Indri mulai mengunyah, ia tidak banyak protes sebab tatapan Dave saja mampu membuatnya bungkam. Pria berwajah tegas itu meletakkan tempat makan yang sudah kosong. Ia menarik satu sudut bibirnya melihat Indri menjadi sangat penurut. Sesungguhnya, wanita yang seperti ini yang ia inginkan."Pak," panggil Indri. Dave yang pergi menatap jendela segera menjawab sekenanya. "Saya mau pulang sekarang aja, deh. Saya enggak betah, Pak." Indri menyandarkan punggungnya pada bantal yang ditumpuk. Ia tak tahan dengan bau obat-obatan."Saya mau bilang sesuatu, tapi saya harap kamu tidak marah nanti." Pertimbangan yang sudah matang telah dibicarakan oleh kedua belah pihak. Dave sempat ragu, hanya saja ia tak mau orang lain mendahuluinya."Bilang apa, Pak? Bapak, mau pecat saya?" Kening yang terlipat, iris mata yang mengecil karena prasangka yang ia rasakan, Indri tak ingin kehilangan pekerjaannya. Ia masih ingin mewujudkan impian tinggi. "Bukan. Bukan itu, bahkan nanti kamu akan menjadi salah satu o
Baca selengkapnya