Semua Bab Kisah Para Penggetar Langit: Bab 151 - Bab 160

254 Bab

Bab 149

Cio San berjalan pelan-pelan saja. Kini hari sudah mulai sore. Matahari yang perlahan menuju barat, seperti mengiringi langkahnya. Langkah yang perlahan, namun tegap dan pasti. Ia melangkah seolah-olah tidak ada satu pun hal yang dapat menghentikan langkahnya.Guguran bunga kadang-kadang jatuh di kepalanya. “Bunga Bwee lagi.”“Kenapa hari ini aku selalu berurusan dengan bunga Bwee?”Urusan hari ini memang besar. Tapi ia malah tambah bersemangat. Karena di dalam kepalanya, ia mulai melihat titik cerah dalam urusan ini.Ia melangkah sambil tersenyum. Sambil sesekali melompat tinggi, memetik buah-buahan untuk dinikmatinya.Hidup sebebas ini, hidup senyaman ini, hidup senikmat ini. Bahkan Kaisar pun tidak pernah menikmatinya.Kadang-kadang, Cio San heran dengan orang-orang yang hidupnya mereka habiskan untuk mengejar harta dan kehormatan belaka. Apakah mereka yakin, mereka akan hidup sampai esok hari? Jika hidup dihabiskan mengejar hal-hal semu seperti itu, lalu kapan mereka menikmati hid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 150

Kebiasaan minum Ma Kauw-kauwcu yang baru ini, rupanya sudah terdengar ke mana-mana. Baru sekarang Cio San paham, rupanya partai-partai besar semuanya sudah menaruh perhatian kepadanya.“Jika cayhe bertanya apa nama arak ini kepada Cio-kauwcu, tentunya adalah suatu kekurangajaran. Tapi cayhe sendiri memang tidak terlalu paham arak. Arak apa saja cayhe minum sampai habis. Hahahahah…”“Arak bukankah harus diminum, Pangcu? Membahas arak hanya akan membuat mulut kita berbusa. Hahaha….”“Ah, benar… benar... Untuk kebodohan ini, cayhe pantas dihukum 3 cangkir arak.” Ia berkata begitu sambil benar-benar melakukannya. Minum tiga cawan.“Kalau tuan rumah saja menghukum dirinya dengan 3 cangkir, masa tamu hanya boleh memandang dan minum seteguk?” Cio San sendiri lalu minum 4 cawan.“Hahaha, cayhe yang bodoh ini malah tidak menawarkan. Kesalahan ini harusnya dihukum setidaknya 5 cawan.”Mereka melakukannya terus-menerus. Para peminum memang selalu mencari alasan untuk minum lebih banyak. Bahkan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 151

Tio-ciangkun mengelurkan sebuah surat perintah, dan membacakannya dengan suara lantang.Aku Kaisar Yong Lu.Memohon bantuan kepada Kay Pang-pangcu, untuk turut terlibat langsung dengan pasukan kerajaan menghadapi serangan pasukan Mongol di perbatasan barat. Bantuan tenaga dan pikiran dari Ji-tayhiap akan dihitung sebagai jasa besar terhadap negara. Dan akan dihargai sebesar-besarnya.Sebuah surat perintah yang singkat dan tanpa basa basi.“Titah Kaisar selesai!”“Ji Hau Leng terima titah Kaisar!” kata Ji Hau Leng.Ia lalu berdiri. Semua orang lantas berdiri.“Selamat datang, Ciangkun. Mari, silahkan masuk ke dalam,” kata Ji Hau Leng sambil menjura.Sang Jenderal dan beberapa pengawalnya masuk ke dalam ruangan. Cio San sendiri sudah berbaur dengan para pengemis. Dia tidak ingin keberadaannya membuat Ji Hau Leng bingung harus menjamu siapa.“Maaf cayhe datang malam-malam buta seperti ini mengganggu ketentraman Pangcu. Tapi situasi di garis perbatasan sudah mulai genting. Pasukan kita su
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 152

