All Chapters of Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Chapter 81 - Chapter 90

213 Chapters

47 (bagian 1)

Hafiz terkejut dia segera menghempaskan tangan yang dipegang Devi. Lelaki itu menatap tajam wanita tersebut. "Anda siapa! Jangan maen asal pegang-pegang saya!" hardik Hafiz.Devi langsung mundur mendengar omelan Hafiz. Dia juga kaget saat tangannya dihempaskan. "Saya cuma mau menyadarkan anda Tuan, apalagi dia sudah punya suami. Jangan percaya kalau dia ngaku janda atau masih perawan," lontar Devi.Pria tersebut melirik sinis Devi, dia mengusap tangannya di baju lalu pandangan lurus menatap Maira. "Ayo berangkat, kenapa diam disitu terus," seru Hafiz.Setelah berkata demikian, dia melirik sinis Devi lagi. Lalu melangkah membuka pintu dan memasukan sang anak, dia segera ikut masuk. "Ayo cepat! Kenapa kalian diem aja. Katanya mau ke pasar," sembur Hafiz. Lelaki itu sebelum menutup pintu kendaraan. Mendengar kata pasar dan Hafiz, Devi segera mendekati Maira. "Ra, ajak Bibi ke pasar dong. Bibi mau ikut naik mobil," pinta wanita itu.Maira menatap kesal ke arah Devi. Ia melepaskan ta
Read more

47 (bagian 2)

Semua membulatkan mata mendengar ucapan Hana. Gadis itu memperlihatkan riak polos dan senyuman di bibir. Hafiz bahkan terkejut dengan ucapan tiba-tiba anaknya. "Apa harus ya, Han? Kan udah ada Bibi, ngapain Papa ikut-ikutan bawain belanjaan, Papa gendong kamu aja," tutur Hafiz.Gadis kecil itu mengembungkan pipi kala mendengar penuturan Hafiz. Dia berkacak pinggang dan menatap kesal pada sang Papa. "Gak! Pokoknya Papa yang bawain belanjaan Mama. Papa kalau gak gitu berarti bukan laki."Hafiz menoleh menatap anaknya, dia kaget mendengar ucapan Hana. "Kamu tau dari mana?" tanya Hafiz.Wati dan Maira langsung saling pandang. Mereka mengeryitkan alis mendengar ucapan Hana. "Eum ... kata Erik, Pah. Dia pernah bilang gitu pas Erik kekeuh pengen bawain tas Hana," jelas Hana.Pria tersebut mengangguk kepala mendengar penjelasan sang anak. Lalu dia fokus mengemudi, tak lama kemudian akhirnya mereka sampai."
Read more

48 (bagian 1)

Hana setelah berkata demikian tangan gadis itu menarik lengan Hafiz agar mengarah ke belanjaan Maira."Papa ayo dong, kan katanya Papa kuat. Masa biarin Mama kecapean bawa belanjaan," kata Hana.Hafiz menghela napas, ia akhirnya mengambil belanjaan Maira. Tetapi, di tahan wanita itu, membuat mereka kini saling pandang."Udah sini, saya aja yang bawa," ucap Hafiz.Maira masih menahan belanjaan itu membuat Hafiz mendengkus. "Kalau kita begini terus, nanti kamu makin lama buat beli bahan jualan. Mendingan kamu cepet lepasin deh. Fokus belanja aja! Biar saya yang bawa belanjaan kamu," tutur lelaki itu.Wanita itu akhirnya merelakan belanjaannya dibawa oleh Hafiz. Hana melihat hal tersenyum mengembangkan senyuman gembira, gadis itu langsung bergelayut manja di lengan Maira. "Ayo Mah, kita mau ke mana lagi?" tanya Hana.Mereka mulai berkeliling, sedangkan Hafiz lumayan kesusahan membawa belanjaan seraya menghindari genangan air. Sesekali menggelengkan kepala karena rasa mual dan pusing me
Read more

48 (bagian 2)

