All Chapters of Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Chapter 31 - Chapter 40

213 Chapters

21 (bagian 2)

Maira menghela napas, ia menunduk. Lalu memandang wanita dihadapannya itu. "Maafin saya, Bu. Saya kan dipanggil mereka, bukan saya yang inisiatif masuk ke tempat Ibu jualan," sahut Maira.Wanita itu melotot mendengar jawaban Maira. Tangannya mengepal, kala lengan hendak dilayangkan ke wajah perempuan tersebut. Dia segera di tahan oleh sang suami yang melihat."Udah, gak usah diperpanjangan. Mbak kalau mau pergi jualan lagi silahkan," lontar suami wanita itu.Maira mengucapkan terimakasih dan meminta maaf. Ia segera melangkah pergi, meninggalkan wanita itu yang melotot menatap kesal suaminya."Kamu tuh apaan sih! Maen suruh pergi aja," gerundel wanita tersebut. Sang suami menghela napas lalu berbisik memberitahu istrinya."Jaga sikap, pelanggan kita ngeliatin lho," tegur lelaki itu.Wanita itu berdecak kesal, ia menghentakan kaki. Lalu melangkah pergi meninggalkan suaminya, menyibukan diri melakukan pekerjaan. Sedangkan Maira, ia berjalan untuk membeli bahan makanan sekalian jualan.
Read more

22 (bagian 1)

David yang melihat adiknya terdiam, lalu berinisiatif memerintah wanita itu pulang. "Pulang gih! Kamu pasti capek," tutur David.Maira mengangguk lalu segera menaiki sepeda, dan ia berteriak pamitan pada teman kerja Kakaknya. Sedangkan David bergegas melakukan pekerjaan lagi."Untung Bang Dav nyuruh aku pulang," gumam perempuan itu.Wanita itu mengucap syukur, lalu segera menggoes sepeda lebih cepat saat melirik jam baru dipergelangan tangan. Benda tersebut dibeli saat tadi, harganya cuma dua puluh lima ribu."Haduh, karna hujan tadi, jadi sekarang lumayan kesorean. Pas nyampe rumah aku harus langsung masak," lontar Maira.Sesampai di kediaman ia segera masuk. Tetapi, tidak menemukan Ibunya. Dia mengeryitkan alis dan mulai mencari wanita tersebut."Bu ... Ibu dimana."Maira terus berteriak seraya berkeliling, lalu membuka pintu kamar orang tuanya. Tetapi, masih tidak menemukan wanita tersebut, bahkan kini Bapak pula tidak ada. "Mereka ke mana sih," gerundel Maira.Wanita itu mengger
Read more

22 (Bagian 2)

Dia mengembuskan napas kala mendengar ujaran Ali. Lalu melirik jam, ia segera memandang wajah lelaki yang selalu berjuang menafkahi anak dan istri itu."Bapak makan gih! Udah Maira masakin. Maira pamit dulu mau jualan," lontar wanita itu.Maira segera mencium punggung tangan Ali, lalu memberikan kunci pada lelaki itu. Ia segera menaiki sepeda, dan bergegas menggoes. Seraya berteriak menyebutkan nama yang ia jual."Ra ... Mpok mau beli," teriak seseorang.Maira menoleh ke asal suara, lalu menjawab dan menggoes mendekati perempuan itu."Siap Mpok, tunggu ya," sahut Maira.Wanita yang disahuti Maira itu mengacungi jempol. Setelah sampai di hadapan perempuan tersebut, ia segera menghentikan laju sepedanya."Sekarang jualan apa, Ra? Mpok lagi pengen rebung nih. Ada gak?" tanya wanita itu.Maira terdiam sebentar, lalu mencari di keranjang yang ia bawa. Lalu saat menemukan makanan tersebut segera diberikan pada wanita itu. "Ada gulai rebung Bi, mau gak? Maira cuma masak itu soalnya," celetu
Read more

23 (bagian 1)

