Bab 89 Alasan Siska "Boleh kita bicara empat mata aja, Mbak?" tanya Sarah yang membuatku bertanya-tanya.Bukannya menjawab pertanyaanku, kali ini Sarah malah meminta waktu untuk berdua saja denganku. Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan? Adakah hubungannya dengan pertanyaanku sebelumnya? Jika iya, mengapa harus berdua saja? Mengapa pula dirinya lah yang menjelaskan? Mengapa bukan Mas Aryo yang mana dia lah yang menjalani ini semua.Mengapa?Ku ulas senyum tipis lalu mengiyakan pertanyaan dari Sarah barusan.Aku dan Sarah lantas meninggalkan ruang tamu menuju teras belakang. Dengan posisi duduk berseberangan Sarah mulai membuka pembicaraannya."Mbak, aku tau alasan Mas Aryo pergi ke Arab Saudi dulu karena menerima tawaran dari Siska demi kamu. Dan aku juga tau kalau sampai sekarang Mas Aryo masih peduli sama Mbak Halimah," ujar Sarah dengan wajah sendu."Maafkan aku, ya. Jujur, aku juga baru tau alasan itu belum lama ini. Dan seandainya pun aku tau dari awal, aku mungkin juga gak bi
Bab 90 Fakta BaruSebuah pertanyaan yang sejak tadi masih menghinggapi pikiranku pun akhirnya bisa ku ungkapkan.Sarah terdiam mendengar beberapa pertanyaan yang ku ajukan barusan. Raut wajahnya terlihat sedang kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang menurutku cukup sederhana itu. Atau jangan-jangan benar jika Mas Hilman dan Bulik Erni tak boleh mengetahui hal ini. Tapi jika demikian, mengapa?"Hey!" Sarah tersentak melihat tanganku yang melambai di depan wajahnya. "Kok, malah diam, sih?" tanyaku. "Maaf, Mbak. Kenapa tadi?" Betul tebakanku, Sarah nampak linglung seakan tak bisa menemukan jawabannya. Apa mungkin benar jika hal ini tidak boleh diketahui Mas Hilman dan Ibu mertuaku."Aku yang minta!"Seketika aku dan Sarah kompak menoleh ke arah sumber suara. Ternyata sudah ada Mas Aryo dan Mas Hilman serta Bulik Erni. Dan sedikit menjauh di sana juga ada adik ipar kesayanganku yang berdiri di ambang pintu belakang rumah. Mas Aryo dan lainnya berjalan mendekat dimana aku dan Sarah
Bab 91 Yang Terjadi Pada Abrisam "Terus sekarang tujuan Siska datang lagi ke sini buat apa? Ganggu kalian lagi? Atau?" Lagi-lagi Ibu mertuaku itu tampak khawatir dengan keadaan kami semua.Jelas lah, orang tua mana yang tak khawatir mengetahui ada orang yang berkemungkinan akan mengganggu ketenangan hidup anak-anak dan keluarganya? Aku pun kalau berada fi posisi Bulik Erni pasti akan merasakan hal yang sama."Enggak, Bu. Tapi Halimah."Mendengar namaku disebut tentu membuatku terkejut. Apa lagi yang kini diinginkan Siska padaku? Astaghfirullah ..."Astagfirullah, Mas, Abrisam, Mas!" pekikku kala mendengar tangisan dari anakku yang berada di dalam rumah.Bergegaslah aku dan lainnya masuk ke dalam rumah guna mengecek keadaan Abrisam. Ketakutan sempat menghampiriku manakala mendengar suara tangisan anak pertamaku itu yang secara tiba-tiba. Takut-takut kalau ia terjatuh dari kasurnya atau ketika masih dalam keadaan tanpa sengaja kepalanya terbentur sesuatu. Atau bahkan hal yang lebih b
Bab 92 Kemunculan Dewi yang Tiba-tiba "Pasti dia!" batinku mengingat satu orang wanita yang selama ini tak suka padaku.Apalagi saat ini wanita jah*t itu berada di sekitar tempat tinggalku. Tentu saja hal itu membuatku semakin yakin kalau dia lah pelakunya. Pasti dia masuk ke dalam rumah ini diam-diam ketika semua anggota berada di belakang rumah tadi.Tanpa berpikir panjang, tanpa memikirkan benar atau tidak, aku pun bangkit dari dudukku dan berlari ke arah luar rumah tanpa seizin suami mudaku. Sontak tindakanku ini membuat suami mudaku serta yang lainnya panik. Baik Mas Hilman maupun Bulik Erni atau yang lainnya terus memanggilku untuk kembali. Tapi sayangnya aku lebih memilih menghiraukan panggilan mereka dan terus berlari keluar rumah."Siska! Keluar kamu!""Siskaaaa! Dasar janda gil*!"Aku terus menggedor-gedor pintu rumah Bu Watik seraya terus-terusan memaki Siska dengan lantang. Aku yakin pasti janda gil* itu yang menyakiti anakku. Siapa lagi kalau bukan dia? Keyakinanku ini
