All Chapters of Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Chapter 1 - Chapter 10

213 Chapters

1

Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan"Dasar gak guna! Suami pulang bukannya disambut dengan pemandangan enak, malah kucek dan ... bau dapur lagi," hardik lelaki itu. Dia melangkah dengan sempoyongan, sang istri berusaha membantu memapah tetapi di dorong pria tersebut."Tidur di luar! Mas muak liat muka kamu tiap hari," omel Reyhan.Reyhan melangkah menuju kamar, lalu menutup pintu dengan keras. Sang istri yang mendapatkan perlakuan itu hanya menangis dalam diam."Mas ... aku belum mandi karna menyiapkan semuanya untukmu, aku takut kamu lapar sepulang kerja. Apalagi hari ini anniversy pernikahan kita," lirihnya pelan.Wanita itu memilih berlari ke dapur, melihat meja yang sudah dipenuhi makanan kesukaan sang suami. Tetapi kini tidak tersentuh sedikitpun oleh lelaki itu, bahkan tadi hendak menjawab saja ia sangat sulit. "Mungkin Mas Reyhan hanya kelelahan makanya dia begitu, jadi mendingan makanan ini aku taruh kulkas aja." Ia bermonolog lalu mulai memasukan hidangan ke dalam kulk
Read more

2

Reyhan mendorong istri pertama, ia berjongkok memandang wanita yang sudah dinikahinya dulu. Sebelum menahan Maira, lelaki itu telah memakai boxer. "Lihat! Kenapa kamu gak mengikuti saran Thania?" tanya Reyhan. Maira menatap nyalang sang suami, ia bahkan menunjuk wajah pria tersebut. "Gimana aku bisa bersolek, kalau uang yang kamu berikan gak cukup, Mas!" sentak Maira. Reyhan melotot mendengar Maira yang berkata dengan nada tinggi, bahkan dia menunjuk wajahnya. Membuat Reyhan murka dan menampar sang istri. "Beraninya kamu berkata dengan nada begitu! Menunjuk wajah Mas lagi!" bentak Reyhan. Mata Maira semakin berkaca-kaca, ia memegang pipi yang baru saja ditampar sang suami. "Mas berani menampar Maira di hadapan jalang itu!" geram Maira. Thania membulatkan matanya, dengan kasar melemparkan bantal kepada Maira. "Aku bukan jalang, Ra! Aku istri suamimu," hardik Thania. Maira menoleh memandang teman yang menusuk dari belakang itu. Ia bangkit dan menyerang Thania membuat Reyhan te
Read more

3

Maira mengepalkan tangan mendengar itu, ia memilih keluar dan langsung dikejar oleh Reyhan. Lelaki tersebut menarik Maira dan menampar sang mantan istri. "Kamu gila, ha! Main tampar aja. Kita udah gak ada hubungan apapun, ayo cepat antar aku keluar," hardik Maira. Wanita itu mendorong Reyhan tetapi tidak berhasil. Dia pasti kala kuat dengan lelaki tersebut. "Dasar lemah, hanya berani cewek," cibir Maira akhirnya. Reyhan mengepalkan tangan, ia menunjuk-nunjuk wajah Maira. "Kamu ini! Cepat pergi, awas saja kalau nanti nangis-nangis minta di tampung lagi," sentak Reyhan. Maira hanya mencebik lalu melangkah dengan cepat seraya menggeret kopernya. Ia melirik jam di dinding, masih dini hari, menarik napas lalu mendongak agar air mata tidak berjatuhkan. "Ayo cepat! Katamu mau pergi dari rumahku bukan." Reyhan mendorong Maira, beruntung wanita itu tidak terjatuh. Perempuan tersebut menoleh sekilas menatap kesal mantan suaminya lalu melangkah dengan cepat. "Dasar miskin! Gak tau diri
Read more

