“Aku.. aku… tak akan memaksamu untuk mengerti aku. Tak akan menahanmu jika kau membunuhku. Aku…aku hanya ingin kau tahu, dari semua laki-laki yang pernah memelukku, hanya pelukanmu lah yang paling nyaman dan membuatku tenang.”“Malam ini, apapun yang kau minta dariku, akan kuberikan semuanya. Kau hanya tinggal meminta saja.” Ia menyandarkan kepala di dada Cio San.Jika perempuan berkata akan memberikan segalanya, itu berarti ia memberikan tubuhnya.Hujan. Bajunya yang tadi basah, kini hangat kembali karena kehangatan tubuh Cio San.Sedekat ini. Semesra ini.Lelaki setampan ini, dan perempuan secantik ini. Kadang-kadang, walaupun dengan sedikit iri, kau tetap berharap mereka terus menjadi kekasih sampai akhir nanti.“Bolehkah aku tidur di sini? Hanya semalam saja. Sebelum besok. Karena besok, kau akan kembali memusuhiku.”Cio San mengangguk lagi.Ia hanya memeluk wanita itu lebih erat. Mendekatkannya pada dadanya. Dan menghangatkan hatinya. Wanita hanya perlu ini dari lelaki. Tetapi me
Wanita menyukai berada di dalam pelukan lelaki, karena mereka merasa pelukan itu dapat melindungi mereka dari dunia yang kejam. Ada rasa damai di sana. Tapi lelaki pun senang memeluk wanita, karena itu akan membuat mereka merasa dirinya adalah yang paling gagah sedunia.Kadang sebuah pelukan saja, sungguh berarti amat dalam bagi para kekasih. Lebih berharga dari hadiah apapun.Bwee Hua membiarkan dirinya jatuh lebih dalam. Kedalam pelukan yang sangat menghangatkan hatinya. Ia tahu, untuk menjatuhkan hati lelaki seperti Cio San, bukanlah pekerjaan mudah. Karena sesungguhnya ia sendiri bisa ‘terjatuh’ kapan saja.Cio San sendiri sudah benar-benar tidur. Jika ada istilah ‘tidur dengan perempuan’, maka yang dilakukan Cio San adalah benar-benar tidur!Kalau ada perempuan meletakkan dirinya di dalam pelukanmu, dan mengatakan ia rela memberikan apa saja yang kau minta, tentunya kau tidak akan meminta ia untuk terlelap bersamamu. Tapi Cio San benar-benar tidur. Sedikit mendengkur pula.Kadang
Siapapun yang berada di sana, pasti akan berpikiran yang sama dengan ketujuh orang ini.“Cih! Manusia rendahan!” terdengar seruan kaget mereka melihatnya. Segera mereka memalingkan wajah.Ketujuh orang ini semuanya adalah wanita. Dari bajunya, Cio San tahu mereka dari partai Go Bi-pay. Ketujuh wanita ini sebenarnya ingin keluar lagi, tapi petir dan guntur yang menyambar membuat mereka kaget. Apalagi hujan bertambah deras dan angin bertambah kencang pula.Cio San berdiri dan memberi salam.“Selamat malam, chit-wi Tayhiap (Tujuh Pendekar sekalian),” katanya sambil menjura.“Cih!”Bwee Hua tetap santai saja. Walaupun bajunya masih berantakan, setidaknya kini tubuhnya sudah tertutup. Katanya, “Ada apa malam-malam begini 7 Pendekar Wanita Go Bi mampir kesini? Ingin bergabung dengan kami juga? Mari silahkan.”“Kami tidak sudi!” walaupun bicara begitu, mereka tetap berada di tempatnya. Hanya wajah mereka saja yang dipalingkan.“Nona sekalian sedang menghindari kejaran siapa?” tanya Cio San t
‘Jika ada orang mampu melakukannya, maka apapun yang orang itu katakan, harus kau dengarkan.’Ketujuh nona itu diam membisu. Lalu jatuh terduduk.“Ah…. Ada pendekar besar di hadapan kami. Sungguh sempit pandangan kami tidak mampu mengenal gunung Thay San.”“Pergilah,” kata Cio San. Ia melepaskan pedang-pedang itu dari jarinya.Nona-nona itu bersoja. “Harap ampuni kami… harap ampuni kami.., Tayhiap.”Mereka pun berlari pergi dari situ penuh rasa malu.“Ah. Mengapa nama besar selalu sebagian besarnya berisi nama kosong? Tujuh Pendekar Cantik Go Bi-pay. Menyandang nama ‘pendekar’ pun tidak pantas. Menyandang kata ‘cantik’ pun tidak pantas,” kata Bwee Hua sambil tersenyum.Jika yang mengatakan ini adalah orang paling cantik di dunia, tentunya kau harus setuju.Bwee Hua menatap Cio San dalam-dalam. Lelaki ini sungguh mengagumkan hatinya. Ia tidak sanggup berkata apa-apa.Malah Cio San yang berkata, “Nona, bukankah kau tadi berkata, apapun yang aku minta malam ini, akan kau berikan?”“Benar
