Share

Bab 187 Alasan Kak Dimas

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam hari Kak Dimas pulang dengan setelan rapi dan tercium wangi parfum dari tubuhnya. Tumben, biasanya jika ia pulang dari butik penampilannya akan terlihat kusut.

"Dari mana, Kak? Tumben, rapi banget?" tanyaku.

"Dari... Itu, habis nemuin seseorang," jawabnya sambil melihat ke arah dalam.

Aku menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Hayo, ketemuan sama siapa? Sama cewek ya?"

Ia berusaha menahan senyumnya.

"Sok tahu kamu," jawabnya sambil duduk di sofa.

"Siapa dia? Tinggalnya dimana?" tanyaku antusias sambil duduk di sampingnya.

"Apa sih, Rah? Siapa yang kamu tanyain?"

"Ya perempuan itu, calon kakak iparku."

"Nanti juga kamu tahu, udahlah nggak usah kepo." Ia mengacak-acak rambutku dengan kasar.

"Nggak asik banget, sih."

Aku pun berdiri lalu meninggalkannya berjalan menuju dapur, saat melewati tembok pembatas aku terkejut ternyata Mbak Wati berdiri melamun dibalik tembok itu.

Ia sempat melirikku dengan mata berkaca-kaca, setelah itu ia pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya.

Ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 188 Kesalahpahaman

    Selama di jalan Kak Dimas tidak bicara sedikit pun hingga sampai ke rumah. Ia menutup pintu padahal diluar aku melihat mobil Kevin terparkir."Jangan dibuka! Lebih baik kamu masuk kamar dan istirahat, urus itu anakmu, jangan sibuk pacaran terus!" celetuk Kak Dimas membuatku kesal saja.Aku langsung memutar badan menatapnya dengan tajam."Aneh, benar-benar aneh. Kenapa Kakak tiba-tiba berubah begini sih? Lagi pula aku tidak pacaran, aku hanya tidak tega membiarkan tamu diluar begitu saja."Kembali menarik pintu, tetapi sayang sekali pintu ini dikunci dan entah dimana kuncinya."Mana kuncinya?" tanyaku menahan geram."Tidak tahu."Rasa lelah dan kesal bersatu menjadi amarah yang meminta diluapkan."Kalau Kakak masih terus-terusan seperti ini, sekarang juga aku akan pergi dari rumah ini, biar Kakak merasakan bagaimana arti kesepian yang sesungguhnya!" Aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kencang."Kenapa sih?" tanya Mbak Wati, ternyata ia ada di dalam kamarku bersama Adinda.

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 189 Kejutan dari Kak Dimas

    Kebetulan sekali ini hari Minggu, jadi aku punya banyak waktu di rumah untuk mengurus Adinda dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah bersama Mbak Wati.Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan langsung terjun ke dapur untuk mengambil alih pekerjaan Mbak Wati menyiapkan sarapan pagi."Loh, tumben kamu bangun pagi, nyiapin sarapan lagi?" Mbak Wati tiba-tiba menyembul dari pintu."Iya Mbak, sekali-kali. Mumpung libur," jawabku."Ya udah sini biar aku bantu." "Iya Mbak, buatin bumbu nasi gorengnya aja," titahku."Sarah, nanti jam sepuluh kamu harus sudah mandi ya!" ucap Kak Dimas yang tiba-tiba datang sambil nyomot gorengan buatanku."Memangnya ada apa?""Ya gak apa-apa, pokoknya nanti jam sepuluh kamu harus sudah mandi, sudah rapi. Kakak ada kejutan buat kamu," ucapnya tersenyum sambil mengunyah gorengan."Kejutan apa sih? Aku gak suka ah rahasia-rahasiaan begini.""Iya, emangnya kejutan apa?" tanya Mbak Wati sambil mengupas bawang."Ya, pokoknya ada, Ti. Kita lihat saja nanti, tapi kamu

