Bab 95 Siska Pergi"Aku udah kirim videonya ke hp mu. Silakan cek," ucap Siska lagi sambil tersenyum.Aku segera mengecek hp ku dan ternyata benar. Aku mendapat kiriman video dari nomor yang tidak aku kenal.Oh, Siska ... Ada apa dengan dirimu hari ini? Mengapa kamu terlihat sangat berbeda dan bahkan lebih terlihat seperti malaikat?Siska lantas bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan ke arah pintu depan dan membukanya. Siska betul-betul terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa.Bersamaan dengan pintu yang telah terbuka, spontan aku berdiri ketika melihat Mas Hilman masuk ke dalam rumah dengan setengah berlari menuju tempat dimana aku berada. Suami mudaku itu langsung memelukku yang membuat tubuhku lunglai seketika. Entah sebab apa yang membuatku seperti ini, padahal ketika di dalam rumah bersama Siska, ia memperlakukanku dengan begitu baik. Tak ada kekerasan ataupun hinaan yang ia lontarkan padaku. "Kamu gak pa-pa?" tanya Mas Hilman padaku."Iya, Mas. Aku gak pa-pa, kok," jawabk
Bab 96 Alasan Siska Pergi?Sebetulnya mendapati Dewi pergi begitu saja malah membuatku curiga padanya. Namun, mengingat kembali kalau dalam rekaman video yang dikirimkan Siska itu bukanlah Dewi yang masuk secara diam-diam ke dalam rumah Bulik Erni.Selain curiga pada Dewi, karena sikapnya itu lah yang tentu membuatku jengkel sekaligus semakin tak suka padanya. Dia yang tadinya ngotot memintaku untuk menarik tuduhanku sekarang ini malah menghilang tanpa pamitan. Ah, ada apa dengan wanita gil* yang mengaku ingin mendapatkan suami mudaku itu? Mengapa ia pergi disaat aku dan Siska masih berada dalam satu ruangan?"Mm, yasudahlah. Lupakan aja," kataku. Toh, tak penting juga keberadaan Dewi di rumah ini. Beberapa saat kemudian baik Mas Hilman dan lainnya menagih padaku untuk menunjukkan video rekaman yang dikirm oleh Siska. Namun, disaat aku hendak membuka aplikasi berwarna hijau itu tiba-tiba Siska kembali mengirimiku sebuah pesan singkat. [Aku sarankan lebih baik kamu urungkan niatmu un
Bab 97 Aku yang Marah Dia yang Ngambek "Bisa gak sih kamu jaga emosimu?! Ingat umur, Mbak! Jangan kayak anak kecil!" tegur Mas Hilman sesampainya kami di rumah.Aku yang tak terima akan tegurannya itu lantas pergi ke kamar begitu saja. Entahlah, batinku mendadak terasa sakit mendengar ia berkata demikian. Bagaimana bisa ia mengambil kesimpulan jika apa yang ku lakukan adalah sebuah kekanak-kanakan? Wong jelas-jelas aku membela diri.Bukankah jika memang Mas Hilman sungguh mencintaiku seharusnya ia melakukan hal yang sama denganku? Membelaku. Tapi ini? Apa karena ia sungkan terhadap Bu Watik yang notabene adalah Budhe nya sendiri? Atau malah jangan-jangan ... Ketakutanku akan perasaan Mas Hilman terhadap Sarah itu mulai terjadi?"Sayang!" panggil Mas Hilman saat aku melenggang pergi.Ku abaikan panggilan suami muda ku itu dan terus berjalan menuju kamar. Biar saja. Salah sendiri bukannya membela istrinya malah mempermalukanku begitu. Ditambah menyalahkan ku pula."Mbak Halimah istrik
Bab 98 Perdebatan Dengan berat hati aku pun ikut mengiyakan permintaan Ibu mertuaku itu. Yah, mau bagaimana lagi? Dua suara banding satu. Lagipula tak enak juga kalau harus mendebat Ibu mertua sendiri hanya gegara hal sepele seperti ini.Mas Hilman tampak kegirangan mendapati kemenangan atas diriku ini. Walaupun demikian bukan berarti malam ini akan ada tidur romantis seperti biasanya. Lihat saja nanti apa yang akan ku perbuat padanya supaya ia sadar akan kesalahannya.***Ketika hendak tidur tak sengaja aku melihat hp Mas Hilman yang terus-menerus berdering. Sebuah panggilan masuk yang berulang kali dari nomor yang sama. Anehnya nomor itu tidak disimpan oleh suami mudaku. Lantas, nomor siapa kah itu?Dikarenakan Mas Hilman masih sibuk membantu Rahma belajar, aku pun memberanikan diri untuk mengecek hp milik Mas Hilman. Rupanya bukan hanya banyaknya panggilan yang tak terjawab, tetapi juga beberapa pesan beruntun pun dikirim oleh nomor tersebut. Tentu saja hal ini malah membuatku sem
Bab 99 Dugaan yang Tepat"Abaikan aja dia," cetus Mas Hilman yang membuatku menoleh ke arahnya. Bagaimana bisa ku abaikan jika Dewi seberang itu. Lebih-lebih aku juga takut kalau tindakanku akan memengaruhi pekerjaan suami muda ku itu. Mengingat siapa Dewi yang bukan hanya sekedar guru biasa. Melainkan juga anak dari pimpinan sekolah tempat Mas Hilman mengajar. Haduuh, Dewi Dewi, kamu betul-betul merepotkan rumah tanggaku!***"Kue buat siapa, Bu?" tanyaku pada Bulik Erni di suatu sore. "Buat Mbak Watik. Mau kamu antar?" tawar Ibu mertuaku. Mendengar hal itu tentu saja dengan senang hati aku menyanggupinya. Bagiku ini adalah kesempatan untuk mengulik informasi pada orang tua itu sesuai dengan apa yang disarankan oleh Siska.Aku berjalan santai menyeberangi jalan menuju rumah Bu Watik. Mengantar kue yang barusan dibuat oleh Ibu mertuaku. Yang katanya kur ini adalah kue permintaan dari kakak iparnya itu. Maklumlah, selama ini memang sudah terkenal kalau Bu Watik tak pandai memasak.