Karena Cio San melakukan perjalanannya dengan santai, malam mulai menjelang dan ia memutuskan untuk beristirahat saja di sebuah reruntuhan kuil. Ia tadi telah menangkap seekor kelinci. Setelah membuat api unggun, kelinci itu kemudian dipanggangnya. Baunya harum. Saat itu hujan turun rintik-rintik. Menikmati makanan apapun, jadi terasa enak saat hujan turun.Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki. Cio San diam saja mendengar langkah kaki ini. Langkah itu berjalan perlahan. Walaupun di luar hujan, langkah orang itu tetap saja perlahan. Seperti tak ada satu pun di dunia ini yang membuatnya ingin berlari.Ia melewati pintu depan yang daun pintunya telah hilang entah kemana. Nyala api unggun telah mengantarkan bayangannya kepada dinding-dinding tua. Cio San tahu bayangan siapa itu. Di dunia ini, yang punya bayangan seperti ini memang hanya dia. ‘Dia’.Ia berhenti di depan Cio San. Tak berkata apa-apa. Hanya menatap penuh kesenduan. Cio San pun hanya memandangnya.Jika ada perempuan yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 153

“Aku.. aku… tak akan memaksamu untuk mengerti aku. Tak akan menahanmu jika kau membunuhku. Aku…aku hanya ingin kau tahu, dari semua laki-laki yang pernah memelukku, hanya pelukanmu lah yang paling nyaman dan membuatku tenang.”“Malam ini, apapun yang kau minta dariku, akan kuberikan semuanya. Kau hanya tinggal meminta saja.” Ia menyandarkan kepala di dada Cio San.Jika perempuan berkata akan memberikan segalanya, itu berarti ia memberikan tubuhnya.Hujan. Bajunya yang tadi basah, kini hangat kembali karena kehangatan tubuh Cio San.Sedekat ini. Semesra ini.Lelaki setampan ini, dan perempuan secantik ini. Kadang-kadang, walaupun dengan sedikit iri, kau tetap berharap mereka terus menjadi kekasih sampai akhir nanti.“Bolehkah aku tidur di sini? Hanya semalam saja. Sebelum besok. Karena besok, kau akan kembali memusuhiku.”Cio San mengangguk lagi.Ia hanya memeluk wanita itu lebih erat. Mendekatkannya pada dadanya. Dan menghangatkan hatinya. Wanita hanya perlu ini dari lelaki. Tetapi me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 156

Wanita menyukai berada di dalam pelukan lelaki, karena mereka merasa pelukan itu dapat melindungi mereka dari dunia yang kejam. Ada rasa damai di sana. Tapi lelaki pun senang memeluk wanita, karena itu akan membuat mereka merasa dirinya adalah yang paling gagah sedunia.Kadang sebuah pelukan saja, sungguh berarti amat dalam bagi para kekasih. Lebih berharga dari hadiah apapun.Bwee Hua membiarkan dirinya jatuh lebih dalam. Kedalam pelukan yang sangat menghangatkan hatinya. Ia tahu, untuk menjatuhkan hati lelaki seperti Cio San, bukanlah pekerjaan mudah. Karena sesungguhnya ia sendiri bisa ‘terjatuh’ kapan saja.Cio San sendiri sudah benar-benar tidur. Jika ada istilah ‘tidur dengan perempuan’, maka yang dilakukan Cio San adalah benar-benar tidur!Kalau ada perempuan meletakkan dirinya di dalam pelukanmu, dan mengatakan ia rela memberikan apa saja yang kau minta, tentunya kau tidak akan meminta ia untuk terlelap bersamamu. Tapi Cio San benar-benar tidur. Sedikit mendengkur pula.Kadang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 157

Siapapun yang berada di sana, pasti akan berpikiran yang sama dengan ketujuh orang ini.“Cih! Manusia rendahan!” terdengar seruan kaget mereka melihatnya. Segera mereka memalingkan wajah.Ketujuh orang ini semuanya adalah wanita. Dari bajunya, Cio San tahu mereka dari partai Go Bi-pay. Ketujuh wanita ini sebenarnya ingin keluar lagi, tapi petir dan guntur yang menyambar membuat mereka kaget. Apalagi hujan bertambah deras dan angin bertambah kencang pula.Cio San berdiri dan memberi salam.“Selamat malam, chit-wi Tayhiap (Tujuh Pendekar sekalian),” katanya sambil menjura.“Cih!”Bwee Hua tetap santai saja. Walaupun bajunya masih berantakan, setidaknya kini tubuhnya sudah tertutup. Katanya, “Ada apa malam-malam begini 7 Pendekar Wanita Go Bi mampir kesini? Ingin bergabung dengan kami juga? Mari silahkan.”“Kami tidak sudi!” walaupun bicara begitu, mereka tetap berada di tempatnya. Hanya wajah mereka saja yang dipalingkan.“Nona sekalian sedang menghindari kejaran siapa?” tanya Cio San t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 158