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 190 Rencana Pernikahan

    "Wah, cantik sekali. Alena pasti senang melihat ini, tapi sayang dia tidak bisa ikut," ucap Tante Inggit.Setelah berbincang-bincang, Kak Dimas mempersilahkan keluarga Kevin untuk menikmati makanan yang sudah terhidang dengan ramah. Aku terkejut saat melihat banyak sekali makanan di atas meja. Aku mengerutkan kening, sejak kapan Mbak Wati memasak semua makanan ini?"Kamu kapan masak, Mbak? Perasaan tadi pagi kita masak cuma cukup buat sarapan aja?" tanyaku berbisik pada Mbak Wati."Tadi, Kakakmu yang beli. Mbak mana selesai masak segini banyak dalam waktu satu jam aja? Kan tadi Mbak harus bersih-bersih juga," jawabnya berbisik pula.Saat makan tanpa sengaja aku melihat Kevin tidak berhenti mencuri-curi pandang dariku, sesekali ia tersenyum sambil mengangkat sebelah alisnya membuatku tersipu malu."Selamat menikmati makanannya ya Om, Tante," ucap Kak Dimas."Heem, enak sekali makanannya. Apa ini Nak Sarah yang masak?" tanya Tante Inggit."Iya, Bu. Ini tadi Sarah yang masak," sahut Mbak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 191 Fitting Gaun Pengantin

    Seperti biasa di sore hari Kak Dimas akan duduk santai di teras rumah sambil menikmati angin sore yang terasa sejuk. Aku pun menghampiri Kak Dimas sambil menggendong Adinda."Eh, si cantik. Sini Om gendong." Adinda tersenyum saat disapa Kak Dimas.Kak Dimas pun menggendong Adinda, lalu aku duduk disampingnya "Kak, kenapa Kakak tidak bilang kalau Kevin akan melamarku?" tanyaku."Iya maafin Kakak ya, Rah. Kakak sengaja menyusun rencana ini supaya Kakak tahu bagaimana perasaanmu terhadap Kevin," jawabnya."Jadi Kevin tahu dong soal rencana Kakak itu?" "Ya tahulah." Ia terkekeh."Jadi kemarin kakak cuma nge-prank aku dong soal melarang hubunganku dengan Kevin, terus Kevin juga sudah tahu? Ya Tuhan kenapa kalian tega banget sih?" gerutuku sedikit kesal.Ternyata ini semua sudah direncanakan oleh Kak Dimas dan Kevin, ah biarlah tidak mengapa yang penting aku bisa menikah dengan lelaki pujaan hatiku dari sebelum mengenal Mas Rama."Maaf ya Rah, sekarang kamu sudah tahu kan? Bagaimana keju

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 192 CEO Perusahaan

    Satu Minggu berlalu aku sudah tidak lagi bepergian dengan Kevin. Untuk berangkat dan pulang bekerja, Kak Dimas lah yang mengantar dan menjemput, karena Kevin sedang disibukkan dengan pekerjaan dan mempersiapkan acara pernikahan kami."Lihat ini, laporannya ada salah!" Serly melempar sebuah map di hadapanku, tak hanya itu ia juga memasang wajah sinis."Biasa aja dong, nggak usah dilempar!"Semenjak bekerja disini ia memang seperti tidak menyukaiku entah apa sebabnya, sedikit saja aku berbuat salah maka ia akan langsung menegur dengan cara yang begitu menyakitkan."Aku tuh paling nggak suka sama karyawan yang sering mengulang kesalahan," jawabnya sambil menyilangkan kedua tangan."Iya aku minta maaf, beri waktu lima menit aku akan memperbaikinya.""Iya udah buruan, siang ini bos besar akan datang dan setiap pimpinan divisi harus ikut meeting sama dia. Nanti kamu harus ikut dan persentase laporan enam bulan terakhir di hadapan bos bersama Pak Aldi," ucapnya sedikit ketus."Loh, kok aku?

