Share

Bab 179 Sadar (POV Rama)

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

(POV Rama)

Malam ini polisi memberitahukan jika Ibu sudah meninggal dunia, kabar yang membuatku dan Bang Reza hancur. Kami pun keluar dari sel karena katanya ada seseorang yang ingin bertemu, dan ternyata ia adalah Ujang.

"Apakah kau yang memberitahu polisi kalau ibuku sudah meninggal?" tanyaku.

"Iya, Rama, ibumu sudah meninggal, dan saya bingung bagaimana membayar biaya kekurangan rumah sakitnya," jawab Ujang, sekarang ia tidak lagi memanggilku dengan sebutan Tuan.

"Loh, bukannya biaya rumah sakit sudah ditanggung Fransisca? Jadi mintalah sama dia!" sahut Bang Reza.

"Iya, tapi Fransisca sudah meninggal karena kecelakaan beberapa hari yang lalu," jawab Ujang membuatku sangat syok.

Bagaimana mungkin perempuan itu meninggal sementara aku tidak tahu sama sekali, lalu bagaimana kondisi Baby Alice saat ini? Apakah dia sudah dioperasi? Ingin sekali aku bertanya, tetapi waktu dan suasana saat ini kurang tepat.

"Bukannya Fransisca sudah memberikan deposit di rumah sakit? Apa itu masih kuran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 180 Tanah Keras

    "Jika aku divonis bebas, aku akan kembali menjalankan bisnis ibu di desa lain, kalau perlu aku akan menculik bayi Sarah untuk dijadikan modal awal," ucap Bang Reza lagi.Aku langsung menatap Bang Reza dengan tajam, aku tidak terima ia hendak menjual bayiku begitu saja."Kenapa kamu lihatin aku kaya gitu? Kamu keberatan kalau anak itu aku jual?" tanya Bang Reza dengan nada suara meninggi.Ingin sekali aku marah dan menghajar wajahnya saat ini. Tetapi aku tidak berani bisa-bisa Bang Reza marah dan memusuhiku disini, aku belum siap jika harus menghadapi semua ini seorang diri."Kita tidak mungkin bisa melakukan hal itu, Sarah tidak selemah yang kita kira, dia juga memiliki teman seorang polisi, jadi jangan gegabah! Jangan melakukan kesalahan yang akan membuat kita semakin sengsara!" tegasku, padahal alasannya bukan seperti itu, aku tidak rela jika anakku dijual apalagi sampai ke luar negeri."Aku tidak sebodoh itu, Rama! Memangnya kamu," tegasnya."Memangnya Abang yakin kita bisa bebas

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 181 Angkuhnya Sikap Bang Reza

    "Rama, apa yang kalian bicarakan, hah?" tanya Bang Reza setelah aku selesai bicara."Dia ingin aku memberi upah mereka lima ratus ribu per orang.""Apa?! Gila tuh orang, mau meras kita kalau begini caranya." Bang Reza terlihat marah."Bagaimana lagi? Kita tidak punya pilihan lain, karena tidak ada yang mau menggali kuburan Ibu secara suka rela, masih mending mereka mau," jawabku ketus."Ya tapi gak semahal itu juga kali, kamu tahu'kan saat ini kita sedang membutuhkan uang banyak?" ucap Bang Reza tidak terima."Kalau kamu nggak mau ngeluarin uang, ya sana! Gali sendiri liang kubur buat ibu."Ia berdecak lalu membuang muka, mana mungkin ia bisa menggali tanah dengan sebelah tangan saja? Ya kalaupun bisa pasti akan memakan waktu yang cukup lama."Mulai sekarang aku peringatkan, jangan bertindak seenaknya pada orang lain! Gara-gara omongan pedasmu pada Ujang, aku sampai harus kehilangan sebidang tanah."Bang Reza menatapku dengan cepat."Apa?! Jadi Ujang minta tanah, terus kamu kasih beg

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 182 Surat Gugatan Pisah

    "Hei, cepat kerjakan pekerjaan kalian! Jangan banyak bicara apalagi sampai menghina ibuku," teriak Bang Reza.Seketika para pekerja penggali kubur itu menoleh, aku langsung menepuk bahu Bang Reza untuk memberi peringatan."Jangan membuat mereka marah! Apa Abang mau mereka pergi begitu saja tanpa membereskan pekerjaannya!" ujarku pelan."Atas nama Bang Reza saya mohon maaf, tolong lanjutkan saja pekerjaan kalian!" ucapku, beruntung mereka langsung melanjutkan pekerjaannya.Tepat pukul sebelas siang, para penggali kubur itu telah menyelesaikan pekerjaannya. Mereka pun naik ke atas lalu duduk di tanah dengan nafas ngos-ngosan."Capek banget, gila!""Iya, mana galonnya udah mau habis lagi."Air galon yang tadinya penuh kini tersisa sekitar dua gelas lagi, entah kenapa mereka banyak sekali minum selama menggali tanah."Ayo, sekarang masukkan jenazah ibuku ke dalam tanah, karena sebentar lagi kita berdua harus pergi," ucapku, mereka semua pun terlihat memandangku tidak suka."Iya sebentar l

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 183 Keseriusan (Pov Sarah)

