Sekejap saja, Cio San sudah berada di hadapan wanita itu.“Ada apa?”“Anakku tercebur selokan. Air menyeretnya… tolong, Tuan.., tolong….”Dengan pandangannya yang tajam, Cio San sudah berhasil melihat anak itu. Dengan sekali gerakan, ia sudah melompat dan menangkap anak itu sambil bersalto.“Oh, terima kasih… Terima kasih….,” kata ibu itu sambil menangis.Cio San memeriksa anak itu, untunglah belum ‘terlambat’. Dengan sekali menekan sebuah titik di dadanya, anak itu sudah memuntahkan air yang tadi ditelannya.“Terima kasih, Tuan… Terima kasih..”Cio San mengangguk, dan beranjak pergi.Ada kebahagiaan di hatinya, saat menolong orang.Memang kebahagiaan terbaik adalah, saat engkau dapat berguna bagi orang lain.Jika di dunia ini pilihanmu cuma bahagia dan kecewa, mengapa kau pilih kecewa?Ia berjalan lagi. Tubuhnya kini bau comberan, setelah tadi menolong dan menggendong anak kecil yang terjatuh itu.Tiba-tiba ia teringat sesuatu.“Ah, bukankah undangan Khu-hujin itu saat ini ya?” katan
Read more