Bwee Hua Sian sudah menghilang dari hadapannya. Ia masih tetap tersenyum. Dalam hujan lebat seperti ini, hanya orang gila yang mau berada di luar. Suma Sun, Bwee Hua, dan Tujuh Pendekar Cantik Go Bi-pay. “Mereka mungkin semua sudah gila,” pikir Cio San.Ia lalu kembali ke dalam kuil dan tidur.Malam semakin larut, hujan semakin lebat, dan siapa yang akan tahu jika ada musuh yang menanti? Tapi Cio San memilih pergi tidur. Seolah-olah tidak ada satu pun di dunia ini yang sanggup menghalanginya untuk tidur.Saat pagi, ia terbangun. Hujan sudah berhenti. Yang tertinggal hanya kesejukan embun pagi, dan matahari pagi yang hangat. Tubuhnya terasa segar. Dengan sekali lompatan, ia sudah memetik beberapa buah-buahan yang berada di pepohonan.Segar!Hari ini dimulai dengan semangat dan kesegaran. Memang begitulah seharusnya seseorang memulai harinya. Apa yang terjadi di depan nanti, toh belum terjadi. Mengapa harus kau pikirkan dan takutkan?Dan jika terjadi, ya harus kau hadapi. Memangnya kau
Cio San kemudian bergegas. Dalam keramaian ia mencari-cari orang. Entah siapa yang dicarinya. Tak lama kemudian ia menemukan orang yang dicarinya itu.“Selamat siang,” kata Cio San sambil menjura.“Siang,” kata orang itu menjawab sekenanya.“Angin dari barat menyapa. Apakah Saudara merasakan cahayanya?” kata Cio San.Orang itu kaget sebentar.“Cahaya di depan mata. Masakah kami buta? Tapi entah siapa pembawa cahaya ini?”, kata si orang itu.“Raja tanpa mahkota, adalah kaisar di tengah cahaya.”Si orang terbelalak. Ia lalu menjatuhkan diri,“Mohon maaf, hamba tidak mengenal Kauwcu! Hamba pantas mati.. pantas mati!”“Berdirilah, dengarkan perintah Ketua,” kata Cio San.Orang itu lalu berdiri.“Siapa nama Saudara? Apakah dari cabang Bu Tiauw?” tanya Cio San.“Nama hamba Kou Sim. Hamba adalah wakil ketua cabang kota Bu Tiauw. Hamba siap menerima perintah.”“Baik. Saudara Kou Sim, aku memintamu untuk mengantarkan surat kepada Pangcu partai Kay Pang di markas besar mereka. Apa kau tahu di m
“Ah, aku sampai lupa memperkenalkan nama. Kadang-kadang jika bertemu pria tampan, aku memang suka bingung, tak tahu harus melakukan apa.”“Hahaha…” mereka berdua tertawa.“Eh, namaku Cin Cin. Tuan yang gagah, siapakah namanya?”“Namaku Cio San.”“Ah, nama yang bagus sekali, Tuan.” Ia tersenyum sambil menatap mata Cio San.Kadang-kadang, Cio San memang suka bingung menghadapi wanita yang langsung menatap matanya. Takut kalau-kalau sinar mata wanita malah akan menyihirnya, atau membuatnya sedikit mabuk. Di dunia ini, memang yang paling indah sekaligus juga menakutkan, adalah mata wanita.Jika kau berani menatapnya, maka bersiap-siaplah kau terjatuh ke dalam dunia mimpi.Mereka menghabiskan seguci arak. Cio San mengeluarkan satu tael emas. Begitu melihat uang satu tael itu, mata si nona terbelalak.“Cin-siocia (Nona Cin), aku ingin bertanya. Apakah kau pernah melihat sahabatku kesini? Ciri-cirinya rambutnya sedikit merah. Bajunya putih semua. Dan selalu menenteng pedang.”“Ah, maksud Tua
Hari itu tiba.Tepat tengah hari, Cio San sudah berada di gerbang kota. Ia hanya perlu menanti sebentar. Ji Hau Leng pun sudah datang dengan menunggang kuda.Dengan menunggang kuda, berarti ia menghemat tenaganya. Jika ia menghemat tenaganya, berarti ia telah bersiap-siap untuk bertempur. Jika ia telah bersiap-siap untuk bertempur, berarti secara tidak langsung ia telah mengakui kesalahannya.Pemahaman ini muncul di benak Cio San hanya dalam sekelebatan.“Aku datang,” kata Ji Hau Leng sambil tersenyum.“Terima kasih,” balas Cio San sambil menjura dan tersenyum pula.“Kauwcu ada petunjuk apa?” kata Ji Hau Leng sambil turun dari kudanya.“Justru cayhe yang ingin minta petunjuk dari Pangcu,” jawab Cio San. Tangannya memainkan ujung rambutnya.“Tentang?”“Tentang empat sahabat cayhe yang menghilang.”“Mengapa Kauwcu bertanya kepadaku?”“Cayhe tidak tahu harus bertanya kepada siapa lagi”“Baiklah. Aku akan membantu Kauwcu mencari sahabat-sahabat Kauwcu yang menghilang itu,” katanya.“Kau b