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 193 Buah Bibir

    (POV Dimas)Kabar tentang adikku yang baru dilamar sudah menyebar di wilayah tempatku tinggal. Sama seperti kejadian sebelumnya, pasti aku akan menjadi bahan omongan ataupun sindiran dari para tetangga yang memang sudah kenal dekat dengan mama.Sakit memang, selalu jadi bahan omongan, apalagi aku ini seorang lelaki. Namun, dari pengalaman yang terjadi sebelumnya aku jadi bisa lebih percaya diri. Jujur saja rasanya sakit sekali, tetapi bukankah rasa sakit selalu menjadi bagian dari kehidupan setiap manusia? Hanya mungkin, masalahnya saja yang berbeda.Pagi itu aku sedang berolahraga di halaman rumah hendak lari pagi keliling kompleks."Si Dimas kayaknya bentar lagi mau di langkahin lagi tuh, sama si Sarah." Terdengar olehku suara yang tidak ketahuan darimana asalnya karena terhalang oleh rumah.Mendengar ada yang sedang membicarakan keluargaku, membuat aku berhenti sebentar karena ingin ikut mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Suara gunjingan itu terdengar tepat di samping

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 194 Akad Nikah

    (POV Sarah)Sore ini kami berangkat menuju hotel yang Kevin sewa untuk melangsungkan akad nikah dan resepsi. Keluargaku memang hanya tinggal Kak Dimas dan Mbak Wati, tidak ada saudara lain karena sejak kecil Mama tidak pernah mengenalkan aku pada saudara manapun.Sampai di hotel aku mencoba menghubungi Kevin dan ternyata ponselnya tidak aktif. Entah kenapa seharian ini ia tidak mengirimkan pesan apapun, aneh.Kevin pun berangkat ke hotel ini besok pagi saat akad akan dimulai, karena hotel yang kami sewa lumayan dekat dengan rumahnya.(Maaf, Sayang, tadi aku sibuk banget jadi nggak sempat mengaktifkan ponsel)Kevin mengirimkan pesan saat aku hendak tidur, alhasil mataku segar kembali.(Tidak apa-apa, lebih baik sekarang kamu istirahat saja, supaya besok tidak bangun kesiangan) balasku.(Aku rindu, sangat-sangat rindu! Jadi tidak sabar menunggu hari esok) Disematkan emoticon tersenyum dibelakangnya membuatku senyum-senyum sendiri.(Sabar dong, tinggal beberapa jam lagi kok, kamu tidur a

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 195 Prosesi Pernikahan

    Pukul dua belas siang aku kembali ke dalam kamar untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Setelah makan siang aku berganti pakaian dengan gaun berwarna peach dipadukan dengan haid do yang cukup menawan, sedangkan Kevin mengenakan setelan jas berwarna hitam dipadukan dengan topi khas kepolisian.Kembali turun ke bawah dengan bergandengan tangan, dan kami pun disambut oleh tamu undangan dengan meriah.Di sesi ketiga akan dilaksanakan selepas Maghrib, aku berganti pakaian ke gaun yang lebih sederhana tetapi terkesan mahal, begitu pula dengan Kevin yang berganti pakaian setelan jas biasa."Cium! Cium! Cium!" Suara riuh tamu undangan yang hadir meminta kami melakukan wedding kiss.Kevin segera memajukan wajahnya mengikis jarak antara aku dan dia. Lelaki tampan yang kini menjadi suamiku mulai mengecup bibir ini disambut dengan sorakan para tamu.Setelah itu, Kevin mengedarkan pandangan ke seluruh tamu dengan senyuman lebar terpatri di wajah tampannya. Memberikan kesan bahwa dia sangat bahagia dapa

