All Chapters of Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Chapter 61 - Chapter 70

213 Chapters

36 (bagian 2)

"Hana, kamu ngantuk ya. Ayo mendingan tidur gih, lagian udah sore juga. Mau pulang," celetuk Maira. Gadis kecil itu mengerucutkan bibir, membuat Maira memandang heran. "Kenapa lain? Kan udah ditemenin berenang. Lagian udah janji sama Papa kan, abis berenang mau bobo," seru wanita itu.Hana mengangguk kepala tanda mengiyakan ucapan Maira. Tetapi, gadis kecil itu menatap penuh permohonan terhadap wanita tersebut."Iya mau bobo kok, tapi pengen ditemenin sama Mama. Kalau Hana udah bobo baru Mama mau pulang juga boleh," ucap Hana. Maira menghela napas lalu melirik jam di pergelangan tangannya. Melirik tatapan Hana yang penuh permohonan. "Ya udah, sekarang ayo ganti baju dulu baru tidur," ajak Maira. Dia bersorak senang mendengar ajakan Maira, Hana langsung mengangguk kepala dan bergegas bangkit. Ia mengajak Maira untuk segera ke kamar, dan wanita itu membantu anak Hafiz mengganti pakaian. Lalu giliran dirinya yang berganti baju."Ayo sini tidur, nanti dinyanyiin nina bobo," ucap Mair
Read more

37 (bagian 1)

Maira langsung menoleh ke asal suara, terlihat David seperti habis membersihkan diri. Karena handuk tergantung di leher dan dia memakai celana pendek dengan bertelanjang dada. "Habis kerja lah, Bang. Macem baby sitter gitu, tapi cuma seharian tadi aja," balas Maira.Wanita itu langsung mendaratkan bokong di sofa. Ia memejamkan mata dan memijit kakinya. Sesekali perempuan tersebut menguap. Melihat sang anak seperti kelelahan, Dewi segera membuatkan teh hangat lalu lekas disodorkan pada Maira. "Ini minum, kayanya kamu capek banget," seru Dewi.Maira segera meneguk air minum ini, sedangkan Ali menyuruh putranya memakai pakaian terlebih dahulu. Tak berselang lama lelaki kembali. Dia lekas duduk di sofa."Siapa anak itu, kenapa manggil kamu Mama!" cecar David.Perempuan itu melirik Kakaknya, ia memejamkan mata. Lalu menghela napas, dia segera mengeluarkan amplop yang berada di tas."Emang saat awal ketemu juga dia udah minta izin buat dibiarin dia manggil Mama ke aku, lagian gak papa. Ka
Read more

37 (bagian 2)

David mengedikan bahu sebagai jawaban. "Masa pake mobil sebagus itu, bayar upah ke anak kita receh," kata Ali.Sekali lagi David mengedikan bahunya, membuat Ali melengos. Sedangkan Dewi segera bangkit dan para lelaki langsung memandang. "Gak papa, yang penting dikasih upah, lagian Maira lagi berusaha cari uang buat gugat Reyhan. Mendingan kita terus dukung aja yang penting caranya bener," lontar Dewi. "Lagian mau receh atau bukan sama aja, sama-sama uang kan," lanjut wanita itu. Mereka mengangguk mengiyakan ucapan Dewi, lalu wanita itu pamit untuk memberikan amplop milik Maira. Saat sampai kamar, bertepatan perempuan tersebut keluar."Bu, liat amplop coklat gak?" tanya Maira.Mendengar pertanyaan Maira, Dewi segera menyodorkan amplop tersebut. Dan perempuan itu segera ambil. "Tadi kamu tinggalin di sofa lho, lain kali jangan ceroboh. Walau uang itu receh tapi kan lumayan buat ngumpulin biar kamu bisa gugat si Reyhan," nasihat Dewi. Maira mengeryitkan alis mendengar ucapan Dewi y
Read more

38 (bagian 1)

