Home / Pendekar / PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PENDEKAR TERAKHIR TANAH JAWA: Chapter 91 - Chapter 100

124 Chapters

HUJAN MISTERIUS

Atap yang roboh dari bangunan darurat tempat Tumenggung Jatibarang berteduh membuat kepanikan para prajurit Jatibarang. Mereka segera berlari menembus hujan untuk menolong Tumenggung Jatibarang dan rombongannya. Tetapi mereka seperti terhalang oleh angin kencang dan lapisan air hujan yang membentuk tembok air. Mereka berusaha menembus dengan sekuat tenaga, tetapi tidak bisa, air hujan dan angin membuat mereka terpaksa mundur. Mereka masih terus mencoba tetapi air hujan yang sangat lebat seperti membuat tembok yang mengelilingi bangunan darurat sehingga para prajurit tidak dapat mendekat bangunan darurat.Sementara itu tidak tampak ada tanda-tanda gerakan di bangunan darurat yang runtuh. Hanya terdengar suara angin yang menderu dan air yang ditumpahkan dari langit. Braakkk!! Terdengar suara keras dari bangunan darurat diikuti oleh serpihan-serpihan kayu yang terlempar ke udara. Tumenggung Jatibarang muncul dari reruntuhan bangunan darurat itu dengan tangan mengepal ke udara, d
Read more

HUJAN AIR LAUT

Di tengah laut. Dekat pantai Cirebon. Kapal Singaparna yang ditumpangi Kyai Rangga dan rombongannya menunggu untuk dapat berlabuh. Angin kencang, dibarengi dengan hujan deras dan laut yang bergelombang membuat mereka harus menunggu untuk dapat merapat di dermaga. Layar diturunkan agar angin tidak membawa membawa kapal itu kembali ke tengah laut. Jangkar-jangkar juga diturunkan, untuk menjaga kapal tetap pada posisinya. Sebagian prajurit masuk berlindung ke dalam kabin. Sementara jurumudi tetap berada di posisinya menjaga haluan kapal. Dari tempat yang terlindung dari air hujan, Kyai Rangga, Bhre Wiraguna, Lembu Sora, Arya Tejawungu, dan Martapura menunggu serta melihat keadaan di pelabuhan. “Apakah kalian menyadari ada keanehan pada hujan ini?” tanya Kyai Rangga. “Ya, datangnya tiba-tiba dan sangat deras!” kata Martapura. “Ya, benar,” ujar Bhre Wiraguna. “Coba lihat, hujan yang paling lebat hanya ada di tepi pelabuhan dekat d
Read more

PENGENDALI AIR

Kyai Rangga berlari dan melompat-lompat di atas air dengan cepat. Tak berapa lama sampailah ia di pantai. Kyai Rangga segera menuju ke tempat orang yang mengendalikan air. Di tepi pantai agak jauh dari pelabuhan seorang berpakaian putih-putih tampak duduk bersila. Kedua tangannya membuka, terangkat lurus sejajar dengan bahunya. Kekuatannya menyebabkan air laut terangkat ke angkasa seperti tiang air yang bergerak lurus dan jatuh di bangunan darurat di pelabuhan sebagai air hujan. Seperti yang sudah diduga oleh Kyai Rangga, orang tersebut adalah Bayu Segara dari perguruan Tirto Samudra.Kyai Rangga segera menghampiri Bayu Segara dan melakukan pukulan jarak jauh.“Hentikan!” teriak Kyai Rangga sambil melancarkan pukulan jarak jauh.Pukulan jarak jauh dari Kyai Rangga membuat Bayu Segara terhenyak ke belakang. Air laut yang terangkat ke angkasa mendadak berhenti dan jatuh terhempas ke laut menimbulkan percikan air yang besar. Hujan yang timbul akibat curahan air laut itu juga mendadak ber
Read more