Syafa bersidekap menatap sinis Maira, sedangkan wanita itu melihat sepupunya hanya menghela napas. Dia mengabaikan keberadaan Syafa dan memilih fokus pada Hana. "Ayo Han, Papamu pasti udah ngomel kalau kita kelamaan banget," ujar Maira.Mendapatkan dirinya tidak dianggap ada. Dia segera mendekat dan mendorong Maira membuat wanita itu terjatuh. Hana yang melihat terkejut dan menatap geram pada Syafa."Apaan kamu lihat-lihat! Mau marah," sembur Syafa.Hana mendengkus mendengar semburan Syafa. Gadis kecil itu melengos dan memilih membantu Maira untuk berdiri."Mama gak papah, kan?" tanya Hana.Maira menggeleng sebagai jawaban, dia segera membersihkan celana yang terkena debu. Beruntung dia tidak terjatuh ke genangan air. "Kamu apa-apaan sih, mendingan urusin hidupmu sendiri. Gak usah ikut campur," sinis Maira.Setelah berucap demikian, Maira menggandeng lengan Hana lalu mengajak pergi. Syafa yang mendengar hal tersebut mengepalkan tangan, dia berteriak memaki sepupunya."Mah, siapa sih
Read more

49 (bagian 1)

Dua hari berlalu, Hana terus saja diam sejak ditegur oleh Hafiz. Lelaki itu kini di kediaman karena libur, dia menghela napas lalu melihat Hana tidak menyapanya. "Sayang, kenapa kamu diam aja. Jangan gitu dong," pinta Hafiz. Lelaki itu duduk di kursi yang berhadapan dengan anaknya. Mereka kini tengah berada di ruang makan. Hidangan telah tersedia di atas meja."Ini kan yang Papa pengen, kenapa ngeluh," balas Hana pelan.Hafiz meraup wajahnya mendengar balasan sang anak. "Gak gini juga, Sayang. Masa kamu diemin Papa sampe hari ini. Diajak ngobrol gak kaya biasanya, di mana anak Papa yang cerewet," tutur Hafiz."Tolong jangan diemin Papa terus. Kalau kamu mau maafin Papa, Papa turutin semua kemauan kamu deh, seharian ini. Lagian ini kan hari libur, mau jalan-jalan gak," tawar lelaki itu.Hana yang fokus melahap dan sesekali memainkan makanan mendongak. "Beneran Pah, Papa tetep mau walaupun Hana pengen ke rumah Mama," sahut Hana.Permintaan Hana membuat Hafiz kembali menghela napas.
Read more

49 (bagian 2)

Maira memutarkan bola matanya malas mendengar perkataan Reyhan. Wanita itu memilih kembali lagi bekerja dan mengabaikan lelaki yang menalaknya kini berada di hadapan."Kamu denger gak, Ra? Gak usah sombong deh," ucap Reyhan.Wanita itu hanya melirik sinis Reyhan, lalu memilih mengecek lagi buku untuk memeriksa pesanan. "Gak usah belagu deh, kamu! Miskin juga, mendingan ikut Mas yuk pulang," cecar lelaki itu.Reyhan menarik lengan Maira membuat wanita itu tersentak. Dia juga merasakan kesakitan karena cengkraman kuat dari lelaki tersebut. "Apaan sih, mendingan pergi sana! Jangan ganggu saya. Urus aja istrimu yang lagi hamil itu," balas Maira.Seringai terlukis di bibir Reyhan kala mendengar balasan wanita itu. Dia segera melepaskan cekalan di tangan Maira. Perempuan tersebut langsung mengusap bekas yang dipegang Reyhan."Kamu cemburu ya, gak usah cemburu. Yuk balik ke rumah lagi, kamu coba akur sama Thania. Kalian kan sahabatan," ucap Reyhan.Kini gantian Maira yang menyeringai, wan
Read more

50 (bagian 1)

Ucapan tetangga Maira membuat Reyhan memutarkan bola matanya malas. "Mpok gak usah ikut campur, ini urusan saya sama istri saya," ketus Reyhan."Lagian dia malah jadi beban buat orang tua yang miskin ini, lihat emang rumah ini layak ditempati. Anak orang miskin ini, pas jadi istri saya cuma menadahkan tangan doang," lanjut lelaki itu. "Saya cuma mau angkat derajat dia lagi."Maira mengepalkan tangan mendengar cemohan Reyhan. Dia tidak menyangka lelaki yang dulu dibanggakan sangat menjijikan. "Udah berkicaunya? Mendingan sekarang kamu pergi! Saya gak mau ikut lagi sama kamu. Gak sudi! Tau gak sudi, najis. Mendingan saya menjanda dari pada harus bersama kamu," balas Maira.Reyhan langsung mencekal lengan Maira kala mendengar balasan wanita itu. "Mana boleh begitu, kamu berdosa kalau bilang lebih baik janda. Jangan terlalu sombong! Ayo ikut aku," omel Reyhan.Wanita itu terkekeh mendengar omelan Reyhan. Dia berusaha menarik lengan yang dicekal tetapi tidak biasa. Lelaki tersebut san
Read more