‘Jika ada orang mampu melakukannya, maka apapun yang orang itu katakan, harus kau dengarkan.’Ketujuh nona itu diam membisu. Lalu jatuh terduduk.“Ah…. Ada pendekar besar di hadapan kami. Sungguh sempit pandangan kami tidak mampu mengenal gunung Thay San.”“Pergilah,” kata Cio San. Ia melepaskan pedang-pedang itu dari jarinya.Nona-nona itu bersoja. “Harap ampuni kami… harap ampuni kami.., Tayhiap.”Mereka pun berlari pergi dari situ penuh rasa malu.“Ah. Mengapa nama besar selalu sebagian besarnya berisi nama kosong? Tujuh Pendekar Cantik Go Bi-pay. Menyandang nama ‘pendekar’ pun tidak pantas. Menyandang kata ‘cantik’ pun tidak pantas,” kata Bwee Hua sambil tersenyum.Jika yang mengatakan ini adalah orang paling cantik di dunia, tentunya kau harus setuju.Bwee Hua menatap Cio San dalam-dalam. Lelaki ini sungguh mengagumkan hatinya. Ia tidak sanggup berkata apa-apa.Malah Cio San yang berkata, “Nona, bukankah kau tadi berkata, apapun yang aku minta malam ini, akan kau berikan?”“Benar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Bab 159

Bwee Hua Sian sudah menghilang dari hadapannya. Ia masih tetap tersenyum. Dalam hujan lebat seperti ini, hanya orang gila yang mau berada di luar. Suma Sun, Bwee Hua, dan Tujuh Pendekar Cantik Go Bi-pay. “Mereka mungkin semua sudah gila,” pikir Cio San.Ia lalu kembali ke dalam kuil dan tidur.Malam semakin larut, hujan semakin lebat, dan siapa yang akan tahu jika ada musuh yang menanti? Tapi Cio San memilih pergi tidur. Seolah-olah tidak ada satu pun di dunia ini yang sanggup menghalanginya untuk tidur.Saat pagi, ia terbangun. Hujan sudah berhenti. Yang tertinggal hanya kesejukan embun pagi, dan matahari pagi yang hangat. Tubuhnya terasa segar. Dengan sekali lompatan, ia sudah memetik beberapa buah-buahan yang berada di pepohonan.Segar!Hari ini dimulai dengan semangat dan kesegaran. Memang begitulah seharusnya seseorang memulai harinya. Apa yang terjadi di depan nanti, toh belum terjadi. Mengapa harus kau pikirkan dan takutkan?Dan jika terjadi, ya harus kau hadapi. Memangnya kau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya

Bab 160

Cio San kemudian bergegas. Dalam keramaian ia mencari-cari orang. Entah siapa yang dicarinya. Tak lama kemudian ia menemukan orang yang dicarinya itu.“Selamat siang,” kata Cio San sambil menjura.“Siang,” kata orang itu menjawab sekenanya.“Angin dari barat menyapa. Apakah Saudara merasakan cahayanya?” kata Cio San.Orang itu kaget sebentar.“Cahaya di depan mata. Masakah kami buta? Tapi entah siapa pembawa cahaya ini?”, kata si orang itu.“Raja tanpa mahkota, adalah kaisar di tengah cahaya.”Si orang terbelalak. Ia lalu menjatuhkan diri,“Mohon maaf, hamba tidak mengenal Kauwcu! Hamba pantas mati.. pantas mati!”“Berdirilah, dengarkan perintah Ketua,” kata Cio San.Orang itu lalu berdiri.“Siapa nama Saudara? Apakah dari cabang Bu Tiauw?” tanya Cio San.“Nama hamba Kou Sim. Hamba adalah wakil ketua cabang kota Bu Tiauw. Hamba siap menerima perintah.”“Baik. Saudara Kou Sim, aku memintamu untuk mengantarkan surat kepada Pangcu partai Kay Pang di markas besar mereka. Apa kau tahu di m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
26
DMCA.com Protection Status