Hatiku tersentuh melihat Sulis yang begitu menderita, padahal kemarin aku begitu puas menyaksikan penderitaannya."Maa...af," gumam Sulis lagi."Iya Bu, aku sudah memaafkan Ibu. Doakan saja semoga aku dan Adinda, cucu Ibu, bisa hidup bahagia," jawabku sambil menyeka air mata.Kulihat sudut bibirnya terangkat, Sulis tersenyum setelah mendengar nama cucunya disebut."Aku pulang dulu ya Bu, semoga keadaan ini membuat Ibu sadar dan aku sangat berharap Ibu mau memperbaiki diri."Aku pun berpamitan pada Mang Ujang, setelah itu mengajak Mbak Wati untuk pulang ke rumah.Selama berdiri di dalam lift, Mbak Wati tidak berhenti mengeluarkan air matanya. Entah apa yang ia rasakan saat ini, aku tidak berani bertanya.Hingga sampai di rumah Mbak Wati langsung masuk ke dalam kamar, dan aku pun masuk ke dalam kamarku yang ternyata Kak Dimas sedang menemani Adinda yang tertidur sambil bermain ponsel."Kamu sudah pulang, Rah?""Sudah Kak, makasih ya.""Iya, itu kamu kenapa nangis? Wati mana?" tanya Kak
Baca selengkapnya