50 (bagian 2)

Hafiz melirik Maira kala Reyhan berkata demikian. Terlihat wanita itu berusaha mengontrol emosi, mungkin tidak ingin Hana melihat pertengkaran ini. "Kalau dia mampuh gimana," kata Hafiz. Reyhan tertawa mendengar perkataan Hafiz, bahkan sampai memegang perutnya. "Mungkin dia mampuh, tapi nanti beberapa tahun lagi, hahahaha ...."Maira mengepalkan tangannya mendengar ucapan Reyhan. Walaupun yang dibicarakan ada benarnya. Hafiz mengangguk kepala yang disambut senyum sinis mantan suami Maira."Kalau misalnya dalam waktu dekat dia ajuin ke pengadilan gimana," tutur Hafiz.Mendengar penuturan orang yang tidak dia kenal. Ia mengeryitkan alis lalu tertawa terbahak-bahak. "Kalau misalnya dia bisa, saya bakal cukur rambut kebanggaan saya sampe botak," sahut Reyhan.Dia berkata seraya menyugarkan rambutnya. Mendengar hal tersebut Hafiz hanya menyeringai. "Nah, udah jangan ngomong ngalor-ngindul. Mendingan ayo cepat nurut ikut sama aku, kamu harus cepet pulang buat beresin rum
Read more

51

Maira mendongak menatap wajah Hafiz. Terlihat riak serius dari paras lelaki itu, dia terdiam sejenak memikirkan tawaran pria tersebut. Lalu tangannya terulur menerima bantuam dari Papa Hana."Maksudnya jadi wanitamu itu apa, Tuan," lontar Maira.Hafiz memutarkan bola matanya, sedangkan Hana juga ikut mengeryitkan alis. Karena bingung dengan ucapan sang Papa. "Kamu tuh pura-pura gak ngerti atau memang gak ngerti sih," gerundel pria tersebut.Maira yang mendengar keluhan Hafiz hanya menggaruk kepalanya. "Takutnya saya salah paham Tuan, mana mungkin bukan. Kalau Tuan melamar saya buat jadi istri Tuan," sahut perempuan itu.Balasan Maira membuat Hana tersenyum sumringah. Dia langsung mendekati wanita itu dan memegang tangan mantan istri Reyhan ini. "Kalau misalnya Papa mau jadiin Mama, istri Papa gimana. Mama mau nerima kan," tutur Hana.Wanita itu langsung bungkam, dia bingung harus menjawab bagaimana. "Sudahlah, apa kamu sibuk Ra? Soalnya kami mau ajak kamu jalan-jalan. Nanti soal i
Read more

52 (Bagian 1)

Keduanya terkejut dengan permintaan Hana. Mereka saling melirik lalu memandang gadis kecil itu. Matanya memancarkan permohonan membuat Maira menghela napas. "Kalau pacar Papamu marah gimana? Gak usah ya, Sayang," tolak Maira halus.Mendengar tolakan Maira, lelaki itu menoleh. Begitupun anaknya, Hana tertawa seraya memegang perut. Membuat anak Dewi ini mengeryitkan alis."Haha ... maaf, Mah. Habisnya Mama lucu sih."Maira memiringkan kepala, seraya membasahi bibir yang kering dengan lidah. Hafiz melihat hal tersebut terpaku lalu segera memalingkan wajah. "Mana punya Papa, pacar. Papa aja sibuk banget kerja, mungkin pacarnya laptop kali, Mah," seloroh Hana.Wanita itu ikut tertawa kala mendengar perkataan Hana. Spontan Hafiz kembali melihat perempuan tersebut, dia lagi-lagi terpesona dengan Maira. "Pah, biasa aja kali ngeliatinnya," ledek Hana. Pria tersebut terkejut dengan ledekan anaknya. Dia melotot menatap tajam gadis kecil itu, mendapatkan tatapan begitu. Ia hanya memamerkan se
Read more
PREV
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status