Bab 93 Menarik Tuduhan"Percaya sama aku. Bukan dia pelakunya. Orang lain!" Dewi kembali mencoba meyakinkan Mas Hilman untuk memintaku menarik kembali tuduhanku pada Siska."Lebih baik kamu tarik tuduhamu dan jangan biarkan wanita itu menjebakmu," ujar Dewi padaku sembari melirik tajam sebentar ke arah Siska.Mendengar perkataan Dewi barusan semakin membuatku kebingungan. Ada apa dengannya yang tiba-tiba muncul dan memintaku untuk menarik kembali tuduhanku. Lantas, apa mungkin benar ucapannya itu? Jika iya, darimana ia tahu akan hal ini? Atau jangan-jangan ... Malah dirinya sendiri lah pelaku yang membuat anakku lebam-lebam seperti itu?"Kalau bukan dia pelakunya, siapa? Kamu?!" todongku pada Dewi."Siapa pun pelakunya, sebaiknya kamu cari tau lebih dulu. Jangan asal menuduh yang kalau salah bisa fatal akibatnya!" balas Dewi dengan nada agak meninggi.Aku kembali terdiam mendengar balasan Dewi barusan. Benar yang dia katakan. Kalau sampai aku salah menuduh akan bisa lebih fatal akibat
Bab 94 Ada Apa Denganmu, Siska?Melihat tindakan Siska yang tak terduga itu spontan membuat Mas Hilman terus menggedor-gedor pintu disertai memanggil nama Siska. Hal serupa pum juga dilakukan Mas Aryo juga Bulik Erni yang mengecam perbuatan Siska barusan. Sayangnya, sekeras apapun yang dilakukan tiga orang di luar itu tak membuat Siska membuka pintunya. Siska betul-betul tutup telinga dengan teriakan-teriakan di luar sana.Entah lah apa yang akan diperbuatnya padaku kali ini.Namun yang jelas aku tidak akan takut padanya. Selain banyak saksi ketika ia menarik paksa diriku, aku juga memiliki banyak pendukung di luar sana. "Mau apa kamu?" tanyaku pada Siska yang akan duduk santai di sofa ruang tamu tanpa memedulikan suami dan keluargaku sedang khawatir di luar sana."Duduk aja dulu." Dengan entengnya Siska mempersilakanku untuk duduk di sofa depannya.Aku bergeming melihat sikap janda gil* itu. Sebenarnya apa yang dia inginkan sampai harus berbuat seperti ini?"Tenang. Kamu aman, kok. B
Bab 95 Siska Pergi"Aku udah kirim videonya ke hp mu. Silakan cek," ucap Siska lagi sambil tersenyum.Aku segera mengecek hp ku dan ternyata benar. Aku mendapat kiriman video dari nomor yang tidak aku kenal.Oh, Siska ... Ada apa dengan dirimu hari ini? Mengapa kamu terlihat sangat berbeda dan bahkan lebih terlihat seperti malaikat?Siska lantas bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan ke arah pintu depan dan membukanya. Siska betul-betul terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa.Bersamaan dengan pintu yang telah terbuka, spontan aku berdiri ketika melihat Mas Hilman masuk ke dalam rumah dengan setengah berlari menuju tempat dimana aku berada. Suami mudaku itu langsung memelukku yang membuat tubuhku lunglai seketika. Entah sebab apa yang membuatku seperti ini, padahal ketika di dalam rumah bersama Siska, ia memperlakukanku dengan begitu baik. Tak ada kekerasan ataupun hinaan yang ia lontarkan padaku. "Kamu gak pa-pa?" tanya Mas Hilman padaku."Iya, Mas. Aku gak pa-pa, kok," jawabk
Bab 96 Alasan Siska Pergi?Sebetulnya mendapati Dewi pergi begitu saja malah membuatku curiga padanya. Namun, mengingat kembali kalau dalam rekaman video yang dikirimkan Siska itu bukanlah Dewi yang masuk secara diam-diam ke dalam rumah Bulik Erni.Selain curiga pada Dewi, karena sikapnya itu lah yang tentu membuatku jengkel sekaligus semakin tak suka padanya. Dia yang tadinya ngotot memintaku untuk menarik tuduhanku sekarang ini malah menghilang tanpa pamitan. Ah, ada apa dengan wanita gil* yang mengaku ingin mendapatkan suami mudaku itu? Mengapa ia pergi disaat aku dan Siska masih berada dalam satu ruangan?"Mm, yasudahlah. Lupakan aja," kataku. Toh, tak penting juga keberadaan Dewi di rumah ini. Beberapa saat kemudian baik Mas Hilman dan lainnya menagih padaku untuk menunjukkan video rekaman yang dikirm oleh Siska. Namun, disaat aku hendak membuka aplikasi berwarna hijau itu tiba-tiba Siska kembali mengirimiku sebuah pesan singkat. [Aku sarankan lebih baik kamu urungkan niatmu un