Semua Bab Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Bab 71 - Bab 80

213 Bab

41 (bagian 2)

Ketukan pintu terdengar, lalu sekertaris lelaki itu masuk. Ia memberikan salam pada Hafiz."Ada apa," ketus lelaki itu. Lelaki itu terkejut dengan nada suara Hafiz. Ia langsung menundukan kepala. "Haduh ... ternyata marah-marahnya belum selesai, apaan sih yang buat Bos marah-marah mulu," batin sang sekertaris. Hafiz menatap sekertarisnya yang terus diam. Membuat dirinya kesal,dengan penuh emosi. Dia segera mengambil bantal dan melemparkan pada Dafa."Kenapa diam aja sih! Kalau mau bengong mendingan keluar deh," cecar Hafiz.Pria tersebut terkejut, ia semakin menundukan kepala. Karena dia baru tiga bulan menjadi sekertaris Hafiz. "Ini, Bos, katanya tadi nanya jadwal sekarang apa aja," balas Dafa.Lelaki itu menatap Dafa lalu menghela napas. Ia segera bangkit lalu hendak, tapi di tahan Dafa. "Apa-apaan sih, main pegang-pegang aja. Saya masih doyan cewek, Daf," sembur Hafiz.Dafa langsung menarik tangannya dan menggarukan kepala."Ya saya juga masih doyan cewek Bos, itu saya mau bil
Baca selengkapnya

42 (bagian 1)

Mamid langsung terkejut mendengar omelan dari Hafiz, ia melirik Hana yang menyodorkan tangan padanya. Meminta agar handphone diberikan pada gadis itu. ."Tuan, Nona mau ngomong sama Tuan, ini saya kasih ke Nona," kata Mamid. Lelaki itu memberikan handphonenya ke Hafiz. Membuat sang majikan kesal dan berdecak. Mendengar suara Hana, dia berusaha mengontrol emosinya. "Hallo Pah, maaf ya. Tapi handphone Bibi baterainya habis, jadi mati deh," jelas gadis itu.Hana segera menjelaskan saat handphone Mamid sudah berada di tangannya. Gadis kecil itu menempelkan benda pipih tersebut ke telinga. "Harusnya di cas dong, kan kamu punya power bank, Han. Lagian kamu juga punya handphone kenapa pake punya Bibi," balas Hafiz.Gadis itu menggaruk kepala seraya cengar-cengir. "Hehe ... handphone gak dibawa Pah, soalnya baterainya habis. Dan ... power banknya jadi gak dibawa," sahut gadis itu.Hafiz mendengar penjelasan sang anak langsung mengangguk kepala. Lelaki itu mengeryit alis kala mendengar su
Baca selengkapnya

43 (bagian 1)

Wanita itu menoleh menatap Hafiz dengan tatapan yang sulit dibaca."Kalau gitu udah dulu ya, Nenek mau ngomomg sama Papa kamu," ucap perempuan tersebut.Hana mengiyakan lalu gadis itu menunggu sang Nenek menutup telepon. Sehabisnya segera memberikan kepada Mamid. "Yuk, Mang. Langsung ke rumah Mama, pasti Mama nungguin," seru Hana.Mamid mengangguk kepala, ia memasukan handphone ke saku lalu mulai menyalakan kendaraan. Lelaki itu mulai melajukan mobil."Gak sabar ketemu Mama, kangen banget," pekik Hana.Wati hanya mengulas senyum kecil pada tingkah Hana. Dia merawat gadis itu sejak lahir, dulu ia hanya asisten rumah tangga. Membantu pas almarhum istri Hafiz sibuk saja. Mengingat hal tersebut, dia kerindukan wanita yang melahirkan Hana."Anak Nyonya sangat cantik, kalau aja Nyonya masih hidup. Pasti Nyonya seneng liat Nona tubuh dengan baik," batin wanita itu.Wanita itu menitikan air mata, membuat Hana yang melihat mengeryitkan alis. Gadis tersebut langsung memegang tangan Wati."Bibi
Baca selengkapnya

43 (bagian 2)