Maira terdiam sambil menunduk melihat ke bawah. Wajahnya langsung murung, Dewi yang kebetulan dateng lekas menghampiri mereka."Eh, Ra. Kamu ke sini jemput Ibu," seru Dewi.Kedua wanita itu langsung menatap asal suara. Lalu Maira mengembangkan senyuman, ia lekas bangkit. "Ibu cepet pulang gih, aku udah siapin makanan. Bapak juga di rumah tadi udah makan," tutur Maira.Dewi membalas dengan anggukan, lalu Lena segera merogoh uang dan memberikan pada wanita itu. "Makasih ya," kata Lena. Dewi membalas dengan anggukan, lalu Lena menoleh memandang Maira."Eh kata Ibumu, kamu jualan, Ra. Mpok mau beli dong," lontar Lena.Maira mengangguk lalu mengajak Lena ke sepedanya. Ia lekas memberitahu apa saja jualan yang dibawa sore ini. "Makasih Mpok udah beli, moga jadi langganan," ujar Maira ramah.Lena hanya mengulas senyum, sedangkan Dewi sudah pamit pulang. Karena tau jika anaknya akan berkeliling jualan."Pasti Ajeng seneng makan masakan kamu, apalagi masakan kamu selalu enak," papar Lena.
Read more

23 (bagian 2)

Atha langsung menatap tajam orang yang membicarakan Maira. Mereka lekas bergegas pergi mendapatkan tatapan marah lelaki itu."Ra ...," panggil Atha.Pria tersebut hendak memegang bahu Maira. Tetapi, wanita itu bergeser lalu menaiki sepeda dan menggoes. Meninggalkan Atha yang terpaku memandang kepergiannya."Ahhh ... ini salahku karena menghampirinya," gumam lelaki itu.Lelaki itu segera mengemudikan kendaraannya. Lalu tatapan tertuju di depan ada Maira yang tengah menggoes sepeda, Atha lekas melambatkan laju motor. Terlihat wanita tersebut sesekali mengusap pipi, ditebak tengah menghapus air mata."Maaf, gara-gara aku kamu jadi nangis," batin Atha."Ini arah ke rumahku, kan. Ohh ... pasti Ibu mesen makanan," lanjut lelaki itu dalam hati.Maira merasakan ada motor di belakangnya. Ia menoleh sekilas lalu fokus ke depan lagi. "Mas Atha ngikutin aku, apa dia khawatir," batin Maira. Dia langsung menjitak keningnya."Dasar bodoh, dia bukan ngikutin. Tapi ini kan jalan ke rumahnya."Maira
Read more

24 (bagian 1)

Sedangkan ditempat lain, seorang gadis terus rengek. Dia menangis memeluk kaki sang Papa. Kini kedua manusia itu berada di ruangan kerja pria tersebut. "Papa, ayo kita ketemu Mama," ajak gadis itu.Lelaki yang dipanggil Papa itu, menghela napas. Ia menatap anaknya lalu menggendong gadis kecil tersebut. "Nanti ya, Sayang. Kan minggu kemaren kita baru ke sana, nanti ya tunggu kerjaan Papa selesai," lontar lelaki itu.Bocah kecil itu langsung menggeleng, membuat sang Papa mengeryitkan alisnya. "Bukan Bunda, Pah. Tapi Mama, Mama yang aku temui di pasar bareng Bibi," seru gadis kecil ituDia mengeryitkan alisnya, lalu menatap tajam sang anak. Sedangkan gadis tersebut langsung menutup bibir dan senyum meringis. "Kamu ke pasar lagi kapan, kan udah Papa bilang jangan pergi ke mana-mana tanpa sepengetahuan Papa," tutur lelaki itu dingin.Perempuan itu langsung menundukan kepala, dan tangannya saling memilin membuat sang Papa mengembuskan napas kasar. Ia memilih mendudukan gadis tersebut di
Read more

24 (bagian 2)

Senyuman sumringah terlukis di bibir Hana. Gadis kecil tersebut langsung berlari ke arah Hafiz dan mendaratkan pelukan di pinggang lelaki itu. "Ahhh ... Hana makin sayang sama Papa," pekik gadis itu.Hafiz mendengkus mendengar ucapan anaknya. Ia menggelitik pingganh Hana membuat gadis kecil itu tertawa. "Dasar, kalau ada maunya aja bilang sayang sama Papa."Lelaki itu menghentikan aksinya saat sang pengasuh masuk kembali. Tatapan dingin dilayangkan Hafiz, ia melirik jam. "Setengah jam lagi, kita pergi. Kamu mendingan makan dulu gih!" perintah Hafiz.Hana menganggukan kepala, sedangkan pengasuhnya langsung menggendong. "Ayoo Bi! Kita makan yang enak," pekik gadis itu.Wanita itu mengangguk lalu menundukan kepala melihat Hafiz. Lelaki tersebut hanya mrngangguk lalu matanya melirik ke luar. Tanda dia diperintahkan pergi."Bibi, aku pengen ciken," pinta Hana.Wanita itu langsung menghentikan langkahnya dan memandang Hana."Haduh Nona, mana aja ciken jam segini. Jangan dulu ya, mending
Read more

