Semua Bab Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Bab 11 - Bab 20

213 Bab

11 (bagian 1)

Maira termangu mendengar ucapan sang pembeli. Memang dia mengenal wanita tersebut, karena mereka bertetangga. Dewi yang mengetahui putrinya tengah bingung lekas mencari ide untuk mengalihkan topik"Eh, Mpok. Si Sinta gimana, dia jadi pindah ke rumah suaminya?" tanya Dewi. Wanita itu menoleh kala Dewi bertanya, ia menganggukan kepala menjawab pertanyaan perempuan tersebut. "Iya nih, Mpok. Lusa mereka bakal pergi," sahutnya lesu.Dewi mendengar jawaban wanita itu, langsung menepuk pundak tetangganya. "Jangan sedih, yang penting anakmu selalu dibuat bahagia bukan," lontar Dewi.Wanita itu mengangguk mendengar perkataan Dewi. Setelah selesai tetangganya selesai membayar. Mereka lekas melangkah pergi untuk berjualan lagi. "Bu, untung Ibu bisa ngalihin topik. Maira bingung harus jawab apa, kalau Maira bilang bakal cerai. Pasti asa gosip yang gak enak," tutur Maira pelan. Dewi menatap anaknya, ia menghela napas panjang. Memikirkan nasib Maira jika menjanda nanti, pasti banyak yang mengg
Baca selengkapnya

11 (bagian 2)

Kedua wanita itu, memilih memakai angkot untuk pergi ke pasar. Sambil menjajahkan jualan di sana, sesampai di tujuan. Mereka langsung memasuki tempat dimana pedagang berjualan. "Bu, ayo kita belanja dulu. Lagian gorengannya juga mau habis bukan," ajak Maira.Wanita yang dipanggil Ibu itu, mengangguk sebagai jawaban. Ia mengikuti sang anak yang mulai mencari pedagang sayuran. Setelah mendapatkan pejual yang lumayan lengkap jualannya. Maira langsung berbelanja."Bu, kayanya segini udah cukup deh, ayo kita pulang."Dewi melihat anaknya yang riang, mengulas senyum. Ia mengangguk sebagai jawaban. Mereka mulai menunggu angkot lagi, tetapi sebuah mobil berhenti di depan keduanya. "Ampun ... ternyata setelah diceraikan olehku, kamu sangat menyedihkan ya, suruh siapa segala minta cerai!" ledek pria tersebut. Maira yang mendengar suara mantan suaminya hanya memutarkan bola mata malas. Lelaki itu merogoh saku celana dan menyodorkan pada wanita yang berada di samping perempuan tersebut. "Bu,
Baca selengkapnya

12 (bagian 1)

Setelah angkot berhenti, mereka segera turun dan lekas membayar. Mulai melangkah menuju kediaman yang masih lumayan jauh, karena tempat tinggal sedikit terpencil. "Sini Ibu bantu bawa," seru Dewi. Maira menggeleng sebagai jawaban, membuat wanita itu mengembuskan napas kasar. "Tapikan Ibu gak bawa apa-apa, Ra. Ayolah ... Ibu gak kerepotan kok," ujar Dewi. Perempuan tersebut malah mempercepat langkahnya. Lalu Dewi bergegas mengikuti sang putri. "Iya-iya, Ibu gak bakal minta lagi. Tapi jangan cepet-cepet dong jalannya," tutur Dewi. Maira mengulas senyum melihat Ibunya menyerah. Ia langsung mensejajarkan langkah mereka lagi. Sedangkan Dewi hanya menggelengkan kepala. "Nanti masaknya mau Ibu bantu," kata Dewi. Dia menoleh melirik wanita yang melahirkannya itu. Lalu menggeleng sebagai jawaban. "Gak perlu, Bu. Biar Maira aja, Ibu kan harus buat gorengan untuk jualan, nanti sekalian kita ngider bareng," balas Maira. Mendengar balasan sang anak, Dewi hanya bisa mengangguk menyetujui.
Baca selengkapnya

12 (bagian 2)