Bab terbaru

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 207 Happy Ending

    (POV Sarah)Sejak satu bulan yang lalu Kak Dimas sudah bisa berjalan dengan normal, dan hari ini pula ia akan melaksanakan pernikahannya dengan Mbak Wati.Dengan uang tabungan Kak Dimas, pernikahan Kak Dimas dan Mbak Wati yang lumayan megah ini dilaksanakan disebuah gedung luas."Sah?""Sah!"Para saksi dan tamu undangan tersenyum bahagia, seketika rasa haru menyeruak apalagi pernikahan ini tidak dihadiri oleh kedua orang tua. Pada saat prosesi sungkeman pun Kak Dimas dan Mbak Wati hanya memelukku dan Kevin untuk meminta doa restu karena memang hanya kami yang merupakan saudaranya."Doakan Mbak dan Kakakmu ya, Sarah.""Iya Mbak, tolong terima Kakakku apa adanya ya, semoga kalian bahagia."Resepsi pernikahan akan dilaksanakan hari ini juga setelah dua atau tiga jam akad nikah. Dua gaun indah berbentuk mermaid dengan ekor yang panjang telah dipersiapkan. Silvia juga hadir, ia terlihat bahagia saat melihat mantan kekasihnya mengucapkan ijab kabul meskipun dengan orang lain.Mbak Wati ta

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 206 Hari Bahagiaku

    (Pov Wati)Hari bahagiaku telah tiba. Ya, hari ini adalah hari bahagiaku bersama Dimas. Aku telah melewati masa-masa sulit tidur menjelang pernikahanku ini.Di sebuah gedung mewah pernikahan aku dan Dimas pun di langsungkan. Banyak tamu undangan yang hadir menjadi saksi kisah cinta kami berdua.Aku lihat Dimas, calon suamiku itu menitikkan air matanya ketika Sarah dan para bridesmaids menggandeng diriku menghampiri meja akad nikah. Dimana sudah ada seorang penghulu yang tengah duduk dengan manis disana dan ada dua orang saksi pernikahanku yang tidak ada satu pun dari mereka yang aku kenali."Sarah, apa Mbak sedang bermimpi? Jika iya, tolong bangunkan Mbak, Rah!" tanyaku pada Sarah yang tetap berjalan menggandeng tanganku.Aku begitu bahagia melihat dekorasi ballroom hotel yang begitu indah dengan hiasan berbagai jenis bunga-bunga yang indah. Bahagia dan terharu itulah yang bisa aku gambarkan tentang perasaanku hari ini."Tidak Mbak, kamu tidak sedang bermimpi. Lihatlah di sana ada Kak

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 205 Perampok

    Aku pun ikut memasukkan uang dan beberapa barang berhargaku dan Kevin ke dalam tas perampok itu."Ambil ini, tapi lepaskan kakakku!" tegasku sambil melemparkan tas itu ke atas kasur."Bagus, awas kalau kalian berani menyerang, akan aku tembak!" tegas orang itu.Ia berjalan mengendap menuju kasur sambil menodongkan senjata ke arah kami semua, saat tubuhnya membungkuk karena ingin meraih tas dan saat itulah Kevin menendang punggungnya."Aaarghh!" Ia mengerang lalu berbalik badan.Kukira ia akan menyerang Kevin tapi ternyata ia malah menyerang Mbak Wati karena saat perampok itu lengah ia mengambil tas itu."Sarah, ambil ini!" teriak Mbak Wati sambil melemparkan tas itu ke arahku.Namun, Mbak Wati kembali disandera dengan pistol yang mengarah ke kepalanya."Jangan sakiti dia!" teriak Kak Dimas dengan suara lantang."Kalau tidak mau dia kusakiti, cepat serahkan tas itu padaku kalau tidak dia akan mati sekarang!" tegas perampok itu.Berani sekali orang ini, mencoba merampok di rumah polisi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 204 Mbak Wati Disandera