PENGENDALI BUMI

Semua yang mengelilingi Bayu Segara menjadi terkejut oleh semburan kubangan air hujan yang bergerak ke atas dengan cepat itu. Beberapa prajurit jatuh terpeleset. Genangan air hujan itu kini bagai tirai tipis yang melindungi tubuh Bayu Segara.“Keparat!” teriak Bhre Wiraguna sambil mencoba menembus tirai air itu untuk menyerang Bayu Segara.Aah! Bhre Wiraguna terpental ke belakang sekitar sepuluh meter saat menabrak tirai air itu. Semua yang melihat menjadi ketakutan dan mundur beberapa langkah.Kyai Rangga segera mengambil ancang-ancang, untuk melakukan pukulan jarak jauh.“Minggir semua!” teriak Kyai Rangga pada orang-orang yang mengeliling Bayu Segara.Orang-orang yang mengelilingi Bayu Segara segera menjauh, mencari tempat yang aman.Kyai Rangga mengeluarkan pukulan jarak jauhnya, menembus tirai air, meninggalkan bekas berbentuk lingkaran dan menghantam Bayu Segara yang berada di tengah tirai air.“Aaa
Read more

PENGENDALI API

Kyai Rangga menyatukan kedua telapak tangannya dan menarik nafas panjang. Sebelum gumpalan tanah yang dibuat Lindhu tiba, Kyai Rangga mengarahkan telapak tangannya ke depan. Sebuah cahaya putih melesat dari telapak tangan Kyai Rangga membuat gumpalan tanah itu ambyar di udara, meninggalkan debu di udara. Cahaya putih dari telapak tangan Kyai Rangga terus melaju menghantam Lindhu Purwo, membuatnya terlempar sejauh sepuluh meter.“Aaaagrh!!” teriak Lindhu Purwo yang terlempar dan terjatuh di dekat pantai, hampir tercebur ke air.Kyai Rangga melesat menghampiri Lindhu Purwo dan memberi tendangan yang keras. Lindhu Purwo kembali terlempar sejauh sepuluh meter, kali ini tubuhnya masuk ke dalam laut.Byuur!!! Lindhu Purwo tercebur ke dalam laut, tubuhnya timbul tenggelam terkena ombak laut. Sejurus kemudian Lindhu Purwo sudah tenggelam ke dalam laut. Tetapi tidak sampai satu menit, tiba-tiba air laut naik ke angkasa membawa tubuh Lindhu Purwo yang pingsan dan melemparkannya ke tepi pantai.
Read more

PENGENDALI ANGIN

Bola api di tangan Agni Wandira berkobar dan berputar-putar di udara di antara kedua telapak tangannya. Agni Wandira menatap tajam pada Kyai Rangga sebelum melontarkan api yang ada di tangannya. Dibarengi dengan sebuah teriakan keras, Agni Wandira melontarkan bola api di tangannya ke arah Kyai Rangga. Bola itu melesat dengan cepat menuju menuju ke arah Kyai Rangga yang diam tidak bergerak sedikitpun.Blaaar!!! Bola api itu menghantam tubuh Kyai Rangga dengan keras dan mengubahnya menjadi serpihan-serpihan api kecil. Kyai Rangga tetap berdiri pada tempatnya tidak kurang suatu apapun. Kyai Rangga mengibas-ngibaskan tanganya untuk membersihkan sisa-sisa bola api yang mengenai tubuhnya.“Wah, luar biasa, ilmu apa itu?” tanya Bhre Wiraguna pada Lembu Sora yang ada di sebelahnya.“Dia pengendali api, bisa mengeluarkan api dan mengendalikannya,” jelas Lembu Sora.“Hmm, hebat, aku juga ingin bisa menguasai ilmu itu,” kata Bhre Wiraguna.“Sepertinya sulit, kamu tidak punya bakat,” ujar Lembu S
Read more