4

Maira berjalan pelan lalu melirik sekitar. Ia mendongak menatap langit yang masih gelap. Dia menarik dan membuang napas kasar. "Dasar, aku tertipu dengan kebaikannya dulu," gumam Maira.Wanita itu merogoh ponselnya, lalu menelepon seseorang. "Tolong jemput, aku ada di jalan ...," pinta Maira.Seseorang yang masih dalam keadaan setengah sadar itu. Berusaha membuka mata. "Dijalan mana? Kamu yang bener aja Dek. Ini pasti masih malam, Abang ngantuk Dek jangan ganggu," tutur David.Maira menghela napas, bahkan wanita itu masih sesegukan. Membuat David terheran mendengar hal tersebut. "Kenapa kamu begitu? Apa kamu baru saja menangis?" tanya David bertubi-tubi."Abang ... cepat jemput Maira!" Tangisan itu akhirnya keluar lagi. David terkejut ia langsung duduk dan bergegas keluar tanpa mengganti pakaian."Abang akan ke sana, tunggu Abang!" perintah David. Maira mengangguk walau tidak terlihat oleh sang Kakak. Setelah itu ia mematikan ponsel karena baterainya tinggal sedikit lagi. Memel
Read more

5

David yang melihat riak wajah adiknya berubah langsung menarik lengan Maira. Membuat dekapan Ibu dan anak tersebut terlepas. "Kamu tuh apa-apaan sih! Dav, Ibu lagi melepas rindu sama adekmu lho," cecar wanita itu. Wanita itu mengikuti anaknya, sedangkan Maira langsung memandang sang Kakak yang mengulas senyum. Lelaki tersebut menyuruh sang adik untuk duduk di sofa. "Ibu ini, harusnya anak dateng tuh disuguhi dulu ke, takut Maira capek gitu. Ini malah dicecar sama pertanyaan," gerutu David. Ibu mereka langsung berdecak menatap kesal David. Ia memilih duduk di samping Maira, dia memegang tangan putrinya. "Kamu istirahat dulu, setelah merasa lebih baik tolong ceritakan, kali aja kami bisa bantu," ujarnya dengan nada lembut.Maira mengangguk, ia mengulas senyuman. Mendekap sang Ibu lagi dan menangis di pelukan wanita itu. "Nangis sepuasmu, Nduk. Setelah itu jangan sampai air mata berhargamu ini berjatuhan lagi," lontar sang Ibu.Sedangkan David memilih membantu membawakan koper Mair
Read more

6

Maira terdiam mendengar pertanyaan Bapaknya, ia menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar."Bapak udah minum obat belum?" tanya Maira. Wanita itu mengelak tidak menjawab pertanyaan Bapaknya. Membuat lelaki tersebut menghela napas lalu memilih untuk tidak bertanya lagi."Allhamdulillah udah, lagian Bapak udah agak enakan, nanti kalau udah pagi mau berangkat nguli," ucap lelaki itu. Semua langsung terkejut mendengar ucapan lelaki itu mereka dengan kelompok menggeleng."Jangan kerja dulu lah, Pak! Nunggu sehat aja, jangan maksain," seru Maira. "Iya benar apa kata Maira, Mas. Mendingan kamu izin dulu," lontar sang istri. Terlihat lelaki itu menghela nafas."Kalau nanti Bapak gak kerja kita makan apa, Bu! Sedangkan David cuma ngadelin duit ngojek," lirih lelaki itu. Maira yang mendengar itu memegang lengan cinta pertamanya. Senyuman kecil terlukis di bibir wanita tersebut. "Tenang aja kalau cuma buat makan, mah, Pak. Kami akan usahakan cari uang, sekarang Bapak cukup fokus ke k
Read more

7

Wanita itu langsung mengusap air yang berjatuhkan dari kelopak mata. Ia bangkit dan melangkah untuk memandang pantulan dirinya di cermin retak. Masih terasa pipi yang basah akibat dia menangis."Ngapain kamu nangisin cowok brengsek itu, Maira! Bodoh banget sih," omelnya.Tangan wanita itu menjitak kening setelah mengomel pada dirinya sendiri. "Ayo semangat Maira." Monolognya. Wanita itu memegang perut karena merasakam mulas. Ia berlari ke kamar mandi lalu menggedornya. "Siapa di dalam? Ayo cepat keluar! Udah gak tahan nih," teriak Maira. David yang mendengar itu langsung membuka pintu setelah memakai handuk. Sedangkan Maira dengan cepat menarik lengan lelaki tersebut lalu lekas mentup pintu."Bang, itu anduk baru punya Abang bukan? Kalau iya buat aku ya," teriak Maira. David yang mendengar itu mengiyakan. Maira langsung mengusir sang Kakak untuk pergi menjauh dari bilik mandi. "Udah sono pergi! Nanti bom Abang pingsan lagi," usir Maira.David berdecak kesal mendengar usiran adi
Read more