Mata Dewi melotot mendengar hal itu, ia mendorong Devi keluar agar tidak diam di pintu. Dia menatap murka adiknya. Sedangkan Devi yang melihat sang kakak seperti ini semakin menguatkan dugaannya benar. "Jaga bicaramu, Dev! Jangan membuat gosip yang gak bener. Gadis itu manggil Mama karna Mamanya dia udah gak ada, bukannya anakku yang main serong," sembur Dewi. Devi menyeringai dia bersidekapan, walau dia terkejut karena wanita itu yang menunjukan amarah. "Cih, paliangan Mbak mau lindungin dia, makanya bilang gitu," balas Devi. Lena yang baru sampai membulatkan mata lalu segera mendekati mereka. Terlihat wajah Dewi sangat merah bahkan urat leher nampak. "Udah Bu, sabar. Orang kaya Bibi mah gak usah diladenin, mereka mau menang sendiri, kita yang waras ngalah aja," celetuk Maira. Mendengar ucapan Maira mata Devi melotot sedangkan Lena mengiyakan perkataan perempuan itu. "Omonganmu jaga dong, gak punya etika banget sih, ngomong kasar sama yang lebih tua," cecar Devi. Wanita itu m
Baca selengkapnya

44 (bagian 1)

Hafiz menarik napasnya, dia melangkah melewati sang Ibu dan mendaratkan bokong di sofa. Wanita yang melihat kelakuan Hafiz, segera mendekat lalu mencubit paha lelaki tersebut. "Mama nanya lho, cepet jawab!" cecar wanita itu.Hafiz memekik karena merasakan nyeri akibat dicubit oleh wanita itu."Mama bisa gak sih gak maen cubit-cubit aja, iya sekarang Hafiz ceritain semuanya," seru lelaki itu.Dia mulai menceritakan semuanya, sang Ibu yang mendengar menganggukkan kepala."Oh ... Kirain itu cewek pilihan kamu, ternyata dia pilihan Hana."Pria tersebut menganggukkan kepala mengiyakan ucapan sang Mama. Lalu memilih memejamkan mata dengan kepala bersandar di sofa. "Kalau gitu Mama mau ketemu dia," kata perempuan itu.Hafiz yang mendengar langsung duduk tegak. Dia menatap sang Mama dengan tatapan tak percaya."Ngapain sih, Mah. Gak perlu kali, lagian buat apa," larang Hafiz.Larangan sang anak membuat dia kesal, wanita itu memilih pergi meninggalkan Hafiz tanpa sepatah katapun. Sedangkan p
Baca selengkapnya

44 (bagian 2)

Maira menoleh kala Hana berkata demikian. Dia hanya tersenyum kecil lalu menaruh pulpen dan buku di meja. Wanita itu membantu anak Hafiz untuk duduk di kursi."Hana udah bangun, oh iya. Hana jadi gak ikut ke pasar."Maira memilih mengalihkan topik, Hana dengan semangat mengangguk kepala. Lalu melihat pakaian yang di pake. "Tapi berangkatnya beli baju dulu ya, Mah. Masa Hana pake seragam sekolah," celetuk gadis itu.Wanita itu langsung menatap pakaian yang di pakai Hana lalu mengangguk sebagai jawaban. "Eum ... Di sini ada yang jualan baju Han, beli di deket sini aja yuk. Biar nanti mandi dulu sebelum berangkat ke pasar," lontar Maira.Hana terdiam, Wati yang mendengar hal itu segera mendekat dan duduk di kursi lain. "Boleh tuh, Ra. Ayo kita ke sana aja sekarang, soalnya kasian Nona Hana yang udah lama pake seragam, pasti gak betah banget," seru Wati.Maira menganggukkan kepala, ia langsung berdiri lalu merapikan buku dan pulpennya. Sedangkan Handphone dimasukan ke saku, segera menu
Baca selengkapnya

45 (bagian 1)

Hana yang mendengar itu terkejut, apalagi nada suara Ghina lumayan tinggi. Dia bersembunyi di belakang Maira, sedangkan Wati segera mendekati Ghina. "Bukan, Mbak. Hana bukan anak Maira, dia anak majikan saya," jelas Wati.Ghina langsung menoleh melirik Wati lalu mengangguk kepala. Dia memilih segera bertanya pada Maira. "Ra, ngapain ke sini? Kan pesenanku udah dianterin. Atau uangnya kurang? Kan pas aku bayar pesenanku lagi lumayan rame," ujar Ghina.Maira melangkah masuk ke rumah Ghina. Terlihat banyak pakaian di sana. Wanita itu berkeliling mencari ukuran yang pas untuk Hana. "Baju sama celana yang pas buat ukuran Hana ada gak?" tanya Maira.Wanita itu diam sebentar lalu memandang Hana. Dia mengangguk sebagai jawaban lalu mengajak temannya untuk ikut. "Disini cari aja, kayanya semua pas sama ukuran gadis ini. Kalau celananya di ujung sana, oke, kalian pilih-pilih aja dulu aku buatin minuman buat kalian," tutur Ghina.Maira segera mengangguk, dia langsung mengajak Hana untuk memi
Baca selengkapnya