    (Pov Sarah)"Eh, Silvia, ayo masuk." Aku tersenyum lalu menggandeng Siska masuk ke dalam rumah.Silvia ini merupakan mantan kekasih Kak Dimas, beberapa tahun silam Kak Dimas sempat berencana ingin melamarnya. Namun, ia ditolak oleh keluarga Silvia lantaran keadaan ekonomi Kak Dimas yang baru saja memulai karirnya.Orang tua Silvia takut jika anaknya menikah dengan Kak Dimas akan hidup susah, hingga akhirnya mereka menjodohkan Silvia dengan lelaki lain."Sejak kamu berpisah dengan Kak Dimas, kita belum bertemu lagi ya, Sil. Kamu apa kabar?" tanyaku."Aku baik, Sarah. Maaf kemarin aku nggak bisa datang di acara pernikahanmu, karena Papaku meninggal tepat di hari bahagiamu makanya aku nggak bisa datang.""Innalilahi wa innailaihi raji'un, aku turut berduka cita ya Sil. Memangnya Papa kamu sakit atau kenapa?" tanyaku."Iya Sar, Papaku meninggal karena serangan jantung setelah mendengar kabar jika aku sudah berpisah dengan mantan suamiku.""Oh, jadi kamu sudah bercerai? Pantas saja kamu ke

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 203 Aku Mau Jadi Istrimu

    "Hah!"Dengan cepat aku menoleh, hingga kami saling bertatapan."Aku serius, Ti. Aku nggak bohong!" Ia menyakinkan lagi."Emm... Kamu pikir-pikir dulu aja deh, aku tuh nggak sebaik yang kamu lihat," jawabku."Percayalah Ti, aku sungguh-sungguh mencintai dan menyayangimu. Aku tidak peduli dengan masa lalumu seburuk apapun itu, karena bagiku masa lalu tetaplah masa lalu, tidak akan bisa menjadi masa depan," ucapnya lagi."Jangan pernah berpikir kamu tidak lagi pantas untuk dicintai. Kamu tidak sendiri, aku, mereka, dia, dan kita semua pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan mereka berusaha bangkit kembali, karena masih banyak orang yang peduli dan men-support agar kita tidak terus-menerus terjabak dimasa lalu. Dan kamu pun bisa begitu!"Aku hanya tersenyum sungkan lalu membawa Adinda masuk ke dalam. Dadaku berdebar-debar dan pipi ini mulai menghangat, aku merasa tidak kuat jika harus terus menerus dipandang oleh Dimas.Didalam kamar aku merenung, pantaskah aku yang kotor ini menjadi

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 202 Hati yang Kosong

    (Pov Wati)Suatu kebahagiaan saat aku bisa terlepas dari belenggu kejahatan Sulis, apalagi saat ini aku dipertemukan dengan keluarga yang begitu baik.Aku bahagia ketika melihat Sarah menikah dengan lelaki yang ia cintai, dan orang yang ia cintai itu memperlakukannya seperti Ratu.Namun, ditengah-tengah kebahagiaan mereka hati kecilku terasa kosong. Umurku sudah dewasa tetapi tidak seperti perempuan lainnya yang sudah berumah tangga.Adakalanya terbesit rasa iri ketika melihat wanita-wanita seusiaku atau dibawah umurku yang sudah memiliki suami dan mempunyai anak. Sementara aku masih sendiri disini menanti sang pangeran membawa kuda kelana untuk menjemput dan membawaku ke istana pelaminan. Namun sayang seribu sayang, pangeran yang aku nantikan tidak kunjung datang menjemput, semuanya masih sebatas angan dan harapan.Seburuk apapun aku dimasa lalu tentu saja aku sangat menginginkan sosok suami yang baik dan bisa membimbingku ke jalan yang benar."Ti, kamu nggak merasa bosan di rumah t

