Belakangan ini Alina sering merajuk. Keinginannya aneh-aneh. Entah karena cemburu atau apa. “Hayo, Abang, aku mau.” “Tak, Dik.” “Sekali ini aja, please ....” Wanita dengan long dress hitam ini memasang wajah memelas. Aku duduk di kasur. Dan melihatnya dengan lekat. “Putra Abang je masih di hospital, Dik. Masa kita senang-senang terus.” “Ini terakhir ... janji ... beneran. Ayolah Abang, mumpung di Aceh.” Aku menyugar rambut. Anak belum pulang dari rumah sakit, Aisha belum memberi kejelasan, pekerjaan menumpuk. Ini lagi satu, malah minta liburan. “Kilometer nol tu jauh, Sayang. Kita harus naik kapal ke Sabang lalu jalan lagi.” Alina mendekat dan membelai tanganku. “Saya kan bukan nak berangkat sekarang, Abang. But ... sebelum kita ke KL kita ke Sabang dulu. Ayolah, Abang. Please. Saya nak ke kilometer nol Indonesia itu. Saya janji. Setelah ini tak kan minta macam-macam lagi.” Aku diam mempertimbangkan. “Abang juga ditunggu kerjaan di KL, Dik.” “Satu hari je. Masa Abang tak bis
Read more