Jika perempuan yang kau cintai sudah tidak mencintaimu, maka adalah hal yang paling memalukan untuk memaksanya kembali mencintaimu. Karena cinta, adalah hal yang paling tidak bisa dipaksakan di muka bumi ini.Hal terbaik yang bisa kau lakukan adalah, merelakannya pergi, sambil menyimpan baik-baik kenangan yang tersisa.Hal terbaik yang bisa kau harapkan adalah, mengharapkannya bahagia bersama siapapun yang kini ia cintai.Yang paling terhormat adalah, mundur sejauh-jauhnya dan mengakui kekalahanmu. Bahwa kau tak mampu mempertahankan hal paling penting dalam hidupmu.Jika kau memaksakannya untuk kembali kepadamu, bukankah itu berarti kau tak cinta kepadanya? Jika kau cinta, maka kau akan ikut bahagia melihatnya bahagia.Kau boleh menangis atau meratap. Tapi kau pun tak boleh menipu dirimu sendiri, dengan berharap, bahwa masih ada sedikit sisa-sisa cinta di hatinya untukmu.Karena jika wanita sudah pergi, maka ia akan pergi selamanya. Ia tak akan meninggalkan sisa-sisa cintanya kepadamu
Sekejap saja, Cio San sudah berada di hadapan wanita itu.“Ada apa?”“Anakku tercebur selokan. Air menyeretnya… tolong, Tuan.., tolong….”Dengan pandangannya yang tajam, Cio San sudah berhasil melihat anak itu. Dengan sekali gerakan, ia sudah melompat dan menangkap anak itu sambil bersalto.“Oh, terima kasih… Terima kasih….,” kata ibu itu sambil menangis.Cio San memeriksa anak itu, untunglah belum ‘terlambat’. Dengan sekali menekan sebuah titik di dadanya, anak itu sudah memuntahkan air yang tadi ditelannya.“Terima kasih, Tuan… Terima kasih..”Cio San mengangguk, dan beranjak pergi.Ada kebahagiaan di hatinya, saat menolong orang.Memang kebahagiaan terbaik adalah, saat engkau dapat berguna bagi orang lain.Jika di dunia ini pilihanmu cuma bahagia dan kecewa, mengapa kau pilih kecewa?Ia berjalan lagi. Tubuhnya kini bau comberan, setelah tadi menolong dan menggendong anak kecil yang terjatuh itu.Tiba-tiba ia teringat sesuatu.“Ah, bukankah undangan Khu-hujin itu saat ini ya?” katan
Sajian dari Khu-hujin sungguh nikmat. Seperti tak ada habis-habisnya dikeluarkan dari dapur. Segala jenis makanan dan arak yang paling enak di seluruh Tionggoan, sepertinya disajikan di sini.Cio San yang memang kesukaannya adalah makanan enak, tentu saja menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia tidak peduli jika ada orang yang menganggapnya rakus. Makanan disajikan untuk dimakan, bukan?Kerlingan mata gadis-gadis dan para lie-hiap (Pendekar Wanita) kepadanya, bukan tidak ia sadari. Ia tahu, dirinya dan Beng Liong, menjadi pusat perhatian sekarang ini. Sepak-terjang Beng Liong yang gagah dan mengagumkan, menjadi daya tarik tersendiri, selain ketampanan dan keharuman tubuhnya yang tersohor.Jika orang memperhatikan, betapa miripnya Beng Liong dan Cio San, tetapi juga terasa mereka sungguh jauh berbeda. Kedua-duanya sama-sama tampan dan gagah. Muda dan terkenal pula. Siapa juga yang menyangsikan kehebatan ilmu silat mereka?Tapi Beng Liong halus tutur-kata dan gerak-geriknya, sedan
“Cayhe tidak membawa lari apa-apa, Tayhiap. Sungguh cayhe tidak berbohong,” jawab Cio San jujur.“Tidak mungkin ilmumu meningkat begitu cepat tanpa guru yang mengajari. Tentunya pasti karena cin-keng (kitab sakti),” tukas salah seorang.“Benar! Kami saja bisa ia kalahkan dalam satu jurus! Jika bukan karena kitab sakti, tidak mungkin ada orang yang sanggup berbuat demikian.”“Kembalikan kitab itu!” semua orang kini sudah berdiri.“Pertanggungjawabkan perbuatanmu!”“Pengkhianat harus dihukum!”“Saudara-saudara, harap tenang! Mari kita bicarakan baik-baik,” Khu-hujin mencoba menenangkan mereka, tetapi suasana sudah terlanjur memanas.“Dengar!” teriak Cio San.Kegagahan dan wibawanya kini tampak.“Aku sudah bilang jika aku tidak mencuri kitab apapun. Siapapun yang tidak percaya, silahkan lakukan apa yang ingin dilakukannya terhadapku!”“San-ji. Tenanglah,” Khu-hujin menyentuh punggung Cio San mencoba untuk menenangkannya.“Semua sudah seperti ini, Hujin. Mungkin ini yang harus terjadi, ag