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 201 Cinta yang Tersembunyi

    Tiba di rumah Kevin."Syukurlah, kalian sudah sampai rumah, ayo masuk!" ucap Mbak Wati sambil membukakan pintu."Bagaimana keadaanmu, Dim?" tanya Mbak Wati pada Kak Dimas."Sudah lebih baik, Ti. Makasih ya disela-sela kesibukanmu mengurus Adinda kamu masih sempetin buat jengukin aku." Kak Dimas tersenyum manis.Ya, aku memang menceritakan pada Kak Dimas jika Mbak Wati selalu menyempatkan diri ke rumah sakit untuk menjenguk dirinya."Iya sama-sama.""Semoga kamu betah tinggal disini ya, Dim," sahut Kevin sambil tersenyum."Iya Vin, aku pasti betah tinggal disini kok, apalagi adaa..." Kak Dimas tidak melanjutkan ucapannya."Ada siapa hayoo? Ada Mbak Wati ya...?" tanyaku dengan tatapan menyelidik. Mbak Wati yang sedang menggendong Adinda pun tampak tersenyum dengan wajah memerah."Apa sih, Rah? Enggak kok.""Emm, ya udah deh. Yuk aku antar ke kamar, Kakak istirahat aja ya.""Maaf ya Rah, ngerepotin kamu jadinya," ujar kak Dimas."Nggak repot kok, masa ngurusin Kakak sendiri bilang repot

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 200 Kak Dimas Boleh Pulang

    "Syukurlah Kakak sudah sadar," ucapku sambil berjalan ke ranjang rumah sakit dengan gembira. Kak Dimas perlahan membuka kelopak matanya dan berkata dengan susah payah."Air... Air..."Dengan cepat Mbak Wati mengambilkan gelas berisi air matang yang ada di atas nakas dan menyerahkannya padaku.Setelah meminum beberapa teguk air Kak Dimas melihat ke sekeliling."Sarah, kita ada dimana?""Kita ada di rumah sakit, Kak," jawabku."Rumah sakit?" Kak Dimas menatap ke depan dengan tatapan kosong sepertinya ia sedang mengingat-ingat sesuatu."Iya, Kakak mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang dari rumahku dan sudah beberapa hari ini Kakak mengalami koma.""Sudah berapa lama Kakak koma?" tanya Kak Dimas lagi."Lima hari.""Apa? Tapi Kakak merasa baru tidur beberapa jam saja," ucapnya sambil memegang kepalanya."Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Kamu bisa mengalami kecelakaan, Dim?" tanya Mbak Wati."Saat perjalanan pulang dari rumah Kevin, pandangan mataku kabur karena cuaca malam

  • Rahasia Suamiku dan Keluarganya   Bab 199 Kondisi Dimas Mulai Membaik

    Kami kembali ke depan ruang ICU, Adinda pun sudah terlelap di pangkuan Kevin."Wati, kamu pulang saja ya biar aku dan Sarah saja yang menjaga Dimas. Kasihan Adinda kalau kita ajak tidur disini,” ucap Kevin pada Mbak Wati."Iya Mbak, kamu pulang sama Adinda ya, besok lagi saja kalau Mbak mau kesini," sahutku."Ya sudah kalau gitu Mbak pulang dulu ya Rah, Vin. Besok pagi aku akan kesini mengantarkan pakaian untuk kalian," ucap Mbak Wati."Iya Ti, supirku sudah menunggu di depan jadi kamu tidak perlu menunggu lama." "Iya, terimakasih.Mbak Wati pun akhirnya pulang ke rumah bersama Adinda.***Matahari sudah menunjukkan sinarnya, aku merasakan leher ini begitu kaku dan nyut-nyutan, mungkin ini karena efek begadang semalaman di rumah sakit."Aargh..." Kevin pun terlihat merenggangkan tulang-tulangnya yang mungkin terasa kaku.Mata Kevin tampak berubah merah sebab tak tidur. Diliriknya jam yang tergantung di dinding rumah sakit, sudah menunjukkan pukul enam pagi."Sayang, Mas belikan sarap

DMCA.com Protection Status