25 (bagian 1)

Hafiz menoleh menatap murka sang pengasuh. Saat hendak mengomeli wanita itu, terdengar Hana mengerang dan memanggil Papanya."Papa ... udah sampe," kata Hana.Hana berkata dengan suara serak, tatapannya yang menggemaskan. Hafiz mengangguk sebagai jawaban, lelaki itu turun dan membuka kan pintu untuk sang putri."Papa, Hana mau digendong," pinta gadis itu. Ia mengulurkan tangannya, membuat Hafiz mengangguk lalau menggendong sang putri. Setelah menutup pintu diikuti pengasuh Hana keluar."Di mana cewek yang kamu panggil Mama? Emang kamu hapal wajahnya?" tanya Hafiz.Hafiz mengeryitkan alis mendengar ucapan Hana. Lelaki itu langsung menatap sang pengasuh anaknya. "Kamu kenal siapa yang dipanggil Mama sama anakku?" tanya Hafiz.Wanita itu menggeleng, membuat Hafiz mengembuskan napas kasar. "Apa saat ketemu wanita itu kamu gak bareng Hana," geram Hafiz.Mendengar geraman Hafiz, pengasuh itu langsung menggeleng. "Saya hapal kok wajahnya, cuma saya gak tau namanya," lontar wanita itu.Pa
Read more

25 (bagian 2)

"Makin masuk baunya makin nusuk hidung, Pah. Ayo kita pulang aja," rengek gadis itu.Hafiz menggeleng, lelaki itu bahkan memukul kepalanya. Agar rasa pusing segera pergi, tetapi cara tersebut tidak epektif.Sedangkan Maira yang sudah sampai dan kini tengah memilih ayam."Ayamnya tiga kilo aja, Mang. Lumayan banyak yang mesen ayam rica-rica kemangi nih," celetuk Maira. Penjual itu mengangguk, lalu segera menyiapkan pesanan Maira."Ikannya enggak, Neng?" tanya penjual itu.Maira menggeleng, lalu ia pamit dulu untuk membeli sayuran sambil menunggu penjual ayam menyiapkan belanjaannya.Setelah selesai berbelanja semua, ia lekas membayar dan membawa pesanan. Senyuman terus terukir, dia telah akrab dengan para penjual di sini. Lalu suara pekikan seseorang membuat Maira menoleh ke asal suara."Papa!" pekik Hana.Gadis kecil itu menangis, beruntung tadi dia sudah diturunkan oleh Hafiz. Sedangkan pengasuhnya terkejut, ia segera mendekati majikan dan menggoyangkan tubuh Hafiz. "Tuan, anda ke
Read more

26 (bagian 1)

Maira menghela napas, ia melirik jam di pergelangan tangan lalu mengulas senyum. Perempuan itu berjongkok lalu memegang pipi Hana. "Gak bisa, Sayang. Aku harus pulang dan memasak buat jualan nanti sore," balas Maira. Hana langsung cemberut, gadis itu memeluk Maira dan menggelengkan kepalanya. "Mama gak boleh pergi, nanti Papa gimana. Papa kan masih sakit, harusnya Mama jagain Papa dong," seru gadis itu. Wanita itu terkekeh mendengar seruan Hana, ia mencubit sayang gadis tersebut. Lalu menggendong anak Hafiz, dia melangkah masuk ke kediaman membuat Hana mengulas senyuman bahagia."Mbak, ini gendong gadis cantik ini. Pegel nih," ucap Maira. Dia menggedipkan matanya terhadap pengasuh Hana. Membuat wanita itu paham lalu mengambil alih anak Hafiz."Coba liat Papa, kamu. Kali aja udah siuman di kamar, lagi di periksa dokter kan," kata Maira. Hana langsung mengangguk semangat, gadis itu minta diturunkan. Sang pengasuh menuruti dan dia berlari ke kamar Hafiz."Mbak, makasih ya udah bant
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status