    (POV Sarah)Sesuai keinginan, aku dan Adinda bisa menjalani hidup ini dengan damai, tanpa ada pertarungan dengan orang-orang yang berusaha melenyapkan kami. Kini mereka semua sudah lenyap bersama kejahatannya.Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di perusahaan Ferdinand Corporation sebagai staf marketing. Di jaman sekarang memang sulit untuk mencari pekerjaan, beruntung ada seorang teman yang secara suka rela membawa surat lamaranku sehingga dengan mudahnya aku bisa diterima."Mama berangkat kerja dulu ya, Sayang. Baik-baik di rumah sama Tante," ucapku sambil menatap Adinda yang kini sudah bisa tersenyum sebagai respon.Setelah aku bekerja, Mbak Wati yang alih tugas menjaga putriku, karena tidak ada orang lain yang bisa kupercaya untuk menjaga Adinda selain dia."Iya dadah Mama, hati-hati," jawab Mbak Wati.Terkadang aku berangkat kerja sendiri menggunakan motor lamaku, meskipun terkadang aku berangkat bersama Kak Dimas karena jalan menuju butiknya memang searah dengan perusahaan te

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 184 Adinda Demam

    Aku hendak menjauh darinya, tetapi lagi-lagi ia menggenggam tanganku semakin erat."Tidak Rah, aku mencintaimu dan aku tidak akan menikah selain denganmu.""Lepas Vin, aku harus kembali ke kantor.""Iya aku minta maaf, tetapi kamu jawab dulu mau gak menikah sama aku? Aku janji, aku akan selalu menyayangimu dan Adinda."Aku harus jawab apa sekarang? Ingin menolak tetapi hatiku berontak untuk mengatakan iya."Apa jawaban kamu, Rah? Kalau kamu bilang tidak maka aku akan menerima tawaran pindah tugas di luar kota biar aku tidak terus menerus mengharapkanmu, tetapi jika kamu bilang iya maka aku akan menolak tawaran itu agar aku bisa selalu dekat denganmu dan Adinda."Meleleh hatiku saat ini, ingin kujawab iya tetapi gengsi, namun jika kutolak aku tidak ingin berpisah jauh dengannya. Mungkin ini yang dinamakan cinta lama bersemi kembali."Aku gak bisa jawab sekarang Vin, menikah itu bukan hanya menyatukan kita saja apalagi aku sudah memiliki anak. Aku harus mempertimbangkan banyak hal sebel

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 185 Getaran cinta

    Di dalam mobil kami tidak saling berbicara, tetapi sesekali Kevin melirikku sambil tersenyum."Aku yakin di hatimu masih ada cinta untukku, Sarah," ucapnya dengan percaya diri."Tahu dari mana coba?""Aku tahu dari tatapan matamu."Hanya bisa terdiam sambil menahan senyum, mungkin Kevin benar di hatiku yang paling dalam masih ada setitik cinta untuknya.Jika kami memang berjodoh, aku pasrah asalkan ia bisa menyayangi Adinda seperti menyayangi anaknya sendiri, karena suatu saat nanti aku juga pasti akan membutuhkan naungan seorang lelaki. Begitu pula dengan Adinda, ia pasti akan membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah."Iya, memang benih cinta untukmu tumbuh kembali secara perlahan di hatiku. Tetapi aku tidak ingin terlalu cepat mengambil keputusan sehingga aku gagal lagi dalam berumah tangga, menjalin rumah tangga itu tidak mudah, Vin, masih banyak yang harus aku pertimbangkan apalagi aku memiliki Adinda, putriku." "Iya aku tahu, makanya aku memberi waktu untuk kamu berpikir, tida

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 186 Pesan di Ponsel Kevin

    Kami saling terdiam cukup lama, menatap air hujan yang turun dengan deras. Sebenarnya aku bisa saja menyuruhnya pulang sekarang, tetapi kasihan karena ia hanya membawa motor."Kalau hujan-hujan gini aku jadi ingat dulu waktu di kampus," ucap Kevin sambil tersenyum mengenang masa itu.Ia menyatakan cintanya padaku di halaman kampus dalam keadaan hujan deras."Yang di lapangan itu?""Iya, coba aja waktu itu...""Ssst! Saat hujan adalah kesempatan emas untuk berdoa, bukannya mengkhayal." Aku memotong pembicaraannya."Iya, aku tahu. Aku jadi pengen hujan-hujanan lagi kaya dulu," ucapnya sambil senyum-senyum menatap rintik hujan."Udah, jangan jadi korban drama Korea, masa depan kita masih panjang. Buat apa hujan-hujanan kalo besoknya sakit? Berharap momen romantis saat hujan itu terulang kembali? Nggak usah halu!" ejekku."Iya ya, waktu itu kamu sampai demam ya karena aku ajak hujan-hujanan?" tanyanya sambil terkekeh."Udah tahu pake nanya segala! Ya itu tuh yang namanya romantis membawa

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 187 Alasan Kak Dimas

    Malam hari Kak Dimas pulang dengan setelan rapi dan tercium wangi parfum dari tubuhnya. Tumben, biasanya jika ia pulang dari butik penampilannya akan terlihat kusut."Dari mana, Kak? Tumben, rapi banget?" tanyaku."Dari... Itu, habis nemuin seseorang," jawabnya sambil melihat ke arah dalam.Aku menatapnya dengan tatapan mengintimidasi."Hayo, ketemuan sama siapa? Sama cewek ya?"Ia berusaha menahan senyumnya."Sok tahu kamu," jawabnya sambil duduk di sofa."Siapa dia? Tinggalnya dimana?" tanyaku antusias sambil duduk di sampingnya."Apa sih, Rah? Siapa yang kamu tanyain?""Ya perempuan itu, calon kakak iparku.""Nanti juga kamu tahu, udahlah nggak usah kepo." Ia mengacak-acak rambutku dengan kasar."Nggak asik banget, sih."Aku pun berdiri lalu meninggalkannya berjalan menuju dapur, saat melewati tembok pembatas aku terkejut ternyata Mbak Wati berdiri melamun dibalik tembok itu.Ia sempat melirikku dengan mata berkaca-kaca, setelah itu ia pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya.Ap

Bab terbaru

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status