Bab 88 Banyaknya Pertanyaan "Katanya aku boleh ikut dengan syarat. Syarat apaan?"Mas Hilman terdiam sejenak. Lalu menghela napasnya dan memegangi kedua bahuku dengan kedua tangannya. Ia tampak serius menatapku hingga membuat jantungku deg-degan. Kira-kira mau bilang apalagi suami mudaku itu?"Syaratnya harus nurut sama suami," kata Mas Hilman."Iyaa, tapi apa?""Di rumah aja."Kedua alisku seketika mengernyit mendengar ucapan Mas Hilman. Syarat macam apa yang ia berikan itu? Bukankah itu artinya sama saja aku tidak boleh ikut? Astagaaah!"Itu bukan syarat, Maaas!" protesku."Siapa bilang? Itu syarat, kok," balas Mas Hilman.Ku tarik napasku dalam-dalam. Berjalan sedikit menjauh lalu membelakangi suami mudaku yang mulai lagi dengan sikap tengilnya itu."Yaudah, terserah kamu. Tapi, beneran ya kamu harus dapetin jawabannya. Soalnya aku penasaran kenapa aku masih dibawa-bawa dalam masalah mereka. Lagian, kejadian itu udah berlalu lama. Kok, ya bisa-bisanya sekarang di bahas lagi? Kala
Baca selengkapnya