Reyhan mengacak rambutnya dengan frustasi lalu mendaratkan bokong di sofa. Ia sesekali memukul tempat duduk untuk melampiaskan amarah. "Thania! Kamu di mana, cepat ke sini," teriak Reyhan.Setelah lelah memanggil, lelaki itu menatap sekitar. Kediaman ini sangat sepi dan berantakan membuatnya geram. "Ishh ... di mana Thania sih, jadi istri bukannya nyambut suami balik malah ilang entah ke mana," gerundel lelaki itu.Pria tersebut bangkit, memilih melihat bagasi dan geraman terdengar di bibirnya. "Ke mana dia, kenapa jam segini belum pulang. Malah kelayaban bukannya beberes rumah," geram Reyhan.Suara deru mobil membuat Reyhan menoleh. Lelaki itu lekas keluar, tatap geram terpancar dari manik mata pria tersebut saat melihat Thania turun dari kendaraan. "Dari mana aja, kamu! Bukannya bebenah malah keluyuran gak jelas," cecar lelaki itu.Dia melangkah sangat lebar, dengan cepat sampai di samping Thania. Wanita itu langsung menoleh memandang mengeryitkan alis menatap Reyhan. "Makanya,
Read more

38 (Bagian 2)

Dia menatap layar benda pipih tersebut. Berusaha menenangkan diri dengan cara menghirup dan mengembuskan perlahan. Perempuan itu lekas mengangkat telepon, dan menempelkan ke telinga. Matanya terpejam menunggu omelan dari sang penelepon. "Mah, kenapa pergi! Aku jan pengen bobo sama Mama." Suara rengekan Hana membuat ia bernapas lega. Lalu terdengar lagi ucapan gadis itu, dia terus mengoceh meluapkan kekesalannya. "Aku kan gak beneran ngomong gitu, aku sebenernya pengen Mama nginep di rumah. Bobo bareng aku terus Mama anterin aku sekolah," cerocos gadis itu. Perempuan yang dipanggil Mama oleh Hana meringis mendengar omelan gadis itu. "Yah ... maaf ya, aku gak peka soal itu.""Udah, cup-cup-cup, jangan marah-marah. Nanti cantiknya hilang lho. Kalau gak sibuk nanti aku ajakin Hana main deh, tapi sekarang Hana bobo dulu. Kan masih malam," bujuk wanita itu.Senyuman sumringah langsung terpatri di bibir Hana. Walau Maira tidak melihat, tetapi Hafiz yang menatap anaknya. "Ya udah, Mama
Read more

39 (bagian 1)

Wanita itu berlari keluar, Hafiz langsung mengejar istrinya. Lelaki tersebut terus memanggil, tetapi tidak dihiraukan. "Kamu sudah tak mencintaiku lagi, Mas! Kamu jahat, lebih baik aku pergi," teriak wanita itu. "Sakit hatiku, Mas! Apalagi kamu sangat sibuk, kamu sama sekali tidak mengunjungi," lanjutnya. Mereka sudah keluar dari kediaman. Suara sangat sepi, lalu wanita itu kini berada di tengah jalan. Mata Hafiz membulat kala menangkap sebuah truk melaju kencang. "Awas, Sayang ...!" Saat truk itu menghantap sang istri, Hafiz langsung terbangun dari tidurnya. Keringat membanjiri wajah, napas pria tersebut juga terengah. "Astagfirullah," ucap Hafiz. Lelaki itu segera melirik jam, kini sudah pukul lima pagi. Ia segera bangkit dan meneguk segelas air yang memang tersedia di nakas. "Mendingan aku mandi," gumam lelaki itu. Hafiz segera bangkit lalu bergegas mengambil handuk dan melangkah ke bilik mandi. Dia langsung membersihkan diri seraya menenangkan pikiran. Sehabis itu, ia
Read more

39 (bagian 2)

Mata gadis itu langsung berkaca-kaca. Dia dengan gerakan cepat, menyusupkan wajah ke pelukan Wati. Merasa dirinya sudah keterlaluan pada sang anak, Hafiz berusaha merendam emosi."Maafin Papa, Sayang." Hafiz mengatakan demikian dengan kepala menoleh sebentar menatap anaknya. Sedangkan gadis kecil itu hanya mengangguk dengan wajah masih bersembunyi."Sebentar lagi kita sampe, Sayang. Tolong jangan nangis lagi, masa mau ketemu Bunda mukanya begitu," seru lelaki itu.Gadis kecil ini langsung mengusap air matanya yang berjatuhan di pipi. Lalu dia menatap keluar, memang sekarang Hafiz tengah memarkirkan kendaraan. "Ayo kita keluar, habis ini Papa anter kamu ke sekolah," jelas Hafiz.Hana menuruti ucapan Papanya, ia langsung membuka pintu mobil diikuti Wati dan Hafiz. "Kamu tinggal di sini aja, biar saya yang ajak Hana."Wanita itu mengangguk paham, ia memilih duduk di dalam kendaraan. Sedangkan Hafiz menuntun anaknya, setelah sampai mereka langsung berjongkok."Sayang, maaf ya. Karena a
Read more