TORNADO API

Anila mencoba mengendalikan angin yang sudah berubah menjadi tornado api setinggi sepuluh meter. Tetapi gerakan tornado menjadi liar tak terkendali, Anila tidak dapat mengendalikannya lagi. Tornado api itu bergerak liar menuju ke reruntuhan bangunan darurat. Dalam sekejap sisa-sisa bangunan itu ditelan tornado api dan ikut terbakar dan berputar bersama tornado api.“Gawat ayo menyingkir sejauh mungkin!” kata Tumenggung Jatibarang pada semua prajuritnya. “Berlindung-berlindung!” teriak Narapaksa. Bhre Wiraguna dan Lembu Sora yang menyusul Kyai Rangga turun ke pelabuhan menggunakan perahu juga ikut kebingungan menghindari sejauh mungkin tornado api itu. Dengan suara gemuruh yang dahsyat, tornado api itu bergerak menuju ke arah Bayu dan Lindhu yang tengah tergeletak tak berdaya karena telah dilumpuhkan oleh Kyai Rangga. Panas tornado api sudah mencapai Bayu dan Lindhu, keduanya sudah pasrah, siap untuk ditelan tornado api itu. Anila mencob
Read more

PERGULATAN BATIN EMPAT SAUDARA

Kyai Rangga lebih mendekat pada Bayu Segara. Beberapa orang yang ada juga mendekati Bayu Segara. Tumenggung Jatibarang, Sarip, Lasmini, Narapaksa, Bhre Wiraguna, dan Lembu Sora lebih mendekat untuk mendengar lebih jelas keterangan dari Bayu Segara.            “Kapan kamu pertama kali bertemu dengannya?” tanya Kyai Rangga.            “Satu bulan yang lalu, tepatnya di pantai Sindanglaut,” jawab Bayu.            “Apa, pantai Sindanglaut? Mengapa kamu ada di sana? Apa yang kamu kerjakan?” Kyai Rangga keheranan.            “Saat itu kami berempat sedang berlatih menggunakan tenaga kami mengendalikan air, api, tanah, dan udara. Tiba-tiba muncul kapal raksasa dari baja, Samiri keluar dari sana dan da
Read more

BERGABUNG

Kyai Rangga memperhatikan Bayu, Anila, Lindhu, dan Agni yang masih saling memandang satu sama lain. Keempatnya masih bingung dan belum bisa mengambil keputusan. Kyai Rangga memberi mereka kesempatan untuk mengambil keputusan. “Aku merasa telah tersesat,” kata Bayu Segara. “Tersesat?” tanya Agni “Ya, untuk apa aku melawan bangsaku sendiri?” tanya Bayu pada dirinya sendiri. “Ya, aku juga merasa yang kulakukan tidak ada gunanya, selain untuk kesenanganku sendiri,” kata Lindhu. “Kita semua hanya mengejar kepuasan dan kesenangan kita sendiri,” kata Anila. “Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita bergabung dengan Mataram atau bagaimana?” tanya Agni. “Bergabung untuk menyerang Batavia?” tanya Lindhu. “Pilihan kita sekarang hanya dua, melawan mereka atau bergabung dengan mereka,” jawab Agni. “Tidak ada pilihan lainnya?” tanya Lindhu. “Ada juga, tidak bergabung dengan
Read more

PELABUHAN SUNDA KELAPA

Pagi hari. Pelabuhan Sunda Kelapa. Batavia. Setelah berlayar selama 2 hari 2 malam, sampailah armada kapal Mataram yang dipimpin Kyai Rangga di Batavia. Mereka hendak mendaratkan perbekalan di pelabuhan. Kyai Rangga memerintahkan ke sepuluh kapal lainnya untuk tetap berada di tengah laut tidak merapat ke pelabuhan. Hanya kapal yang dinaiki Kyai Rangga yang akan bersandar lebih dahulu.Martapura memerintahkan awak kapal untuk menurunkan jangkar. Memasang jembatan menuju ke dermaga. Kyai Rangga bersiap untuk turun, ketika dilihatnya beberapa orang prajurit VOC mendekati kapal.“Ada pasukan VOC, mau apa mereka?” tanya Martapura.“Mungkin akan memeriksa, aku akan turun saja,” kata Kyai Rangga sambil melangkah turun dari kapal.“Apakah perlu pengawalan prajurit?” tanya Martapura.“Tidak perlu, akan kuhadapi sendiri, mereka hanya menjalankan tugas,” kata Kyai Rangga.Para prajurit segera mendatangi Kyai Rangga begitu dia turun dari kapal.“Goedemorgen! Ik ben Willem, wie ben jij? En wat is
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status