Bab 100 Mendatangi Rumah Dewi"Siapa? Ngomong yang jelas!" "Dewi, Halimaaah ... Dewi!" Ku hela napasku. Mendengar jawaban Bu Watik barusan aku pun tak begitu terkejut. Karena memang sudah ku duga sejak awal jika Dewi pasti ada hubungannya dengan ini semua. Kemunculannya yang tiba-tiba dan kepulangannya yang tanpa pamit pun membuat kecurigannku padanya semakin besar. Tapi, yang membuatku janggal kenapa ia malah memintaku menarik tuduhanku terhadap Siska? Bukankah jika aku tetap menuduh Siska itu akan membuatnya terbebas dari kesalahannya. Why?Ah, apapun alasannya perbuatan Dewi tak bisa dimaafkan dengan mudah. Karena hal ini lah yang mendorongku untuk berbuat sesuatu supaya wanita penggoda suami orang itu menyadari akan kesalahannya dan meminta maaf pada keluargaku. ***Di suatu malam ketika Mas Hilman sudah terlelap dalam tidurnya secara diam-diam aku kembali menilik hp miliknya. Tujuanku melakukan hal itu untuk menanyakan perihal alamat rumah Dewi lewat nomor hp suami mudaku itu.
Bab 101 Pembalasanku"Heh! Orang tua kamu pikir saya takut sama ancamanmu?! Enggak! Gak sama sekali!" Ku ulas senyum menyeringai ke arah Dewi yang hanya berani memaki dari jauh. Tanpa berniat membalas perkataan sampahnya itu aku pun lantas bergegas meninggalkan rumahnya. Biarlah ia menggonggong semuanya, sebab setelah ini ku pastikan hidupnya akan penuh penderitaan karena kejahatan yang diperbuatnya.***Malam itu lagi-lagi aku kembali menyibukkan diriku untuk melakukan sebuah rencana guna memberi pelajaran pada Dewi. Wanita gil* pengg*da suami orang seta penj*hat untuk anakku. Mas Hilman sudah terlelap dari tidurnya sekitar setengah jam yang lalu. Dan seperti sebelum-sebelumnya aku kembali memakai hp nya untuk melancarkan aksiku. Dimana aku akan membuat status whatsapp sebuah video dengan latar suaranya dari rekaman audio tentang pengakuan Bu Watik karena disuruh Dewi. Seorang anak kepala sekolah dari tempat Mas Hilman mengajar. Tak hanya itu, aku juga membuat screenshoot-an perca
Bab 102 Persidangan "Assalamualaikum," terdengar suara dari seberang telepon ketika mengangkat panggilan teleponnya.Setelah menjawab salam dari Mas Hilman, suami muda ku itu dengan jelas dan cepat serta tanpa basa-basi ia mengatakan kalau aku di minta ke sekolahnya nanti ketika mendekati jam pulang sekolah. Tentu hal itu sudah ku duga sebelumnya ketika tadi aku mendapati panggilan telepon darinya.Di momen ini pula aku semakin khawatir dengan pekerjaan suami muda ku itu. Kalau hanya sekedar di pecat aku masih bisa menerimanya, tapi kalau sampai Mas Hilman tak bisa lago mengajar ... Pasti lah aku akan merasa bersalah seumur hidup. Di tambah respon dari Mas Hilman tadi yang seakan ikut menyalahkan perbuatanku.***Siang itu aku sampai di depan gerbang sekolah tempat Mas Hilman mengajar. Aku mematung untuk beberapa menit lamanya di sana. Aku betul-betul merasa deg-degan sekaligus takut jika Mas Hilman akan benar-benar kehilangan pekerjaannya. Padahal sejak tadi malam, sejak aku memutus