40 (bagian 1)

Baru saja Ibunya Atha hendak berbicara. Suara dering ponsel membuat dia tak jadi. Wanita itu memandang Maira yang kini tengah menerima telepon."Apa? Yang bener aja Tuan. Masa saya harus libur lagi jualan. Enggak ya, walau upahnya besar gak mau. Pelanggan saya bisa kabur kalau kebanyakan libur," tolak Maira.Wanita itu langsung mematikan sambungan telepon. Mendengar Hafiz sangat tidak mau ditolak. Di tempat lain, pria tersebut memaki. "Gak tau diuntung banget sih, jualan begitu palingan untung berapa! Ini ditawarin kerja enak malah nolak, dasar," geram Hafiz.Dia dengan penuh amarah melempar benda pipihnya. Ponsel tersebut langsung pecah kala terdampar ke keramik. Lelaki itu mengembuskan napas kasar lalu menelepon sekertarisnya memakai telepon kantor."Belikan saya handphone, cepatan!" perintah Hafiz.Hafiz langsung mematikan sambungan telepon. Ia mengembuskan napas kasar lalu melonggarkan dasi. Sedangkan di ruangan lain, sekertaris Hafiz segera bangkit seraya mengelus dada. Ia terke
Read more

40 (bagian 2)

Wati berusaha menenangkan Hana yang terus menggoncangnya tubuhnya untuk meminta segera diantar ke kediaman Maira. Ia mengembuskan napas kala ternyata perempuan tersebut menelepon balik."Nona, dia nelepon balik," kata wanita itu.Haha langsung menghentikan aksinya, ia merebut handphone Wati dan segera menerima sambungan telepon itu. "Mama! Kenapa Mama lama angkat teleponnya, Hana kira Mama marah," sembur gadis itu.Wati meringis mendengar omelan anak majikannya. "Suaranya jangan gitu, Nona. Kalau Tantenya marah karna Nona gak sopan gimana," tegur Wati.Hana langsung merapatkan bibirnya, lalu senyuman lega terulas kala mendengar suara Maira. "Ada apa, Bi? Tadi saya gak denger soalnya ada yang pesen makanan,"lontar Maira.Wanita itu mengeryitkan alis lalu melihat benda pipihnya. Telepon masih tersambung tetapi, tidak mendengar suara apapun. "Eum ... ada apa, Bi? Kalau gak ada apa-apa Maira matiin ya," ucap perempuan itu.Hana membulatkan matanya, dia langsung segera melarangan Maira
Read more

41 (bagian 1)

Hafiz terdiam sebentar lalu menoleh kala suara sang sekertaris memanggil. "Lama banget sih," sinis Hafiz. Lelaki itu menempelkan telepon lagi ke telinga. "Telepon Papa matiin dulu, nanti kita teleponan di handphone aja, oke. Papa telepon balik nanti," ujar Hafiz.Dia langsung mematikan sambungan telepon. Hafiz menatap geram pada sang sekertaris. Lalu mengambil dengan kasar tas belanjaan lelaki itu."Cepat lihat jadwal saya hari ini!" perintah Hafiz.Lelaki itu melangkah pergi dengan beberapa karyawan menatap tidak percaya. Sedangkan sang sekertaris segera melakukan perintah atasan."Ampun ini Bos kenapa sih," gerutu lelaki itu.Sedangkan Hafiz bergegas ke ruangan lalu dia lekas memasukan kartu ke handphone. Setelah itu bergegas mengaktifkan dan mendownload, mendaftarkan whatsapp. "Wah, anakku gak sabaran banget. Langsung video call," gumam lelaki itu.Dia langsung menerima dan nampak wajah marah Hana yang malah terlihat menggemaskan. "Papa ini, katanya sebentar! Ini mah lama,"
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status