Saat yang memanggil sudah di depan mereka, Maira dan sang Ibu saling memandang. Wanita itu mengeryitkan alis saat melihat perempuan yang ditanya menghela napas panjang."Eum ... bukan, Mpok. Ini mah buat aku jualan, nanti jangan lupa ya beli," balas Maira.Wanita itu mengeryitkan alisnya lalu menatap sinis Maira. "Ish ... kamu ini, lama banget gak hamil, padahal pernikahan kalian udah lama lho. Jangan-jangan kamu mandul lagi," celetuk perempuan itu.Maira menatap kesal wanita yang di depannya itu. Terlihat dia mengatur napas agar tidak mengeluarkan nada tinggi. "Jangan asal nuduh, Mpok. Saya udah periksa dan normal kok subur, jadi jangan ngatain saya mandul. Lagi ya, gak perlu ngurusin hidup orang, emang dapet gaji berapa sih selalu aja nyinyir," sahut Maira.Wanita itu melotot mendengar balasan Maira. Ia menatap kesal, perempuan tersebut lalu menoleh menatap Dewi."Dew, nasehatin tuh anakmu. Gak sopan banget," cecarnya.Sedangkan Dewi menghela napas, ia menatap wanita itu dengan be
Baca selengkapnya

13 (bagian 1)

Dewi langsung mengikuti adik, ipar dan juga keponakannya yang langsung masuk. "Dev, Mbak belum nyuruh masuk lho," lontar Dewi.Mereka langsung menoleh menatap Dewi. Sedangkan Maira yang melihat itu mulai mendekat. "Aishh ... emang kenapa si, Bi. Lagian Maira juga dulu lagi kecil suka makan di rumahku," celetuk anak Devi.Maira yang mendengar itu langsung bergegas berdiri di samping Ibunya. " Itupun sisa makanan kalian, aku disana juga harus kerja dulu. Kalau enggak mana dikasih," seru Maira. Devi langsung menoleh menatap Maira, ia menatap wanita itu dengan kesal. Sedangkan Dewi terkejut dengan ucapan anaknya. "Udah kasih harusnya bersyukur dong, udah bagus kami kasih. Di dunia ini tuh gak ada yang gratis," ketus Devi. Anak Devi itu mengangguk membenarkan ucapan sang Ibu. Sedangkan Maira hanya menghela napas. "Bu ... kalian dimana? Bapak lapar nih, ayo makan," teriak lelaki yang berstatus suami Dewi. Maira dan Dewi langsung menoleh ke sumber suara, lelaki itu perlahan mendek
Baca selengkapnya

13 (bagian 2)

Maira masih terkejut dengan tamparan yang dilayangkan Devi lalu dibuat kaget lagi dengan pertanyaan Ibunya. Ali yang melihat putrinya shok, langsung mendekat dan mendekap wanita tersebut. "Udahlah, Bu! Jangan tanyakan itu dulu," seru Ali.Dewi menghela napas, ia ikut memeluk anaknya. Maira terisak di dalam dekapan kedua orang tua itu. Setelah tangisan reda, mereka melepaskan pelukan."Bu, Pak, ini udah mau sore. Mendingan aku pamit buat jualan dulu ya, doain biar laris," ucap Maira. Walau dia masih sesegukan, Dewi akhirnya mengizinkan wanita itu untuk pergi. Tetapi ia ingin menemaninya. "Jangan, Bu. Aku mau pake sepeda, kan jualan lumayan banyak, kalau di jinjing yang pegel juga," larang Maira.Dewi menghela napas, ia akhirnya mengizikan sang putri untuk pergi sendiri."Kamu boleh pergi setelah kita makan," kata Ali.Maira mengangguk sebagai jawaban. Wanita itu juga menghapus jejak air mata yang berada di pipi. Dewi melihat hal tersebut menghela napas, ia menggenggam jemari sang an
Baca selengkapnya

14 (bagian 1)

Sinta langsung mengganti topik saat melihat riak wajah Maira yang berbeda. Ia membayar belanjaannya dan pamit sang suami perempuan itu menelepon."Aku pulang dulu ya, nanti kita harus ketemuan," seru Sinta. Maira mengacungkan jempol sebagai tanda setuju. Ia langsung pamit pada pembeli tadi untuk pergi jualan lagi. "Ahh ... kayanya ke Abang dulu deh, kasian dia pasti laper," ujar wanita itu.Dia menggoes sepeda dengan riang, lalu menawari orang yang ditemui. Beberapa ada yang membeli dan tidak. Sesampai di tempat sang kakak kerja, ia lekas memanggil pria tersebut."Bang, ini makanannya!" teriak Maira. Membuat semua yang tengah beristirahat menoleh, begitupun Bu haji yang tengah memberi minum para pekerjanya. "Eh, Maira. Kamu kapan ke sininya, itu di sepeda bawa apaan?" tanya Bu haji. Wanita itu mendekati Maira dan David, tetapi lelaki tersebut pamit karena ingin mengisi perut. "Belum lama kok, Bu haji. Ini Bu, Maira lagi jualan sayur dan lauk mateng," sahut Maira. Maira menunjuk
Baca selengkapnya

