Bab 123 Kondisi Mantan Mertua Setelah memberikan jawabanku tersebut, aku tidak lagi mendengar suara dari Mas Hilman. Dan entah mengapa di momen itu aku merasa kalau suami mudaku itu sedang memikirkan sesuatu yang ujung-ujungnya aku diminta untuk mengembalikan satu set perhiasan itu.Astagfirullah ... Aku terus berucap istighfar dalam hati sembari terus berharap kalau Mas Hilman tidak memintaku untuk mengembalikan satu set perhiasan itu. Karena bagaimanapun aku berusaha menghargai hadiah yang dikirim Siska itu. Walaupun perihal permintaan maaf dari Siska belum juga diketahui secara pasti. Namun yang jelas jika memang benar Siska ingin meminta maaf dan sudah menyesali perbuatannya, hal itu lah yang membuatku senang dan bukan semata-mata karena perhiasan saja.Namun ternyata dugaanku salah. Ketika aku meminta untuk menyudahi aktivitas memijat ini, Mas Hilman masih sama seperti sebelumnya. Tetap tak bersuara. Tentu saja hal ini sudah bisa dipastikan kalau suami mudaku itu pasti tertidur.
Bab 124 EndingTak lama setelah kabar gembira itu mencuat, tiba-tiba kami semua yang berada di teras rumah Bu Watik itu pun seketika dibuat terkejut lantaran terdengar teriakan dari arah dalam rumah. Dan sudah bisa ditebak teriakan yang cukup kencang itu pasti berasal dari Bu Watik.Di waktu yang bersamaan itu pula lah Mas Aryo lantas berlari dengan cepat menuju dalam rumah. Pastilah ia merasa khawatir jikalau terjadi sesuatu pada ibunya itu. Bulik Erni, Sarah, Rahma, serta aku yang menggendong Abrisam pun dengan panik menyusul Mas Aryo ke dalam. Dan disaat kami semua berada tepat di depan kamar Bu Watik, kedua mata kami dibuat tercengang dengan pemandangan di depan sana.Dimana Bu Watik ternyata ... Terjatuh dari tempat tidurnya.Entahlah apa yang sebelumnya wanita paruh baya itu perbuat hingga membuatnya terjatuh dari kasurnya. Namun yang jelas hal tersebut membuat Mas Aryo begitu terkejut. Begitu juga dengan diriku dan yang lainnya.Mendapati ibunya dalam kondisi demikian, tanpa b
Sepupuan dengan Mantan Suami Bab 1 Diusir"Keluar!" usir bu Watik bersamaan dengan dorongan tangannya ke tubuhku hingga membuatku terjatuh. Entah apa yang tiba-tiba merasuki wanita paruh baya itu yang tak lain tak bukan adalah ibu mertuaku sendiri. Bu Watik namanya.Sepulang dari makam suaminya tadi, bu Watik dengan ganasnya memintaku untuk membereskan semua barang-barangku. Padahal belum ada satu pekan aku tinggal di rumahnya, mengikuti mas Aryo yang merupakan anak bungsunya sekaligus suamiku. Ya, pernikahanku dengan mas Aryo baru berusia hitungan hari. Itu pun terbilang sangat mendadak lantaran adanya sebuah permintaan dari mendiang ayah mas Aryo yang baru saja meninggal kemarin. "Sekarang kamu bukan lagi menantuku!" cecar bu Watik sambil menunjuk wajahku dengan tatapan tajamnya."Pergi kamu! Wanita kotor sepertimu tidak pantas tinggal di rumah ini!" cecarnya lagi yang membuatku semakin menjadi pusat perhatian ibu-ibu tetangga yang sudah berkerumun sejak teriakan bu Watik yang s
#SdmsBab 2 Mendapat DukunganTiba-tiba netra bulik Erni menoleh kearahku. "Kamu ke rumahku!" tandasnya lalu berjalan meninggalkanku tanpa membantuku membawa barang-barangku. Langkah kakiku pun mengikuti kemana bulik Erni pergi. Yakni ke rumahnya yang bertepatkan di seberang rumah bu Watik. Entah wejangan apa yang akan ku dapat. Atau mungkin beliau juga akan membenarkan perkataan kakak ipar dan para keponakannya itu. Tak tahulah aku. "Kamu tinggal di sini dulu," kata bulik Erni yang membuatku agak terkejut. "Ma-maksud Bulik?" tanyaku yang tak mengerti maksud dari perkataan bulik Erni barusan. "Sudah mau malam, kamu tinggal di sini dulu aja. Bulik percaya kamu bukan wanita seperti apa yang dituduhkan ibu mertuamu itu," ujar bulik Erni. Mendengar hal demikian membuatku bisa bernafas lega. Ternyata masih ada orang yang percaya dan mau menolongku. Jelas hal tersebut membuatku bersyukur lantaran sebenarnya aku sendiri juga bingung jika harus betul-betul pergi dari desa ini. Mengingat