8

"Ya! Pokoknya kamu harus cerai," seru David.Lelaki itu melangkah pergi setelah mengatakan demikian. Sangat terlihat, jika dia sangat kesal. Sedangkan Dewi memandang putrinya dan langsung menarik Maira dalam dekapan. "Udah, jangan mikirin itu dulu. Mendingan sekarang bantu Ibu, nanti kita jualan bareng," tutur Dewi. Mendengar perkataan Dewi membuat Maira mengulas senyum kecil. Dia menganggukkan kepala lalu mulai melakukan pekerjaan lagi. Beberapa menit berlalu, akuirnya mereka selesai memasak. "Akhirnya selesai juga, Bu." Maira mengatakan itu seraya merenggangkan otot. Pegal karena lumayan lama bergelut di dapur. Wanita tersebut melihat Dewi yang memijat tangan."Sini, Bu! Biar aku aja yang mijit," seru Maira. Wanita itu langsung menarik Dewi agar ikut duduk lesehan di lantai. Maira dengan telaten memijat Ibunya. "Pasti Ibu pegel banget ya, ngaduk adonan yang lumayan banyak. Sini biar Maira pijat pake kekuatan cinta, biar gak pegel lagi," seloroh Maira. Dewi yang mendengar pu
Read more

9

"Bu ... jangan, nanti aja kalau Bapak udah sehat," pinta Maira.Mendengar perkataan anaknya, Dewi menggeleng sebagai jawaban. "Lebih bagus sekarang, Ra. Dari pada nanti, Bapak bakal bingung. Apalagi kita harus cari uang buat nanti kamu ke pengadilan," seru David. Lelaki yang dipanggil Bapak itu menoleh. Melirik David lalu memandang putrinya yang tengah memilih baju. "Apa yang kalian kata, kenapa segala bawa pengadilan. Ayo cepat jelaskan!" tuntut lelaki itu. Maira yang melihat sang Bapak kebingungan hanya menuduk. Semakin meremas pakaiannya, ia menarik napas dan mengembuskan perlahan. Lalu mendongak memandang wajah lelaki itu. "Pak, Maira mau cerai dengan Mas Reyhan," lontar wanita itu. Wanita itu terus menatap wajah Bapaknya, tatapan penuh keyakinan, sedih dan marah bersatu."Apa masalah kalian begitu besar, Nak. Sampai mau cerai dengan Reyhan?" tanya lelaki itu. Saat hendak mengucapkan pertanyaan itu. Lelaki tersebut menghela napas panjang. Maira yang mendengar perkataan Bapa
Read more

10

"Cinta dan benci itu bersatu, Bu. Tapi lebih dominan benci, kalau hilangin rasa cinta itu butuh waktu bukan, karna aku udah lumayan lama bersamanya," sahut Maira pelan. Dewi mengangguk paham sedangkan David yang hendak protes langsung dicubit sang Ibu membuat lelaki itu mengaduh. Maira menoleh mengeryitkan alis memandang Kakaknya yang memekik."Kamu tuh ngapain sih, Bang! Ngejerit gitu," seru Maira. "Kamu ini kenapa sih, Bang! Suasana begini malah teriak, apa biar makin heboh," cibir Maira kesal. Mendengar perkataan David, ia menatap wajah adiknya."Nah gitu, mendingan kamu marah dari pada nampakin wajah sedih gitu. Kamu jadi jelek tau," kelakar David.Maira yang mendengar itu melotot lalu bangkit dan mulai menyerang David dengan gelitikan. Orang tua mereka memandang anaknya, lalu saling menatap dan mengulas senyum."Kalian ini, ayo makan! Nanti keburu dingin lho," tegur Dewi. Mendengar ucapan Dewi, mereka langsung berhenti lalu saling sikut menyalahkan. Lelaki yang menyandang st
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status