45 (bagian 2)

Maira hanya tersenyum kecil, dia menggeleng sebagai jawaban. Lalu melangkah mendekati Hana yang sudah lambaikan tangan, terlihat gadis itu selesai berbincang dengan Papanya."Gak perlu, lagian upah dari Tuan kemarin kebanyakan," balas Maira.Maira segera mendekati Hana, ia melambaikan tangan dibalas gadis itu. "Jangan, Ra. Itu emang udah rezeki kamu dapet upah segitu dari Tuan," seru Wati.Wati terus mengikuti langkah Maira. Wanita itu masih menggeleng, dia bahkan mengibaskan tangannya. "Ya udah, kalau gitu saya juga lagi pengen beliin pakaian buat Hana. Beres kan," sahut Maira.Wanita itu langsung bungkam dan menghela napas. Sedangkan Maira menggendong Hana, handphone Wati masih dalam genggaman sang anak majikan. "Ayo kita pulang, nanti mandinya mau dimandiin sama aku atau Bibi," seru Maira.Hana mengulas senyum sumringah, tangan gadis itu melingkar di leher Maira."Hana aku mandi sama Mama," pekik gadis itu.Maira segera menutup telinganya kala mendengar pekikan Hana. Sedangkan g
Baca selengkapnya

46 (bagian 1)

Maira meringis mendengar hal itu, ia memilih mencubit gemas hidung Hana."Akh ... Mama, kenapa hidung Hana dicubit," keluh gadis itu. Gadis itu kini memegang hidungnya, sedangkan Maira tertawa mendengar suara menggemaskan Hana. Perempuan tersebut sampai terpaku melihat tawa indah milik Maira. "Mama cantik banget kalau ketawa, Hana suka, banyakin ketawa ya, Mah," ucap Hana.Mendengar ucapan Hana Maira terdiam, lalu tak berselang lama senyuman merekah di bibir. Dia dengan gemas mengacak-acak rambut gadis itu. Wati yang melihat hal tersebut kaget, ia takut anak majikannya marah. Karena perempuan yang kini di hadapan anak Dewi sangat tidak suka kalau digituin."Udah, Ah. Emang gak dingin .... ayo Hana harus pake baju, pasti Hana cantik pake itu," ujar Maira. Maira dengan lembut menggenggam jemari Hana lalu menariknya agar ikut ke kamar. Sedangkan Wati mengerjapkan mata melihat anak majikannya yang tidak marah sama sekali. Bahkan kalau gak ngomel dia bakal cemberut terus. "Maira membaw
Baca selengkapnya

46 (bagian 2)

Hana langsung diam tidak mengoceh kala mendengar ucapan Maira. Sedangkan wanita itu segera tersadar atas perkataannya, dia berjongkok dan memegang tangan gadis tersebut."Eummm ... maafin aku ya, gak maksud buat Hana sedih," lontar Maira.Gadis itu masih memasang wajah masam. Dia mengangguk sebagai mengiyakan lontaran Maira. "Apa nunggu Papa buat Mama telat banget ya? Biasanya Papa gitu kalau kerja telat buru-buru banget," ujar Hana.Mendengar ucapan lemah Hana, Maira jadi tidak tega. Dia menggeleng lalau memegang pipi gadis itu agar menatapnya. "Enggak kok, ya udah. Ayo kita duduk di kursi sambil nunggu Papanya Hana," balas wanita itu.Senyuman sumringah langsung merekah di bibir Hana. Dia mengangguk lalu menggenggam jemari Maira, ia menarik wanita itu agar duduk sampingnya. "Mama duduk di samping Hana ya, kalau boleh Hana mau minta di pangku," celetuk perempuan tersebut.Wati mendengar celotehan Hana dia sampai tidak percaya. "Nona, Nona kalau mau dipangku sama Bibi aja yuk. Kas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status