14 (Bagian 2)

Maira bergegas pergi, tidak lupa berpamitan pada sang Abang. Ia mulai menggoes sepeda untuk berangkat keliling lagi. Saat perempuan tersebut tidak terlihat, David menatap Atha yang memandang kepergain adiknya. "Jaga pandangan, bukan muhrim," kata David. Lelaki itu menepuk bahu Atha membuat pria tersebut kaget lalu menundukkan kepalanya. "Hahaha ... santai aja kali," lanjut lelaki itu.Mendengar suara tawa David, pria yang berstatus anak bos dia bekerja itu menoleh. "Masih ada rasa sama Maira?" tanya David.Atha berdesis mendengar pertanyaan pria di sampingnya, lalu terdengar helaan napas. "Ngapain tanya gitu, Dav. Lagian ... walau saya ada rasa, gak bisa dapetin Maira, dia udah punya pasangan hidup," sahut Atha lemah. Atha melangkah ke tempat duduk yang disediakan lalu mendaratkan bokong di sana. David yang melihat itu mengikuti pria tersebut."Kalau misalnya Maira sendiri lagi gimana? Apa masih mau mengejar dia, dengan Maira yang status janda," ujar David. Pria tersebut langs
Baca selengkapnya

15

Atha langsung mendongak menatap wanita yang mengucapkan kalimat itu. Ia menghela napas dan menaruh sendok di piring."Kalo misalnya Maira jadi janda gimana? Ibu mau restuin Atha ngejar dia," lontar lelaki itu.Wanita itu langsung mencubit lengan Atha membuat lelaki itu kesakitan. "Kamu ini, jangan nyumpahin Maira jadi janda dong, gak baik itu," tegur sang Ibu.Lelaki itu jadi tidak melanjukan makannya, ia lebih memilih membalikan badan menghadap wanita yang melahirkannya itu."Atha gak nyumpahin, Bu. Cuma si David bilang sesuatu yang ambigu ke Atha, kali aja itu kode kalau Maira bentar lagi jadi janda," celetuk pria tersebut. Wanita itu langsung mendaratkan pukulan di lengan anaknya membuat Atha mengaduh. "Aishhh ... Ibu, kenapa dipukul sih. Demen banget mukul Atha, Atha udah dewasa lho," keluh lelaki itu.Mendengar keluhan Atha, wanita itu memukul lagi lelaki tersebut."Jangan bilang gitu, ucapan itu doa, kasian dia kalau jadi janda pasti banyak yang gunjingin. Udah tau udah dewa
Baca selengkapnya

16 (bagian 1)

"Apa jangan-jangan Mamang yang ambil ya? Dia kan tadi nyenggol Maira," lontar Maira.Dewi menatap anaknya lalu menepuk paha Maira. "Jangan asal tuduh, gak ada bukti, Ra!" tegur sang Ibu.Maira memasang wajah masam mendengar teguran sang Ibu. Davd yang melihat itu memilih tidak jadi pergi, ia mendaratkan bokong untuk duduk lagi. "Apa keluarga Bibi baru aja pulang dari sini?" tanya David. Maira mengangguk membenarkan, David terlihat menghela napas lalu menatap serius mereka. "Eum ... bisa jadi bener Bu, ucapan Maira. David tadi lihat Mamang lagi ngitung duit dan ... sekilas denger dari ponakan gitu," ujar lelaki itu.Mereka langsung memandang David yang berkata demikian. "Katanya mereka gak punya uang, makanya tadi numpang makan pas kamu pergi. Apa bener dia yang ambil kamu," tutur Dewi.Maira menatap sang Ibu, melihat tatapan itu Dewi langsung menunduk. "Eum ... maaf, bahan yang ada di kulkas Ibu pake buat masak makanan mereka," ujar Dewi.Mendengar hal itu Maira menghela napas,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status