Jurus pertama!Tinju Besi Meraih Awan.Jurus ini terlihat lamban, tetapi menyimpan kekuatan dan tipu daya yang hebat. Tinju itu mengarah ke kepala Cio San. Anak muda ini mencoba menangkisnya, tetapi entah bagaimana, tinju itu terbuka dan jari-jarinya sudah mengincar mata Cio San!Ia hanya memundurkan badannya. Kakinya tetap ‘tertancap’ di tanah. Jari-jari ganas itu tetap mengincar matanya.Kepalan tangan Su Kong Beng yang satunya lagi, sudah menuju ke dada Cio San pula. Sangat cepat dan berat.Dengan tangan kanannya, Cio San hanya ‘menyentuh’ kepalan yang menyerang dadanya itu. Tapi kepalan itu malah meluncur deras ke arah kepala si pemukul sendiri.Begitu derasnya, sampai ia tak bisa menghentikan tangannya sendiri.Dengan tangan satunya, ia terpaksa menangkis serangan tangannya sendiri!Beng Liong dan Lima Pedang Bu Tong-pay yang merupakan murid-murid utama Bu Tong-pay saja, belum pernah melihat Thay Kek Kun yang seperti itu. Mampu membelokkan tinju penyerang, untuk menyerang si peny
Aksi Beng Liong menangkap derasnya tubuh Su Beng Kong mendapat decak kagum pujian dari orang-orang, karena hal ini sangat susah dilakukan. Tanpa Thay Kek Kun, malah hal ini menjadi mustahil. Karena jika tidak, derasnya tenaga hunjaman ini malah berbahaya bagi orang yang mencoba menangkapnya. Sebaliknya, jika tenaga orang yang menangkap memang lebih kuat, maka bertemunya tenaga hunjaman dan tenaga orang yang menangkap, akan sangat berbahaya bagi orang yang jatuh itu. Itulah sebabnya sangat sulit dilakukan.Tapi Beng Liong melakukannya dengan santai seperti tanpa kesulitan apapun.Su Beng Kong meringis kesakitan karena tulang pahanya remuk. Sampai-sampai ia tak sempat mengucapkan terima kasih kepada Beng Liong yang tadi menolongnya. Ia kini duduk saja menyalurkan tenaga dalam ke kakinya, dan telah menotok beberapa titik untuk menghilangkan rasa sakit.Cio San bertanya kepadanya, “Su-tayhiap, bagaimana?Su Beng Kong hanya mengangguk-angguk.Dengan kalahnya Ketua Kong Tong-pay ini, tentu
Tapi Sengkoan tak mau mendengar. Baginya, tombaknya adalah harga dirinya. Jika lepas, maka hilanglah harga dirinya.Justru itulah kesalahan terbesarnya.Putaran tombak yang dayanya sudah berlipat ganda karena putaran tubuh Cio San itu, malah menyerang balik pemiliknya sendiri. Sengkoan To yang bertahan melawan tenaga putaran itu, malah berteriak kesakitan, karena kini tangannya lah yang remuk.Cio San lalu melompat seketika melepaskan diri dari tombak agar cedera lawannya tidak parah. Begitu terlepas dari tombak, Cio San dengan kecepatan yang sukar diduga segera menyerang Sengkoan To. Gerakan serangan Thay Kek Kun ini ia lancarkan tepat ke sambungan lengan dan bahu Sengkoan To.Tubuh Sengkoan To melayang dan berputar pula seperti tombaknya.Sungguh ia sebenarnya beruntung dan harus berterima kasih. Karena Cio San telah menyelamatkan nyawanya dari kedahsyatan putaran tombaknya sendiri!Tangan kanannya kini lunglai. Tapi tidak copot dan remuk parah. Ia pun menyadari, betapa Cio San tela
Cio San berpikir, untunglah tidak ada Suma Sun di sini. Jika ada, tentulah si Dewa Pedang itu yang memaksakan diri maju melawan Lim Gak Bun.Jurus pertama Ilmu Pedang Sembilan Awan dari Kun Lun-pay.Hujan Pedang di Barat, Hujan Pedang di Timur.Dan memang gerakannya seperti hujan deras yang melanda tubuh Cio San. Pedang itu menyerang segala titik di tubuh Cio San. Tak tersisa satu pun ruang baginya untuk mundur!Para hadirin disana pun sontak terkaget-kaget, karena walaupun tersohor, ilmu pedang Kun Lun-pay belum pernah terlihat selihai ini!Pedangnya cepat sekali.Sangat cepat.Bahkan hampir-hampir Cio San tak dapat melihatnya.Tetapi ‘hampir tak dapat melihat’ juga berarti ‘masih bisa melihat’.Gerakan menghindar dan menangkis Cio San jauh lebih cepat!Bagaimana mungkin, ada orang bisa menangkis pedang dengan tangan kosong?Tapi Cio San bisa.Ia menangkis pedang itu dengan tinjunya. Tinju yang terlihat bercahaya dan mengeluarkan suara derik pula.Ia telah berhasil menggabungkan juru