#SdmsBab 3 Surat CeraiDan entah mengapa melihat mas Aryo dengan wanita berambut panjang tersebut membuat hatiku jadi panas. Antara ingin marah tapi juga tak bisa berbuat apa-apa. Apakah ini definisi istri yang dikhianati tapi bucin? Ah, semoga aku bukan termasuk didalamnya. Dan semoga saja wanita itu memang hanya sebatas teman kanotrnya saja. ***"Tokk!! Tokk!! Tokk!!""Imah! Keluar kamu!""Imaaaaaahh!!!!"Terdengar teriakan bu Watik yang sangat memekik telinga disertai ketukan pintu yang juga kerasnya. Aku yang sedang membantu bulik Erni memasak pun lantas segera membuka pintu. "Astaghfirullah, kenapa lagi mbak Watik itu?" Terdengar bulik Erni mengeluhkan sikap kakak iparnya saat aku hendak meninggalkan beliau. "Nih, dari Aryo!" baru saja membuka pintu bu Watik malah melemparkan sebuah surat yang dibalut amplop coklat. "Astaghfirullah," gumamku. Melihat tulisan pada amplopnya saja sudah bisa ku tebak apa isi surat di dalamnya. "Ada apa, sih, Mbak?" bulik Erni tampak kebingung
#SdmsBab 4 Meninggalkan Rumah Bulik ErniAku tersenyum sembari menatap punggung bulik Erni dan Rahma yang mulai menghilang. Dalam hati aku berucap syukur karena masih dipertemukan dengan orang baik diantara orang-orang yang julid kepadaku. ***Diwaktu yang sama disaat bulik Erni dan Rahma masih mengaji dengan sengaja aku menunggu kepulangan mas Aryo dari balik jendela depan. Berharap bisa melihat kejadian seperti malam sebelumnya supaya aku bisa mengambil foto secara diam-diam dan bisa ku jadikan sebagai bukti untuk memulihkan kembali nama baikku. Ditunggu punya tunggu sampai adzan isya berkumandang aku juga belum melihat tanda-tanda kepulangan mas Aryo. Untung saja aku masih libur sholat sehingga aku masih bisa memantau lebih lanjut. "Mau sampai kapan di situ terus?" tanya bulik Erni yang ternyata sudah menyelesaikan kewajibannya sebagai muslimah. "Eee, bentar lagi Bulik," jawabku. "Sudah, ayo makan dulu!" ajak bulik Erni lalu berjalan kearah dapur. Dimana meja makan berada. K
#SdmsBab 5 Lima Bulan Berlalu Singkat cerita lima bulan telah berlalu. Dan aku semakin bisa menikmati hidupku setelah bercerai dengan mas Aryo. Aku juga sudah bekerja di sebuah rumah makan milik teman dekat bulik Erni yang mana tempatnya berada di desa sebelah. Sedangkan untuk tempat tinggal aku di persilakan oleh bu Ratna --pemilik rumah makan-- untuk menempati sebuah rumah kecil yang kebetulan berada di samping rumah makan tersebut. Meski begitu rasa ingin membalas perbuatan keluarga bu Watik pun masih ada. Sebab, bagaimana pun fitnahan juga hinaan mereka masih selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Apalagi karena perbuatan mereka telah menjadikan nama baikku tercoreng. Menjadi buruk dimata masyarakat terlebih pada orang-orang desa yang terlanjur mengenalku. Bahkan tak jarang ada orang yang tak ku kenal sekalipun melontarkan kata-kata buruk atau sumpah serapah terhadapku ketika kami sedang berpapasan atau bertemu di suatu tempat. Dan karena hal inilah yang membuatku semakin bertek
#SdmsBab 6 Dilamar"Alhamdulillah .... " Terdengar ucapan syukur dari Hilman yang entah mengapa malah membuat dadaku agak sesak. Dalam pelukan bulik Erni aku pun membalas ucapan terima kasihnya. Meski aku sendiri tak tahu apakah aku bisa menjadi istri yang baik untuk Hilman kedepannya. Sebab alasan mengapa aku menerima lamarannya karena aku berpikir dengan pernikahan ini akan bisa menjadi jembatan untukku membalas perbuatan keluarga bu Watik. ***Disuatu malam aku menatap langit sembari kembali memikirkan apa yang terjadi tadi pagi. Masih tak menyangka jika diriku yang baru lima bulan bercerai dengan mas Aryo sudah akan menikah lagi. Bahkan calon suamiku kali ini masih ada hubungan kerabat dengan mantan suamiku itu. Perasaanku masih tak karuan sehingga membuat konsentrasiku dalam bekerja sempat pecah. Sampai-sampai beberapa kali mendapatkan teguran dari beberapa teman pekerja yang lain. Bahkan sampai ada yang mengira jika aku sedang tak enak badan melihat kinerjaku hari ini. "Kam