"Ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda, Bu, Mbak. Saya pamit dulu, ya?" Indri menunduk. Beralih pada Ibunya yang berdiri di dekat pintu, Indri menoel lengan Rumi. "Bu, Indri duluan, ya? Pak Dave ini tidak bisa dibantah orangnya.""Kamu ini, kasihan Nak Fabian. Gimana, sih, Ndri?" Wanita dengan keriput di wajah itu menghela napas panjang. Pasrah dengan keputusan putrinya."Nanti saja kalau sudah sampai di rumah, Indri akan cerita, Bu. Sampaikan saja permintaan maaf Indri sama Mas Fabian. Indri duluan, ya, Bu. Assalamualaikum." Rumi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia mengikuti langkah kaki putrinya keluar. Di sudut ruangan yang lain, para lelaki masih sibuk berbagi kisah dengan hidangan memenuhi meja. Dave membisikkan sesuatu pada telinga George. Lelaki tua itupun mengulas senyuman dan mengangguk. Dave juga pamit pada semua orang di sana. Hanya Fabian yang paham, ia curiga dengan kepulangan bos-nya.Dave keluar. Ia menuju mobilnya yang sudah berdiri di sana seorang wanita ber
Read more