

Bab 189 Kejutan dari Kak Dimas

Kebetulan sekali ini hari Minggu, jadi aku punya banyak waktu di rumah untuk mengurus Adinda dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah bersama Mbak Wati.Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan langsung terjun ke dapur untuk mengambil alih pekerjaan Mbak Wati menyiapkan sarapan pagi."Loh, tumben kamu bangun pagi, nyiapin sarapan lagi?" Mbak Wati tiba-tiba menyembul dari pintu."Iya Mbak, sekali-kali. Mumpung libur," jawabku."Ya udah sini biar aku bantu." "Iya Mbak, buatin bumbu nasi gorengnya aja," titahku."Sarah, nanti jam sepuluh kamu harus sudah mandi ya!" ucap Kak Dimas yang tiba-tiba datang sambil nyomot gorengan buatanku."Memangnya ada apa?""Ya gak apa-apa, pokoknya nanti jam sepuluh kamu harus sudah mandi, sudah rapi. Kakak ada kejutan buat kamu," ucapnya tersenyum sambil mengunyah gorengan."Kejutan apa sih? Aku gak suka ah rahasia-rahasiaan begini.""Iya, emangnya kejutan apa?" tanya Mbak Wati sambil mengupas bawang."Ya, pokoknya ada, Ti. Kita lihat saja nanti, tapi kamu
Baca selengkapnya

Bab 190 Rencana Pernikahan

"Wah, cantik sekali. Alena pasti senang melihat ini, tapi sayang dia tidak bisa ikut," ucap Tante Inggit.Setelah berbincang-bincang, Kak Dimas mempersilahkan keluarga Kevin untuk menikmati makanan yang sudah terhidang dengan ramah. Aku terkejut saat melihat banyak sekali makanan di atas meja. Aku mengerutkan kening, sejak kapan Mbak Wati memasak semua makanan ini?"Kamu kapan masak, Mbak? Perasaan tadi pagi kita masak cuma cukup buat sarapan aja?" tanyaku berbisik pada Mbak Wati."Tadi, Kakakmu yang beli. Mbak mana selesai masak segini banyak dalam waktu satu jam aja? Kan tadi Mbak harus bersih-bersih juga," jawabnya berbisik pula.Saat makan tanpa sengaja aku melihat Kevin tidak berhenti mencuri-curi pandang dariku, sesekali ia tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya membuatku tersipu malu."Selamat menikmati makanannya ya Om, Tante," ucap Kak Dimas."Heem, enak sekali makanannya. Apa ini Nak Sarah yang masak?" tanya Tante Inggit."Iya, Bu. Ini tadi Sarah yang masak," sahut Mbak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status